Setelah anda mempelajari materi Bab 6 tentang persepsi, inferensi dan atribusi, jawablah quiz berikut di kolom komen.
QUIZ
2.Dalam berkomunikasi, mengapa kita perlu melakukan inferensi sosial?
Setelah anda mempelajari materi Bab 6 tentang persepsi, inferensi dan atribusi, jawablah quiz berikut di kolom komen.
QUIZ
~ Psikologi Komunikasi: Proses Kognitif
~ Komunikasi dalam perspektif Psikologi
~ Membangun Router Gateway Internet
~ Mengkonfigurasi Web Server & Virtual Host
~ Mengkonfigurasi DNS Server dan Sub Domain
~ Hikmah Kisah Pemuda Beriman vs Raja Yang Zalim
~ HERDIANSYAH vs DEDY DARIANCE SEMIFINAL SMANDA CUP 1 TANJUNGPINANG 2019
~ HERDIANSYAH VS FERY FINAL SMANDA CUP 1 TANJUNGPINANG 2019
Pemetaan Teori yang Digunakan Dalam Penelitian Kuantitatif
Dalam menyusun Sub Bab Kajian Literatur pada jenis penelitian kuantitatif, anda perlu mengurutkan teori yang digunakan secara runtut-kronologis-sistematis, mulai dari Grand Theory - Middle Range Theory - Applied Theory. Sebagai contoh, anda ingin melakukan penelitian tentang "Hubungan Antara Terpaan Media Massa Dengan Pengetahuan Politik Mahasiswa". Maka teori yang dapat digunakan dalam penelitian ini dapat dipetakan sebagai berikut:
Grand Theory
Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik adalah suatu pendekatan yang multifase terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. (Misiak dan Sexton, 2005 ). Manusia dianggap menyadari akan keberadaan diri dan potensinya dan secara aktif menanggapi stimuli di lingkungannya. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu …
Middle-Range Theory
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow - disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.
Applied Theory
Teori Uses and Gratification
Teori Uses and Gratification yang dipopulerkan oleh Katz, Blumler dan Gurevitch ini, bukan mempermasalahkan bagaimana media merubah sikap dan perilaku khalayak, melainkan bagaimana khalayak bersikap dan bertindak terhadap media. Jadi khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, dan bila itu terpenuhi, maka mereka akan merasa puas. Applied Theory inilah yang digunakan untuk menganalisis penelitian tentang "Hubungan Antara Terpaan Media Massa Dengan Pengetahuan Politik Mahasiswa", karena kesesuaian substansi dari teori ini dengan permasalahan yang diteliti.
Nama : Herdiansyah Amanu
NPM : 210120110052
Mata Kuliah : Teori-Teori Komunikasi
Dosen : Prof. Dr. H. Deddy Mulyana
PARADIGMA OBJEKTIF/DEDUKTIF/SAINTIFIK
(VS PARADIGMA SUBJEKTIF)
Paradigma objektif mengasumsikan realitas diatur oleh hukum-hukum yang tetap (peneliti mencari hubungan kausal atas suatu fenomena). Tak heran jika penelitian yang dilatarbelakangi paradigma ini kerap menggunakan metode eksperimental dengan tes statistik. Menurut Onong Uchjana Effendy, objektifitas dapat dicapai dengan dua cara:
Stephen W. Little John mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dihubungkan dengan objektifitas, artinya ilmu pengetahuan bertujuan untuk membuat standardisasi pengamatan dan berusaha mengurangi perbedaan-perbedaan kemanusiaan terhadap apa yang diamati.
Dalam dunia penelitian, paradigma objektif ini lebih mendominasi metode penelitian kuantitatif ketimbang kualitatif. Meski masih banyak dipertentangkan, tapi sekedar sebagai perbandingan dapat disimak pendapat Bavelas yang mencoba menggambarkan perbedaan kedua metode ini sebagai berikut:
Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
Angka-angka Tanpa angka-angka
Parametik Nonparametik
Statistik Nonstatistik
Empiris Tidak empiris
Objektif Subjektif
Deduktif Induktif
Pengujian hipotesis Penjelajahan (Exploratory)
Eksperimental Noneksperimental
Laboratorium Dunia nyata
Artifisial Alamiah
Dapat digeneralisasikan Tidak dapat digeneralisasikan
Sumber: Deddy Mulyana dan Solatun dalam bukuya:”Metode Penelitian Komunikasi”
Sebagai sifat data, istilah kualitatif bukan dimaksudkan sebagai lawan dari istilah kuantitatif, karena dalam penelitian yang sangat kuantitatif sekalipun sebenarnya juga akan ditemukan uraian yang kualitatif, berupa penafsiran atas temuan yang bersifat kuantitatif. Sebaliknya tidak menjadi masalah bagi seorang peneliti interpretatif yang data utamanya bersifat kualitatif untuk menggunakan data kuantitatif berupa data statistik (deskriptif) atau statistik semu yang berkenaan dengan frekuensi temuan.
Asusmi bahwa penelitian kualitatif bersifat induktif sedangkan penelitian kuantitatif bersifat deduktif tidak sepenuhnya benar. Ilmu-ilmu alam seperti Biologi, Astronomi dan Fisika Nuklir sebenarnya tidak selamanya bersifat deduktif. Sedangkan penelitian kualitatif juga bisa menggunakan pendekatan deduktif hypothetico yang eksplisit (Hayes, 1997:6). Namun kenyataannya para penulis buku metodologi penelitian kualititatif sering menggunakan istilah “kualitatif” pada tingkat paradigma (pendekatan induktif dan emik) yang mempertentangkannya dengan istilah “kuantitatif” (pendekatan deduktif dan etik). Jika hanya menggunakan istilah “kualitatif” pada tingkat paradigma, maka muncullah kesalahkaprahan pemahaman seperti membandingkan keduanya secara salah kaprah seperti yang dikemukakan oleh Bavelas.
Referensi:
Effendy, Onong Uchayana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, 2003
Littlejohn Stephen W. and Foss, ”Theories of Human Communication”, Belmont, Californa:Wadsworth, 1996
Mulyana, Deddy dan Solatun. Metode Penelitian Komunikasi, Rosda, 2008
Membuat Model Komunikasi dalam Penelitian Kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif, kita diharuskan untuk menemukan teori baru atau minimal sebuah model (istilah lain disebut tipifikasi atau konstruk derajat kedua meurut Prof. Deddy Mulyana), dan bukan menguji teori yang sudah ada. Model itu dimunculkan di Bab Pembahasan.
