Saturday, October 17, 2020

FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI (BAB 4)

 

BAB 4
DEFINISI KOMUNIKASI
DALAM PENDEKATAN OBJEKTIF DAN INTERPRETIF
Oleh: Herdiansyah Amanu, M.I.Kom

Pakar ilmu komunikasi memiliki cara pandang yang berbeda terhadap ilmu komunikasi sehingga mereka memberikan definisi komunikasi yang berbeda pula. Hal ini dilatarbelakangi oleh paradigma atau cara berpikir mereka yang secara garis besar dapat digolongkan dalam 2 pendekatan, yaitu pendekatan objektif/positivistik dan pendekatan subjektif/interpretif. Pendekatan objektif/positivistik cendrung memandang komunikasi sebagai proses satu arah (linier), sedangkan pendekatan subjektif/interpretif memandang komunikasi sebagai proses 2 arah (interaktif dan transaksional)
Terdapat beberapa sudut pandang dalam memahami istilah komunikasi. Mulyana (2007:67) memetakan pemahaman mengenai komunikasi kedalam tiga konsep, yaitu komunikasi sebagai tindakan satu arah, interaksi, dan transaksi.

Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah
Di awal perkembangan Ilmu Komunikasi, komunikasi sangat populer dipahami sebagai tindakan satu arah (linier) dari sumber kepada penerimanya. Komunikasi digambarkan sebagai sebuah proses penyampaian pesan dari seseorang (atau suatu lembaga) sebagai sumber/pengirim/komunikator dengan menggunakan saluran/media tertentu kepada orang lain sebagai penerima/komunikan dengan tujuan untuk merubah perilaku orang tersebut. Proses ini berlaku sama, baik bagi komunikasi yang menggunakan saluran interpersonal (face to face communication), maupun komunikasi yang menggunakan media massa baik media cetak maupun elektronik.
Berikut petikan beberapa definisi komunikasi menurut beberapa pakar yang dipahami sebagai proses yang linier:
Ø  Benard Berelson dan Gary A. Steiner (Scheidel, 1976:5):
Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.
Ø   Theodore M. Newcomb (Scheidel, 1976:5):
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi dari rangsangan yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.
Ø  Carl I. Hovland (Effendy, 1997:4):
Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk merubah perilaku orang lain (komunikan).
Ø  Gerard Miller (Wenburg & Wilmot, 1973:5):
Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Ø  Everett M. Rogers (Cangara, 1998:18):
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka.
Ø  Raymon S. Ross (Ross, 1983:8):
Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan dengan komunikator.
Ø  Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante (Cassata & Asante, 1979:6)
Komunikasi adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.
Ø  Harold Lasswell (Burgoon, 1974:10-11):
Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? (Siapa, Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana)
Berdasarkan definisi komunikasi dari Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi, yaitu:
1.      Sumber (source) / komunikator (communicator) / pembicara (speaker) / penyandi (encoder), yaitu pihak yang memprakarsai terjadinya komunikasi dengan menyampaikan pesan kepada penerima. Sumber dapat berupa satu individu atau beberapa individu yang bekerjasama dalam suatu lembaga atau organisasi.
2.      Pesan (message), yaitu Pesan merupakan gagasan, ide-ide atau informasi yang dikomunikasikan. Pesan biasanya disusun atau dituangkan dalam simbol-simbol yang memiliki makna tertentu. Simbol-simbol tersebut dapat bersifat verbal dan nonverbal. Simbol-simbol verbal biasanya dinyatakan dalam bentuk bahasa yang dapat dimengerti antara satu sama lain. Sedangkan simbol-simbol nonverbal biasanya diungkapkan dalam bentuk gesture (gerak-gerik), body language gambar-gambar atau grafik.
3.      Saluran (channel)
Saluran merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Secara garis besar, ini dapat dibagi 2:
a.       Saluran Interpersonal
Saluran ini meliputi forum-forum yang mempertemukan beberapa orang seperti dialog-dialog dalam hubungan pertemanan, diskusi, debat atau tanya-jawab, ceramah, seminar, panel, serta kegiatan lainnya yang mempertemukan sumber dan penerima secara langsung atau tatap muka (face to face communication)
b.      Saluran Media Massa
Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik yang meliputi:
Ø  Media cetak, seperti koran, majalah, serta media lainnya yang digunakan untuk mempublikasikan informasi kepada publik dalam bentuk tercetak
Ø  Media elektronik, seperti televisi, radio, film, serta media lainnya yang menggunakan alat elektronik untuk menyampaikan informasi kepada publik.
Ø  Media online, yaitu media yang menyampaikan informasi dengan memanfaatkan koneksi/jaringan internet.
4.      Penerima (receiver) / komunikan (communicant) / pendengar atau khalayak (audience) / pemirsa (spectator) / penyandi balik (decoder), yaitu khalayak yang menerima pesan dari sumber. Penerima dapat berupa satu individu atau sekelompok individu yang tergabung dalam suatu masyarakat.
5.      Efek (Efect)
Efek komunikasi ialah perubahan yang terjadi pada diri penerima sebagai akibat dari penyampaian pesan dari Sumber. Ada 3 jenis efek komunikasi, yaitu:
Ø  Efek Kognitif (Pengetahuan), misalnya dari tidak tahu menjadi tahu terhadap sesuatu yang telah disampaikan.
Ø  Efek Afektif (Sikap), suka atau tidak suka terhadap sesuatu yang ditawarkan.
Ø  Efek Konatif/Psikomotorik (perilaku), misalnya berbuat atau tidak berbuat seperti yang dianjurkan.
Kelima unsur tersebut diatas sebenarnya belumlah lengkap bila merujuk pada model-model baru komunikasi. Setidaknya ada satu unsur penting lagi yang perlu ditambahkan, yakni umpan balik (feed back) sebagai respons/tanggapan dari penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber.

