Nama : Herdiansyah Amanu
NPM : 210120110052
Mata Kuliah : Teori-Teori Komunikasi
Dosen : Prof. Dr. H. Deddy Mulyana
PARADIGMA OBJEKTIF/DEDUKTIF/SAINTIFIK
(VS PARADIGMA SUBJEKTIF)
Paradigma objektif mengasumsikan realitas diatur oleh hukum-hukum yang tetap (peneliti mencari hubungan kausal atas suatu fenomena). Tak heran jika penelitian yang dilatarbelakangi paradigma ini kerap menggunakan metode eksperimental dengan tes statistik. Menurut Onong Uchjana Effendy, objektifitas dapat dicapai dengan dua cara:
- Emprisme: mensyaratkan suatu kepercayaan atau proposisi harus diuji dalam dunia nyata, yaitu dunia yang dapat dindera (dilihat, dirasakan, diraba atau dapat dialami)
- Logika formal: mengkaji kondisi-kondisi dimana kepercayaan atau proposisi perlu mengikuti dan karenanya dapat ditarik kesimpulan dari proposisi-proposisi lainnya.
Stephen W. Little John mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dihubungkan dengan objektifitas, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk membuat standardisasi pengamatan dan berusaha mengurangi perbedaan-perbedaan kemanusiaan terhadap apa yang diamati.
Dalam dunia penelitian, paradigma objektif ini lebih mendominasi metode penelitian kuantitatif ketimbang kualitatif. Meski masih banyak dipertentangkan, tapi sekedar sebagai perbandingan dapat disimak pendapat Bavelas yang mencoba menggambarkan perbedaan kedua metode ini sebagai berikut:
Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
Angka-angka Tanpa angka-angka
Parametik Nonparametik
Statistik Nonstatistik
Empiris Tidak empiris
Objektif Subjektif
Deduktif Induktif
Pengujian hipotesis Penjelajahan (Exploratory)
Eksperimental Noneksperimental
Laboratorium Dunia nyata
Artifisial Alamiah
Dapat digeneralisasikan Tidak dapat digeneralisasikan
Sumber: Deddy Mulyana dan Solatun dalam bukuya:”Metode Penelitian Komunikasi”
Sebagai sifat data, istilah kualitatif bukan dimaksudkan sebagai lawan dari istilah kuantitatif, karena dalam penelitian yang sangat kuantitatif sekalipun sebenarnya juga akan ditemukan uraian yang kualitatif, berupa penafsiran atas temuan yang bersifat kuantitatif. Sebaliknya tidak menjadi masalah bagi seorang peneliti interpretatif yang data utamanya bersifat kualitatif untuk menggunakan data kuantitatif berupa data statistik (deskriptif) atau statistik semu yang berkenaan dengan frekuensi temuan.
Asusmi bahwa penelitian kualitatif bersifat induktif sedangkan penelitian kuantitatif bersifat deduktif tidak sepenuhnya benar. Ilmu-ilmu alam seperti Biologi, Astronomi dan Fisika Nuklir sebenarnya tidak selamanya bersifat deduktif. Sedangkan penelitian kualitatif juga bisa menggunakan pendekatan deduktif hypothetico yang eksplisit (Hayes, 1997:6). Namun kenyataannya para penulis buku metodologi penelitian kualititatif sering menggunakan istilah “kualitatif” pada tingkat paradigma (pendekatan induktif dan emik) yang mempertentangkannya dengan istilah “kuantitatif” (pendekatan deduktif dan etik). Jika hanya menggunakan istilah “kualitatif” pada tingkat paradigma, maka muncullah kesalahkaprahan pemahaman seperti membandingkan keduanya secara salah kaprah seperti yang dikemukakan oleh Bavelas.
Referensi:
Effendy, Onong Uchayana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, 2003
Littlejohn Stephen W. and Foss, ”Theories of Human Communication”, Belmont, Californa:Wadsworth, 1996
Mulyana, Deddy dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi, Rosda, 2008
No comments:
Post a Comment