Berikut contoh pembuatan model komunikasi dalam penelitian kualitatif:
1. Dramaturgi Suami-suami Penggemar Seks Bebas
(Herdiansyah Amanu)
Berikut digambarkan konstruk derajat kedua yang coba dipolakan dalam bentuk model dramaturgi suami penggemar seks bebas:
Gambar: Model Dramaturgi Suami Penggemar Seks Bebas:
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa memang tidak semua lelaki yang sudah berkeluarga tapi masih gemar dengan kehidupan seks bebas itu tidak mau bertanggungjawab terhadap keluarganya. Setidaknya ia masih punya harapan dengan keluarganya. Ini menunjukkan bahwa ia sebenarnya mencintai keutuhan keluarganya seraya masih mencitai kegemarannya terhadap seks bebas.... (dst, disertai dengan penjelasan gambar).
2. Fenomenologi Mahasiswa Mengamen di Jalanan Demi Acara Kampus
(Herdiansyah Amanu)
Model Komunikasi Mahasiswa Pengamen di Jalanan
Sebelum melakukan aktivitas mengamen, mahasiswa mempersiapkan diri dengan melakukan impression management atau pengelolaan kesan. Dalam teori impression management, Goffman mengasumsikan bahwa ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, dia ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain. Upaya tersebut sebagai impression management atau pengelolaan kesan, yaitu teknik yang digunakan oleh aktor untuk memupuk kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.... (dst, disertai dengan penjelasan gambar).
Penulisan Cuplikan Referensi dan Daftar Pustaka
Disampaikan oleh: Herdiansyah Amanu
(Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Komunikasi UNPAD Bandung)
STIKOM IGA Tanjungpinang, Rabu, 1 Agustus 2012
CUPLIKAN REFERENSI
Secara umum, terdapat 2 cara dalam melakukan cuplikan referensi, yaitu dengan menggunakan model:
Yaitu dengan menuliskan langsung sumbernya di dalam kurung (nama penulis, tahun terbit buku:halaman buku). Contoh:
Keterangan: Cuplikan diatas dibuat dalam format 2 spasi karena telah disisipi pendapat penulis (teks yang dicetak tebal)
Media exposure is more complicated than access because is ideal not only what a person is within pysical (range of the particular mass medium) but also whether person is actually exposed to the message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing with at list minimal amount of interest the mass media message. The exposure might occure to end individual or group level. (Prastyono, 1995:23)
Keterangan: Cuplikan diatas dibuat dalam format 1 spasi dan margin kirinya agak menyolok ke dalam (biasanya sejajar dengan baris di awal paragraf) karena mengutip secara utuh tanpa perubahan. Sedangkan cetak miring dibuat karena menggunakan istilah atau bahasa asing (Bahasa Inggris)
Keterangan: ini merupakan pendapat Brent D. Ruben yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam bukunya. Teks yang dicetak tebal merupakan tambahan/suntingan. Disini penulis tidak langsung merujuk pada buku milik Ruben, melainkan dipetik dari buku Muhammad (Arni Muhammad yang menulis dalam bukunya pada halaman 3, tahun 2002)
Yaitu dengan menggunakan catatan kaki atas teks yang dirujuk. Contoh:
Berbeda dengan ISL yang pendanaannya bergantung pada APBD, pendanaan IPL tanpa menggunakan APBD.[1]
Petikan kalimat di atas merupakan petikan kalimat dari sebuah website yang bernama goal.com, seperti yang tertera pada catatan kaki di bawah halaman ini, yaitu http://m.goal.com/s/id-ID/news/3342627 yang diakses pada 18 Januari 2012. Di akhir kalimat ditandai dengan penomoran catatan kaki secara berurutan, mulai dari nomor 1 dan seterusnya.
[1] http://m.goal.com/s/id-ID/news/3342627 diakses pada 18 Januari 2012.
Daftar Pustaka
a. Pengarang tunggal:
Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
b. Pengarang bersama:
Mulyana, Deddy & Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
c. Redaksi atau suntingan:
Kunrjaraningrat (red). 1983. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
d. Terjemahan:
Scott, J.C. 2000. Senjata Orang-orang Yang Kalah. Terjemahan A. Rahman Zainuddin, Sayogo dan Mien Joehar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
e. Rujukan Elektronik:
Kawasaki, Jodee L., and Matt R Raveb. 1995. “Computer-Administered Surveys in Extension.” Journal of Extention 33(June). E-Journal on-line. Melalui http://www.joe.org/june33/95.html [06/17/00]
Rogers, D. 2001. “Anas platyrhynchos” (On-line), Animal Diversity Web. http://animaldiversity.ummz.umich.edu
/site/accounts/information/Anas_platyrhynchos.html. 12 Maret 2011.
Hasibuan, Rusli. “Menanam Jengkol di Bukit Kapur.” http://www.duniatani.or.id/riset/rusli
/palawija_jengkol.html(diakses tanggal 12 Juni 2003)
Siberut Conservation Programme. 2009. Animals. http://siberut-island.org/html/animals_of_siberut.html. 12 Maret 2011.
Kumpulan Contoh Penelitian dengan Metode Penelitian Kuantitatif
Peneliti : Monika Wutun.
Teori Pendukung : The Cultural & Norms Theory (Melvin DeFleur).
Rumusan Masalah : Sejauhmana pengaruh terpaan film korea dengan nilai hidup bersama sebelum menikah terhadap perubahan sikap remaja Kota Kupang tentang perkwinan?
Identifikasi Masalah :
Tujuan Penelitian :
Peneliti : Laode Herman.
Teori Pendukung : Teori-teori Komunikasi Interpersonal, Teori Analisis Transaksional.
Rumusan Masalah : Pengaruh intensitas komunikasi interpersonal terhadap kualitas hubungan persahabatan antara mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Haluoleo Kendari?
Identifikasi Masalah :
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh intensitas komunikasi interpersonal terhadap kualitas hubungan persahabatan antar mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Haluoleo Kendari.
(Studi Pengaruh Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Anak-Anak SD Negeri Tikukur III Kec. Coblong Bandung)
Peneliti : Herdiansyah Amanu.
Teori Pendukung : Hipodermic Needle Theory, Cultivation Theory, Imitation Theory
Rumusan Masalah : Seberapa jauh pengaruh tayangan kekerasan di televisi terhadap perilaku anak?
Identifikasi Masalah :
Tujuan Penelitian :
(Studi Analisis Isi Suratkabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 1 November – 31 Desember 1996 mengenai Berita Olahraga Bulutangkis)
Peneliti : Herdiansyah Amanu
Teori Pendukung : Content Analysis
Rumusan Masalah : Adakah perbedaan antara suratkabar Kompas dan Jawa Pos edisi 1 November – 31 Desember 1996 dalam menyajikan berita olahraga bulutangkis, ditinjau dari frekwensi, volume dan topik?