Pemahaman komunikasi sebagai proses satu arah ini sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan dalam komunikasi tatap muka yang didalamnya terdapat aktifitas dialog atau tanya jawab. Tapi mungkin tidak terlalu keliru bila diterapkan dalam komunikasi publik yang bersifat monolog, seperti ceramah/khotbah jumat, pidato atau forum-forum lainnya yang tidak terdapat dialog antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Bahkan media elektronik sekalipun, seperti televisi dan radio saat ini juga tak jarang mengadakan dialog interaktif untuk mempertemukan narasumber dengan khalayaknya dalam mendiskusikan suatu isu atau topik tertentu.
Michael Burgoon menyebut pemahaman komunikasi yang demikian sebagai “definisi yang berorientasi pada sumber” (source oriented definition) (Burgoon, 1974:8). Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk  membangkitkan respons orang lain. Jadi definisi ini mengabaikan komunikasi yang tidak disengaja, sepeti pesan yang tidak direncanakan yang terkandung dalam nada suara, ekspresi wajah atau isyarat lain yang spontan. Definisi yang berorientasi pada sumber ini juga mengabaikan prosesual interaksi (memberi dan menerima) yang menimbulkan pengaruh timbal balik antara pembicara dan pendengar (Webb, 1975:5). Pendek kata, konseptual komunikasi sebagai tindakan satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan persuasif (Mulyana, 2007:68).

Komunikasi Sebagai Interaksi
Konsep yang menggambarkan komunikasi sebagai interaksi ini sedikit lebih maju dibanding pemahaman terhadap komunikasi sebagai proses linier. Interaksi dalam arti sempit berarti saling mempengaruhi diantara kedua belah pihak yang berhubungan (mutual influence). Intinya konsep ini menganggap komunikasi sebagai proses interaksi antara dua belah pihak yang berkomunikasi dimana interaksi tersebut saling mempengaruhi antara satu sama lain.
Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab akibat atau aksi reaksi yang arahnya saling bergantian. seseorang menyampaikan pesan verbal atau nonverbal kepada orang lain sebagai penerima, yang kemudian penerima bereaksi memberi jawaban secara verbal maupun nonverbal, lalu orang yang pertama beraksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang yang kedua, dan begitu seterusnya. Jadi masing-masing pihak memiliki peran yang berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, yang lain sebagai penerima, demikian pula sebaliknya. Meski sedikit lebih maju dibanding pandangan komunikasi sebagai proses linier, pemahaman komunikasi sebagai interaksi ini masih kurang memadai untuk menguraikan dinamika proses komunikasi karena mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengirim dan menerima pesan pada waktu yang bersamaan (Mulyana, 2007:73). Misalnya pada saat anda berbicara dengan teman anda, lalu pada saat itu juga teman anda terkadang menganggukkan kepala tanda setuju atau menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Ini berarti telah terjadi proses mengirim dan menerima pesan dalam waktu yang bersamaan.
Komunikasi sebagai interaksi ini masih membedakan pihak-pihak yang berkomunikasi sebagai pengirim dan penerima pesan. Karena itu masih berorientasi pada sumber, meski kedua peran itu dilakukan secara bergantian. Jadi pada dasarnya proses interaksi yang berlangsung masih bersifat mekanis dan statis. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konsep komunikasi sebagai interaksi ini yaitu adanya feed back atau umpan balik dari penerima kepada pengirim pesan, yang sekaligus dapat digunakan oleh sumber sebagai petunjuk mengenai efektifitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya, apakah pesan dimengerti atau tidak, diterima atau ditolak, sehingga sumber dapat memodifikasi pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuannya (Mulyana, 2007:73). Namun umpan balik juga tidak harus disengaja. Misalnya saat seorang dosen memberi kuliah di depan mahasiswanya, lalu terlihat ada beberapa orang mahasiswa yang duduk di barisan belakang tertidur. Umpan balik yang demikian termasuk umpan balik yang tidak disengaja.

Komunikasi Sebagai Transaksi
Dalam konteks komunikasi sebagai transaksi, komunikasi dipandang sebagai proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Penafsiran anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang anda ungkapkan kepadanya juga merubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan anda, yang kemudian akan merubah penafsiran anda atas pesan-pesannya, demikian seterusnya. Jadi komunikasi tidak memiliki titik awal (starting point) dan titik akhir (ending point). Berdasarkan pandangan ini komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka, yang memungkinkan pesan atau respons verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung. Kelebihan dari konsep ini yaitu komunikasi tidak dibatasi hanya yang bersifat disengaja saja atau respons yang dapat diamati. Artinya komunikasi dapat terjadi apakah para pelakunya menyengajakannya atau tidak, dan bahkan meski hanya menghasilkan respons yang tidak dapat diamati (Mulyana, 2007:74-75).
Saat seseorang menyampaikan kabar baik kepada teman-temannya yang kemudian secara spontan disambut dengan sorak-sorai tanda kegirangan dari teman-temanya itu. Respons yang demikian ini menunjukkan bahwa telah terjadi komunikasi yang tidak disengaja. Atau respons berdiam diri yang ditunjukkan oleh para mahasiswa kepada dosennya ketika sang dosen menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan materi kuliah inipun merupakan pesan (nonverbal), meski respons tersebut tidak bisa diamati oleh dosen tersebut. Sang dosen hanya bisa menebak atau menduga-duga, sikap diam itu mungkin berarti mahasiswanya tidak tahu jawabannya atau sebenarnya mereka tahu, tapi mereka memilih diam karena malas untuk menjawab atau meladeni pertanyaan dosennya.
Istilah transaksi ini mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interdependensi atau timbal balik, dimana eksistensi suatu pihak ditentukan oleh eksistensi pihak lain. Semua unsur dalam proses komunikasi dianggap saling berhubungan. Persepsi seorang peserta komunikasi atas orang lain bergantung pada persepsi orang lain tersebut terhadapnya, bahkan bergantung pula pada persepsinya terhadap lingkungan di sekitarnya (Mulyana, 2007:76).
Berikut beberapa definisi komunikasi yang sesuai dengan konsep komunikasi sebagai transaksi:
Ø  John R. Wenburg dan William W. Wilmot (Wenburg & Wilmot, 1973:7):
Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.
Ø  Donald Byker dan Laren J. Anderson (Byker & Anderson, 1975:4):
Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.
Ø  Willam I. Gordon (Gordon, 1978:28):
Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.
Ø  Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson (Pearson & Nelson 1979:3):
Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.
Ø  Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (Tubbs & Moss, 1994:6):
Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.
Ø  Diana K. Ivy dan Phil Bucklund (Ivy & Bucklund, 1994:14):
Komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna.
Ø  Karl Erik Rosengren (Rosengren, 2000:38):
Komunikasi adalah interaksi subjektif purposif melalui bahasa manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol.

No comments:

Post a Comment