Tujuan Penelitian :Untuk mengetahuisejauh mana perbedaan antara suratkabar Kompas dan Jawa Pos edisi 1 November – 31 Desember 1996 dalam menyajikan berita olahraga bulutangkis, ditinjau dari frekwensi, volume dan topik
Kumpulan Contoh Penelitian dengan Metode Penelitian Kualitatif
(Studi Dramaturgis Komunikasi Politik di DPR RI).
Peneliti : Lely Arrianie.
Teori Pendukung : Dramaturgi, Impression Management, Fenomenologi, Interaksi Simbolik.
Tujuan Penelitian :
Fokus Penelitian :
Peneliti : Engkus Kuswarno.
Teori Pendukung : Fenomenologi, Interaksi Simbolik, Dramaturgi, Impression Management.
Tujuan penelitian : Mengungkap alasan atau motivasi apa yang mendorong mereka menjadi pengemis.
Fokus Penelitian : Bagaimana penegemis di Kota Bandung mengelola komunikasi mereka dengan calon dermawan?
(AnalisisFraming Model Robert N. Entman tentang Pemberitaan Krisis Kepengurusan PSSI di okezone.com dan vivanews.com Edisi Januari – Februari 2012)
Peneliti : Herdiansyah Amanu.
Teori Pendukung : Teori Konstruktivisme, Framing Analysis.
Tujuan penelitian untuk mengetahui:
Fokus Penelitian:
Mengungkap bagaimana okezone.com dan viva.co.id membingkai pemberitaan krisis kepengurusan PSSI di edisi Januari – Februari 2012 dengan menggunakan analisis framing model Robert N. Entman
Beberapa Contoh Judul-Judul Penelitian Kuantitatif
(Studi korelasional penggunaan media suratkabar harian dan mobile internet dengan pemenuhan kebutuhan informasi di Kantor Setda Pemkot Cimahi Tahun 2011.
Oleh: Geney Diah M (Unpad Bandung)
Oleh: Yesrin Selfianne Kadoena(UPN Veteran Yogyakarta).
Oleh: Tine Silvana R (Unpad Bandung).
(Studi korelasional tentang hubungan antara terpaan media online dengan tingkat pengetahuan politik mahasiswa STIKOM IGA Tanjungpinang.
(FIKTIF)
Oleh: Herdiansyah Amanu (Unisri Solo)
(Studi pengaruh sinetron “Cinta Fitri” terhadap sikap mental remaja putri di SMA Negeri 1 Tanjungpinang)
(FIKTIF)
Studi pengaruh acara infotainment di RCTI terhadap gaya hidup mahasiswa Umrah Tanjungpinang.
(FIKTIF)
Beberapa Contoh Judul-judul Penelitian Kualitatif
Oleh: Erna Ferina M. (Unpad Bandung)
Oleh: Waode Seprina (Unpad Bandung)
(Studi Analisis Etnografi Tentang Identitas Etnis Mahasiswa Etnis Tionghoa dalam Kompetensi Komunikasi dengan Mahasiswa Pribumi di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik Stambuk 2009 dan 2010 Universitas Sumatera Utara).
Oleh: Rifal Aswar Tanjung (USU Medan)
(Studi interaksi simbolik pada anggota komunitas online regional Bandung)
Oleh: Yoga Pramadi (Unpad).
(Studi dramaturgi komunikasi verbal dan nonverbal dosen-dosen single diPekanbaru)
Oleh: Tika Muthia (Unpad)
(Studi Kasus Pada Remaja Putri Pelaku Seks Pranikah Di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia).
Oleh: Apriyanthi, Dwi Putri (USU Medan)
(Analisis semiotika komunikasi tentang bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak dan dampak pada usia dewasa dalam film “Mereka Bilang, Saya Monyet!” )
Ratna Permata Sari (UNS Solo)
(Analisis semiotika iklan LA Light dalam versi delay)
Oleh: Hisnia Sari (Unmuh Malang)
Oleh: Lista Pusrianti (USU Medan).
10. Fenomenologi tentang konsep diri anak dalam memaknai acara siaran anak pada televisi.
Oleh: Aris Zulfiansyah (Unpad Bandung)
11. Studi Fenomenologi pada Forum Komunikasi Waria Indonesia tentang identias diri dan pola komunikasi waria profesi formal.
Oleh: Maya Ratnasari (Unpad Bandung)
12. Makna identitas diri ethnik Tionghua dalam komunikasi antar etnik.
(Studi Fenomenologi makna identitas etnik Tionghua dalam komunikasi antar etnik di Kab. Timor Tengah Selatan).
Oleh: Christian J. (Unpad Bandung)
13. Studi fenomenologi tentang komunikasi remaja pengguna narkoba
Oleh: Evline Yulianty
14. Komunikasi antarpribadi Konselor ODAPUS
(Studi Kasus Disyamsi Dhuha Foundation Bandung)
Oleh: Nurly Meilinda (Unpad Bandung)
15. Komunikasi Bisnis Kaum Waria
(Studi Fenomenologi Komunikasi Bisnis Pada Kaum Waria Di Kota Bandung)
Oleh: Widya Pratiwi (Unpad Bandung)
16. Strategi komunikasi bisnis dalam penjualan produk.
Studi fenomenologi tentang strategi komunikasi bisnis PT. X dalam menjual produk di Tanjungpinang
(FIKTIF)
17. Penggunaan komunikasi visual di SLB
Studi interaksi simbolik di lingkungan SLB Tanjungpinang
(FIKTIF)
18. Penggunaan simbol-simbol dalam karya musik.
Studi semiotika simbol-simbol dalam karya musik Dewa.
(FIKTIF)
19. Islam dan Etika Komunikasi.
(Komunikasi antar agama: sebuah studi hermeneutik)
Oleh: Solatun.
20. Sandiwara Suami Penggemar Seks Bebas
(Studi Dramaturgi tentang Realitas Kehidupan Suami Penggemar Seks Bebas)
Oleh: Herdiansyah Amanu (Unpad Bandung)
21. Ngamen Demi Acara Kampus
(Fenomenologi Mahasiswa Ngamen di Jalanan Demi Acara Kampus)
Oleh: Herdiansyah Amanu (Unpad Bandung)
22. Konstruksi Realitas Sosial dalam Pemberitaan Media
(Analisis Framing Berita Kasus Proyek Hambalang di Metro TV dan TV One)
Oleh: Herdiansyah Amanu (Unpad Bandung).
23. Konvergensi simbolik pada jamaah tabligh Tanjungpinang.
(Studi tema-tema fantasi dalam dakwah-dakwah di lingkungan jamaah tabligh Tanjungpinang)
(FIKTIF).
Perintah-perintah dasar (basic command) dalam Sistem Operasi Linux
1. menampilkan isi direktori: ls
2. menampilkan isi subdir tertentu: ls /etc/apt/
3. membuat dir/folder => mkdir nama_dir, cth: mkdir test1
4. berpindah dir: cd /nama_dir
5. membuat file: nano nama_file cth: nano file1.txt
6. melihat isi file: cat nama_file cth: cat file1.txt
7. membuat file dan menulis isi file (echo), cth: echo 123 >/backup/file3
8. mengcopy file dg nma sama: cp alamat_file_yg_akan_dikopi tujuan_dir. cth: cp /test/file1 /test2
9. mengcopy file dg nma beda: cth: cp /test/file1 /test2/file2
10.Memindahkan file: mv nama_file yang akan dipindahkan (spasi) alamat tujuannya. cth mv /test/file1 /test2
11.merubah nama file: mv nama_file1 namafile2. cth: mv file1.txt file5
12.menghapus file: rm namafile cth: rm file4
13.menghapus all file: rm *.*
14. menghapus dir kosong : rmdir namadir
15.menghapus dir yg berisi: rm -rf nama_dir
16. merubah atribut file: chmod option namafile
Ket. option = user, group, other. read (4), write (2), execute (1)
chmod 777 file1 => ugo punya hak akses utk rwx
chmod 754 file1 => u punya hak akses utk rwx, g = rx, o = r
17. chown => merubah status kepemilikan file. syntax: chown pemilik nama-file
cth: chown herdi.herdi file1
cth2: chown herdi.herdi /backup/test2/file1.txt
18. grep = untuk mencari teks pada suatu file. cth: grep youtube /etc/blok (mencari teks youtube pd file blok di dir.etc
perintah2 untuk meng-intstall/uninstall:
gunakan perintah nano /etc/apt/sources.list utk mengarahkan instalasi paket program. misalnya:
#deb cdrom:[Debian GNU/Linux 4.0 r7 _Etch_ – Official i386 DVD Binary-1 20090209-23:09]/ etch contrib main
#deb cdrom:[Debian GNU/Linux 4.0 r7 _Etch_ – Official i386 DVD Binary-2 20090209-23:09]/ etch contrib main
#deb http://repo.ugm.ac.id/debian/ stable main contrib non-free
deb http://kambing.ui.edu/debian etch main contrib non-free
1. mengupdate repo ke cd-rom=> apt-cdrom add
apt-get install nama_paket (apt-get install samba)
2. mengupdate repo ke internet => arahkan repo k internet (ugm,ui,its…)
gunakan perintah: apt-get update lalu apt-get install nama_paket
3. menghapus paket program: apt-get remove nama_paket
menginstal manual:
dpkg -i namapaket cth: dpkg -i samba.deb (debian)
rpm -ivh nama_paket.rpm (redhat)
mengextract file (gz, bz2)
tar xzvf nama_paket.gz
tar xjvf nama_paket.bz2
make
make install
./configure
beralih ke root: sudo su (masukkan passwordnya)
melihat partisi windows, mengaktifkan dan menon-aktifkannya:
/sbin/fdisk -l
mount /dev/sda5 /win
umount /dev/sda5 /win
usb:
mount /dev/sdb /usb
umount /dev/sdb /usb
MEMBANGUN VIRTUAL SERVER DI LAPTOP ANDA UNTUK LAPTOP/PC-CLIENT
Anda dapat juga membuat server secara virtual dengan menggunakan VBox di laptop anda untuk memberi akses internet kepada PC yang lain atau laptop lainnya. Disini anda tidak perlu menginstal Linux secara real, melainkan cukup secara virtual saja. Caranya seperti biasa anda buat dulu 2 adaptor:
Topologinya Star:
Modem >> eth0 PC-Server & eth1 PC-Server >> Switch/Wireless >> PC/Laptop client
Jadi koneksikan WLAN laptop server ke modem (beri IP yang sama 1 jaringan dengan modem) dan hubungkan port RJ-45 laptop server ke switch untuk PC client, dan switch dihubungkan juga denga wireless Access Point untnk laptop client.
Setelah anda mensetting dengan benar DHCP Server, router/proxy server/transparent proxy, bila PC/laptop client dihubungkan ke switch/wireless Access Point, maka semua PC/laptop client akan mendapat IP dan akses internet melalui eth1 PC-Server/Router. selmat mencoba!!!
MEMBANGUN VIRTUAL SERVER DI LAPTOP ANDA DENGAN VIRTUAL BOX
Bagi anda yangg ingin membangun topologi jaringan client-server dgn menggunakan laptop, anda bisa membuatnya dengan menggunakan VBox/VMWare, meski servernya bersifat virtual. OS Linux yang anda instal secara virtual di laptop anda bisa dijadikan servernya, sedangkan OS Windows yang sdh built-in d laptop anda sebagai clientnya.
Caranya buat dulu 2 adaptor yangg nantinya akan dijadian eth0 & eth1 . analoginya:
* adaptor1/eth0 (diarahkan ke device WLAN laptop anda dalam mode bridge) akan dikoneksikan ke modem (maka beri IP pada eth0 pada OS Linux dalam 1 jaringan yang sama dengan modem),
* sedangkan adaptor2/eth1 (mode koneksinya Host Only) akan diarahkan ke client yaitu OS Windows di laptop anda (gunakan IP bebas yang beda jaringan dr eth0/modem).
sebelum anda koneksikan WLAN laptop anda ke modem, anda harus beri IP sembarang pd WLAN laptop agar laptop tidak terkoneksi langsung ke modem (kita akan buat laptop terkoneksi ke internet lewat virtual server Linux, bukan langsung ke modem).
Bila anda men-setting DHCP server dengan benar, maka virtual LAN card anda (host only) di windows akan mendapat IP secara otomatis dari server dengan IP dalam 1 jaringan yang sama dengan servernya. Dan bila anda men-setting routing/proxy server/transparent proxy dengan benar, maka laptop anda akan bisa terkoneksi ke internet lewat OS linux, bukan langsung ke modem karena IP WLAN anda sudah dirubah dengan menggunakan IP sembarang yang beda jaringan dengan modem).
Untuk menguji lebih jauh apakah benar koneksi internet anda lewat server, coba blokir beberapa situs dengan menggunakan proxy server (edit file squid.conf). Bila laptop anda tidak bisa mengakses situs tersebut, berarti server anda telah bekerja. Selamat mencoba!!!
Mengatur IP Address Pada Debian 5
Sebelumnya perhatikan gambar topologi berikut:
Disini kita akan mengatur IP pada eth0 dan eth1 di PC Server dengan meng-edit file interfaces pada /etc/network. Gunakan perintah ini dengan mengetiknya pada terminal (console linux):
# nano /etc/network/interfaces
Lalu atur baris-baris berikut sesuai dengan IP yang ingin anda pasang, conoh:
auto eth0
iface eth0 inet static
address 192.168.1.3
netmask 255.255.255.0
gateway 192.168.1.1
auto eth1
iface eth0 inet static
address 10.1.0.1
netmask 255.255.255.248
gateway 0.0.0.0
Kemudian simpan dengan menekan ctrl x, dan tekan y. Setelah itu, restart layanan network PC-server., Karena kami menggunakan Debian 5, maka untuk me-restart network digunakan perintah:
/etc/init.d/networking restart
Silakan cek IP addres PC-Server anda dengan perintah:
ifconfig eth0 (enter)
ifconfig eth1 (enter)
1. Mentransfer file dari komputer lokal ke komputer server disebut
a) Download
b) Koneksi
c) Upload
d) Server
e) Load Time
2. Mengirim pesan atau berita ke sebuah situs, forum diskusi, atau milis disebut dengan
a) Copy
b) Block
c) Dial
d) Posting
e) Banned
3. Jika nomor IP tidak dikenal dalam jaringan, maka akan muncul pesan
a. Request Time Out
b. Time to Live
c. Time to Leave
d. Data Pending
e. Repply For All
4. Untuk melihat indikasi pada konfigurasi IP yang terpasang pada Komputer dengan sistem operasi windows dengan perintah
a. Ifconfig
b. IPconfig
c. Isconfig
d. Cpconfig
e. ISconfig
5. Skema desain pembangunan sebuah jaringan komputer dikenal dengan istilah
a. Tipe
b. Topologi
c. Geografi
d. Skalabilitas
e. Media Transmisi
6. Pada jaringan ATM (Asynchronus Transfer Mode ) mode koneksi secara keseluruhan menggunakan:
a.Client-server dan pree to preer
b.Perangkat lunak dan keras
c.IAN dan WAN
d.Clien-server dan hardisk
e. Virtual circuit
7. Pengertian Clien-server adalah:
a.jaringan komputer dgn komputer yang didedikasi khusus sebagai server
b.jaringan komputer dimana setiap host dapat menjadi server dan juga clien secara bersama
c.wirelees personal jaringan network
d.sistem yang terdiri dari komputer dan perangkat jaringan lainnya
e. model koneksi jaringan yang setara perannya antar sesame komputer
8. Alat yang bertugas mentransmisikan gabungan beberapa sinyal melalui sebuah circuit ialah:
a.Router
b.Wireless LAN
c. Multiplexer
d.Switch
e. Repeater
9.pada sistem koneksi clien-server, komputer clien merupakan cabang dari komputer:
a.Server
b.File
c.Autonomos
d.Peer To Peer
e. Workstation
10. Perangkat jaringan yang dibutuhkan untuk menghubungkan beberapa kelompok jaingan LAN adalah:
a. Tang krimping
b. Router
c. Personal Computer
d. Labor komputer
e. LAN tester
Bilangan Desimal adalah bilangan bulat yang terdiri 10 angka, yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9. Setelah angka 9, maka angka berikutnya adalah 10, 11, 12 dan seterusnya. Sistem bilangan desimal dikenal sebagai sistem bilangan berbasis 10, sehingga angka 10 pada sistem bilangan desimal ditulis sebagai subscript.
Contoh penulisan bilangan Desimal:
15710 berarti terdiri dari 1 ratusan (102), 5 puluhan (101) dan 7 satuan (100). Secara matematis ditulis:
15710 = (1x102) + (5x101) + (7x100)
Bilangan biner merupakan bilangan berbasis dua, dimana angka dari bilangan biner hanya berupa angka 0 dan 1. Bilangan biner terdiri dari 8 bit yang ditulis dengan angka 0 atau 1, mulai dari 00000000 s/d 11111111.
Contoh penulisan bilagan biner:
111100002 000011112 dan seterusnya
Bilangan biner menggunakan perpangkatan 2Ë£, mulai dari 27 s/d 20
No. Bit Biner | 8 | 7 | 6 | 5 | 4 | 3 | 2 | 1 |
Pangkat | 2⁷ | 2⁶ | 2⁵ | 2⁴ | 2³ | 2² | 2¹ | 2⁰ |
Desimal | 128 | 64 | 32 | 16 | 8 | 4 | 2 | 1 |
Bilangan oktal adalah bilangan berbasis 8, yang menggunakan angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Pada sistem bilangan oktal, angka 8 ditulis sebagai subscript.
Contoh penulisan bilangan oktal, : 178 1298 dan seterusnya.
Konversi Sistem Bilangan Oktal berasal dari Sistem bilangan biner yang dikelompokkan tiap 3 bit biner dari ujung paling kanan. Perhatikan table berikut ini:
Desimal | Biner | Oktal | |
3 Bit Biner | Nilai Oktal | ||
0 | 0000 0000 | 000 | 0 |
1 | 0000 0001 | 001 | 1 |
2 | 0000 0010 | 010 | 2 |
3 | 0000 0011 | 011 | 3 |
4 | 0000 0100 | 100 | 4 |
5 | 0000 0101 | 101 | 5 |
6 | 0000 0110 | 110 | 6 |
7 | 0000 0111 | 111 | 7 |
Bilangan Heksadesimal adalah bilangan berbasis 16, yang menggunakan angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan huruf A, B, C, D, E, F, yang melambangkan A = 10, B = 11, C = 12, D = 13, E = 14, F = 15 . Pada sistem bilangan Heksadesimal, angka 16 ditulis sebagai subscript.
Contoh penulisan bilangan Heksadesimal, : B516 4C16 dan seterusnya.
Bilangan Heksadesimal berasal dari Sistem bilangan biner yang dikelompokkan tiap 4 bit biner dari ujung paling kanan. Nilai desimal yang setara dengan setiap simbol tersebut diperlihatkan pada tabel berikut:
Desimal | Biner | Heksa | |
4 Bit Biner | Nilai Heksa | ||
0 | 0000 0000 | 0000 | 0 |
1 | 0000 0001 | 0001 | 1 |
2 | 0000 0010 | 0010 | 2 |
3 | 0000 0011 | 0011 | 3 |
4 | 0000 0100 | 0100 | 4 |
5 | 0000 0101 | 0101 | 5 |
6 | 0000 0110 | 0110 | 6 |
7 | 0000 0111 | 0111 | 7 |
8 | 0000 1000 | 1000 | 8 |
9 | 0000 1001 | 1001 | 9 |
10 | 0000 1010 | 1010 | A |
11 | 0000 1011 | 1011 | B |
12 | 0000 1100 | 1100 | C |
13 | 0000 1101 | 1101 | D |
14 | 0000 1110 | 1110 | E |
15 | 0000 1111 | 1111 | F |
Dengan demikian dapat disimpulkan keterangan sebagai berikut:
SISTEM | RADIK/BASIS | ANGKA/BILANGAN |
DESIMAL | 10 | 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 |
BINER | 2 | 0,1 |
OKTAL | 8 | 0,1,2,3,4,5,6,7 |
HEKSADESIMAL | 16 | 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F |
Softswitch merupakan suatu alat yang bekerja pada jaringan VoIP. Softswitch menghubungkan antara jaringan sirkuit yang ada dengan jaringan paket. Jaringan tersebut meliputi jaringan telpon tetap (PSTN), internet yang berbasis IP, kabel TV dan juga jaringan seluler (GSM).
Softswitch (software switch) adalah perangkat utama dalam jaringan telekomunikasi yang menghubungkan panggilan telepon dari satu saluran telepon ke saluran telepon lain melalui jaringan telekomunikasi atau Internet publik. Seluruh sambungan tersebut menggunakan perangkat lunak yang berjalan pada sistem komputer tujuan umum. Dengan kata lain Softswitch menghubungkan antara jaringan sirkuit yang ada dengan jaringan paket. Jaringan tersebut meliputi jaringan telpon tetap (PSTN), internet yang berbasis IP, kabel TV dan juga jaringan seluler (GSM).
Perangkat perangkat dalam sofswitch yaitu :
Softswitch merupakan sebuah sistem telekomunikasi masa depan yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yaitu mampu memberikan layanan triple play sekaligus dimana layanan ini hanya mungkin dilakukan oleh sistem dengan jaringan yang maju seperti teknologi yang berbasis IP.
Bagian yang paling kompleks dalam suatu sentral lokal adalah bagian software yang mengatur call processing. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menciptakan suatu alat yang dapat menyambungkan komunikasi suara (voice) dalam bentuk paket maupun circuit.
Management Plan
Management Plan menangani fungsi seperti berlangganan dan ketetapan jasa/layanan, dukungan operasional, penagihan dan tugas manajemen jaringan lainnya seperti informasi billing.
Service & Application Plan
Service & Application Plan menyediakan kendali, logika dan pengeksekusi satu atau lebih jasa/layanan atau aplikasi di dalam suatu jaringan VoIP. Perangkat-perangkat di dalam control plan ini mengendalikan jalannya suatu panggilan berdasarkan layanan/jasa pengeksekusi logika melalui komunikasi dengan perangkat di dalam Call Control & Signaling Plan.
Call Control & Signaling
Plan Call Control & Signaling Plan mengontrol elemen utama pada jaringan VoIP, khususnya pada Transport Plan. Perangkat dan fungsi dalam plane ini menyelesaikan kendali panggilan berdasarkan pesan yang diterima dari Transport Plan dan menangani pembangunan dan pemutusan koneksi media antar jaringan VoIP oleh komponen pengendalian dalamTransport Plan.
Transport Plan
Transport plan bertanggungjawab untuk pengirirman pesan antar jaringan VoIP. Pesan ini dapat berupa call signalling, call dan media set up atau media. Transport plan dibagi menjadi tiga daerah : IP Transport Domain, Interworking Domain, dan Non-IP Access Domain.
Application Server
Application Server merupakan entitas pengeksekusi aplikasi. Peran utama Application Server adalah untuk menyediakan logika layanan dan eksekusi untuk beberapa aplikasi dan layanan, contohnya seperti features, OSS, NMS.
MG (Media Gateway)
Media gateway berfungsi sebagai elemen transport untuk merutekan trafik dalam jaringan softswitch dan juga mengirim atau menerima trafik dari jaringan lain yang berbeda, seperti PSTN,PLMN, VoIP H.323, dan jaringan akses pelanggan.
SG (Signalling Gateway)
Signaling gateway sebagai gerbang antara jaringan signal SS7 dengan node-node lain pada jaringan IP yang dikontrol oleh softswitch.
Application Layer
Application Layer merupakan bagian jaringan yang menyediakan dan mengeksekusi satu atau beberapa aplikasi layanan di dalam IMS.Application Layer juga mengontrol Media Server yang memberikan fungsi seperti conference, IVR, tone processing. Protokol yang diterapkan antaracontrol layerdanapplication layeradalah SIP.
Control Layer
Control Layer merupakan bagian jaringan yang berfungsi sebagai pengendali proses pembangunan dan pemutusan hubungan yang melibatkan elemen-elemen jaringan pada layer yang lain berdasarkan signaling message yang diterima dari Transport Layer.
Transport Layer
Transport Layer merupakan bagian jaringan yang berfungsi sebagai media transport bagi semuamessagedi jaringan, seperti:call signaling, call & media setupatau informasi voice atau datanya sendiri.
Terdapat 4 kategori pada jaringan softswitch, yaitu :
Protokol yang digunakan untuk signaling selalu berbasis TCP (Transfer Control Protocol) sedang untuk RTP yang digunakan adalah protocol berbasis UDP (User Datagram Protocol). Signaling dilakukan diantara port TCP yang sudah umum diketahui, pada gambar di atas digunakan H.245, H.255 dan SIP.
Protokol yang digunakan untuk pengontrol media adalah MGCP yang merupakan protokol komunikasi antara MGC dan MG dengan menggunakan master/slave ini, MG dapat mengeksekusi command yang dikirim oleh MGC. Media Gateway Control Protocol (MEGACO/ H.248) memiliki arsitektur master/slave. MGC bertindak sebagai master server yang bertanggung jawab untuk melakukan fungsi kontrol panggilan dan MG bertindak sebagai slave client yang bertanggung jawab untuk mencampur media. Komunikasi antara MGC dan MG dengan menggunakan protocol MEGACO berfungsi untuk mengatur koneksi dari media stream.
Protokol yang digunakan untuk transport adalah protokol Real-time Transport Protocol (RTP) menyediakan fungsi transportasi jaringan end-to-end yang sesuai untuk aplikasi pengiriman data real time, seperti suara atau video lewat layanan jaringan multicast atau unicast.
Protokol yang digunakan untuk signalling gateway adalah protokol SIGTRAN. SIGTRAN adalah sebuah singkatan dari Signaling Transport (Sinyal Transportasi) yang menghasilkan sebuah spesifikasi untuk sebuah keluarga protokol yang menyediakan layanan datagram dan layer penyesuaian untuk Signaling System 7 (SS7) dan ISDN Communication Protocol.
Setelah membaca artikel ini anda dapat melanjutkan artikel tentang VoIP yang lain, berikut daftarnya
1. Pengertian VoIP
2. Konsep Kerja VoIP
3. Konsep Kerja Protokoler Server Softswitch
4. Aplikasi VoIP
5. Keamanan Yang Diterapkan Pada VoIP
6. Kekurangan dan Kelebihan VoIP
TREND METODE PENELITIAN KOMUNIKASI SAAT INI
Disampaikan oleh: Herdiansyah Amanu
(Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Komunikasi UNPAD Bandung)
STIKOM IGA Tanjungpinang, Senin, 6 Februari 2012
Beberapa Paradigma Ilmu Sosial
Setiap paradigma memiliki perspektif yang berbeda dalam memandang realitas. Berikut dipaparkan 3 paradima besar dalam ilmu-ilmu sosial yang dikutip oleh Salim (2006:72) dari Dedy N. Hidayat:
Tiga Paradigma Ilmu Sosial
Positivisme &
Post-positivisme |
Konstruktivisme
(interpretif) |
Teori Kritis |
Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode terorganisir untuk mengkombinasikan ‘deductive logic’ melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan bagi memprediksi pola umum gejala sosial tertentu | Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis atas ‘socially meaningful action’ melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam setting yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial | Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkap ‘the real structure’ dibalik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek penelitian |
Contoh Teori | Contoh Teori | Contoh Teori |
Ekonomi Politik Liberal, Teori Modernisasi, Teori Pembangunan Negara Berkembang, Interaksionisme Simbolik (Iowa School), Agenda Setting, Teori Fungsi Media | Konstruktivisme Ekonomi Politik (Golding & Murdock), Fenomenologi, Etnometodologi, Interaksi Simbolik (Chicago School), Konstruksionisme (Social Construction of Reality Peter L . Berger) | Strukturalisme Ekonomi Politik (Schudson), Instrumentalisme Ekonomi Politik (Chomsky, Gramsci dan Adorno), Teori Tindakan Komunikasi (Jurgan Habermas) |
Sumber: Diambil dari Dedy N. Hidayat (Paradigma & Metodologi, 09/12/1998) (Salim, 2006:72).
Istilah paradigma positivisme/post positivisme selalu dilekatkan dengan perspektif atau pendekatan objektif/positivistik, sedangkan istilah paradigma konstruktivisme dan kritis selalu dilekatkan dengan perspektif atau pendekatan subjektif/interpretif. Dalam perkembangannya, paradigma positivisme/post positivisme telah melahirkan berbagai metode penelitian khususnya di ranah penelitian kuantitatif, sedangkan paradigma konstruktivisme dan kritis telah melahirkan berbagai metode penelitian khususnya di ranah penelitian kualitatif.
Dua Mahzab Dalam Penelitian Komunikasi
Dalam melakukan penelitian di bidang komunikasi terdapat 2 metode yakni metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif terinspirasi oleh Mahzab Chicago dengan menggunakan pendekatan objektif/positivistik, sedangkan penelitian kualitatif dipopulerkan oleh Mahzab Frankfurt dengan menggunakan pendekatan subjektif/intrepretif. Berikut sekilas penjelasan tentang kedua mahzab tersebut:
Mahzab Chicago
Mahzab ini dipelopori oleh para pakar penelitian dari Amerika Serikat diantaranya Robert Ezra Park, Paul F. Lazarsfeld, Harold D. Lasswell, Bernard Berelson, Robert K. Merton, David Lerner, Wilbur Schramm, David K. Berlo, Ithiel De Sofa Pool, Charles Wright dan lain-lain. Penelitian yang dilakukan oleh mahzab ini lebih menitik beratkan pada efek komunikasi massa baik secara langsung maupun tak langsung terhadap khalayak. Disini digambarkan khalayak yang pasif saat menerima pesan-pesan media. Jadi media begitu perkasa dalam mempengaruhi atau merubah sikap dan prilaku khalayak. Mahzab ini disebut juga dengan aliran positivisme empirik yang menganggap bahwa penelitian harus bebas nilai yang diuji dalam dunia nyata, yaitu dunia yang dapat dindera (dilihat, dirasakan, diraba atau dapat dialami).
Mahzab Frankfurt
Mahzab ini dipelopori oleh para pakar penelitian dari Jerman diantaranya Th. Adorno, M. Horkheimer, W. Benjamin, M. Marcuce. Mahzab ini menghasilkan sebuah teori bernama Teori Kritis dan penelitiannya dinamakan Critical Research (Penelitian Kritis). Jika Mahzab Chicago lebih menekankan pada efek komunikasi massa, maka pada penelitian Mahzab Frankfurt lebih berfokus pada pengawasan sistem komunikasi untuk menarik kesimpulan tentang lembaga media massa yang menyebarkan pesan, bukan untuk mengetahui efek komunikasinya terhadap khlayak.
Kritik Mahzab Frankfurt Terhadap Mahzab Chicago
Kritik Mahzab Frankfurt diantaranya menyatakan bahwa penelitian komunikasi massa yang positivistik empirik oleh Mahzab Chicago yang tidak menggunakan teori sosial secara umum tidak dapat mengkaji fenomena-fenomena komunikasi massa. Dalam hal penelitian tentang efektivitas iklan misalnya, karena pihak sponsor ingin mengetahui apakah dana yang dikeluarkannya itu bermanfaat atau tidak, maka disitu tidak dipertanyakan manfaat sosial dari iklan tersebut. Bahkan penelitian Mahzab Chicago yang selalu didanai oleh pihak sponsor, hasil penelitiaannya pun harus disesuaikan dengan kehendak sponsor, sehingga disini hasil penelitiannya jelas diragukan kesahihannya karena sangat rawan dengan manipulasi data dan fakta demi memuaskan keinginan pihak sponsor. Hal ini juga menjadi sorotan kritik dari Mahzab Frankfurt.
Dua Pendekatan yang Melandasi Penelitian Komunikasi
Ada 2 Metode Penelitian komunkasi yang saat ini digunakan, yaitu Metode Penelitian Kuantitatif dan Metode Penelitian Kualitatif. Penelitian Kuantitatif dilandasi oleh pendekatan objektif, sedangkan Penelitian Kualitatif dilandasi oleh pendekatan subjektif /interpretif.
Pendekatan Objektif/Positivistik Sebagai Landasan Metode Penelitian Kuantitatif
Pendekatan objektif/positivistik diterapkan dalam penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis atas hipotesis mengenai hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam. Pendekatan ini memandang bahwa kebenaran dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penelitian atau mengambil jarak dari objek yang diteliti. Jadi penelitian yang dilakukan harus bebas nilai, artinya terlepas dari interpretasi atau penilaian dari si peneliti. Metode penelitian cenderung menganggap manusia itu pasif seperti mesin atau hewan yang prilakunya bisa diramalkan sehingga bisa digeneralisasikan. Penelitian ini bersifat deduktif, artinya berfikir dari hal-hal yang bersifat umum ke khusus. Peneliti mengambil kesimpulan umum terlebih dahulu untuk melakukan generalisasi yang disebut sebagai hipotesis untuk kemudian diuji kebenarannya.
Sebagai ilustrasi, hipotesis yang menyatakan bahwa “Tayangan kekerasan di televisi menimbulkan perilaku agresif pada anak-anak,” sehingga dapat disimpulkan, “Semakin sering anak-anak menonton tayangan kekerasan di televisi, maka perilaku anak akan semakin agresif.” Disini terlihat hubungan sebab akibat dimana terdapat 2 variabel (yang tentunya ini merupakan ciri dari Metode Penelitian Kuantitatif), yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Tayangan kekerasan di televisi sebagai variabel bebas yang mempengaruhi perilaku agresif anak sebagai variabel terikat.
Jadi disini jelas terlihat bahwa menurut pendekatan pendekatan objektif sebagai landasan dari metode penelitian kuantitatif, perilaku manusia sebagai objek penelitian dapat diramalkan sehingga dapat digeneralisasikan. Penelitian Kuantitatif ini bertujuan menguji teori.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini bersifat deskriptif dengan menggunakan wawancara yang berstruktur, survei korelasional, serta eksperimen yang menekankan pada pencarian penjelasan kausal dan mekanistik atas fenomena komunikasi.
Pendekatan Subjektif/Interpretif Sebagai Landasan Metode Penelitian Kualitatif
Menurut pendekatan subjektif/interpretif bahwa perilaku manusia itu sangat unik dan tidak bisa diramalkan karena manusia memiliki kehendak bebas. Berbeda dengan sesuatu (benda) yang hanya sekedar bergerak, atau mesin yang bergerak karena dikendalikan, ataupun hewan yang bertindak hanya karena insting. Jadi manusialah yang yang menciptakan struktur, bukan struktur yang menentukan perilaku manusia. Ini berarti manusia aktif bertindak dalam membetuk realitas. Manusialah yang menstruktur dunia, bukan dunia yang menstruktur manusia. Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial bersifat majemuk, tidak tunggal, sehingga tidak bisa digeneralisasikan. Beberapa prinsip pendekatan subjektif diantaranya:
Kaum subjektivis merasa, untuk mengelola perilaku manusia sebagai materi untuk diteliti secara ilmiah terhambat oleh keterlibatan langsung peneliti dalam perilaku yang mereka ingin jelaskan,sehingga penelitian itu sendiri tidak bisa lepas dari interpretasi peneliti secara subjektif. Penelitian kualitatif tidak bertujuan menguji teori, melainkan untuk menghasilkan model atau teori baru. Jika penelitian kuantitatif ingin memprediksi seberapa besar pengaruh tayangan kekerasan di televisi terhadap prilaku agresif anak, maka penelitian kualitatif tidak bermaksud demikian. Penelitian kualitatif justru ingin menggali lebih jauh lagi mengapa bisa muncul kecenderungan prilaku agresif anak, faktor-faktor apa saja yang mungkin bisa menjadi penyebabnya. Adapun tayangan kekerasan di televisi mungkin hanya menjadi salah satu penyebab dari sekian banyak penyebab yang lain. Disini penelitian kualitatif tidak mengenal adanya variabel bebas dan terikat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif dengan menggunakan wawancara yang mendalam (tidak berstruktur), pengamatan berperan serta, analisis dokumen, studi kasus, studi historis-kritis dengan penafsiran sujektif.
Rentang Pendekaan Objektif dan Interpretif
Meski masih banyak dipertentangkan, tapi sekedar sebagai perbandingan dapat disimak pendapat Bavelas yang mencoba menggambarkan perbedaan kedua metode ini sebagai berikut:
Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif
Angka-angka Tanpa angka-angka
Parametik Nonparametik
Statistik Nonstatistik
Empiris Tidak empiris
Objektif Subjektif
Deduktif Induktif
Pengujian hipotesis Penjelajahan (Exploratory)
Eksperimental Noneksperimental
Laboratorium Dunia nyata
Artifisial Alamiah
Dapat digeneralisasikan Tidak dapat digeneralisasikan
Sumber: Deddy Mulyana dan Solatun dalam bukuya:”Metode Penelitian Komunikasi”
Sedangkan rentang perspektif subjektif – perspektif objektif menurut Morgan dan Smircich, adalah sebagai berikut:
Sementara pemetaan Teori Komunikasi dalam rentang Perspektif Objektif dan Perspektif Subjektif/interpretif menurut Griffin:
Sumber: Em Griffin. A First Look at Communication Theory, Edisi ke-3, NY, 1997
Beberapa pakar ada yang tidak sependapat dengan pemetaan di atas Misalnya Prof. Dr. Deddy Mulyana, menilai teori interaksi simbolik masuk pada perspektif subjektif karena manusia secara aktif memaknai simbol-simbol yang mereka buat untuk berinteraksi antara satu sama lain.
METODE PENELITIAN KOMUNIKASI
Metodologi Kuantitatif
Yaitu penelitian yang menjelaskan suatu masalah yang menggambarkan hubungan antar variabel yang kemudian hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan. Penelitian ini tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis, melainkan lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset merupakan representasi dari seluruh populasi. Dalam melakukan analisis data, metode ini memerlukan bantuan perhitungan ilmu statistik baik statistik deskriptif maupun inferensial.
Dalam penelitian ini peneliti harus bersikap objektif dan memisahkan diri dari data, artinya peneliti tidak boleh membatasi konsep maupun alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Batasan konsep dan alat ukurnya harus diuji terlebih dahulu untuk memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas. Oleh karenanya peneliti tidak boleh melibatkan analisis dan interpretasi yang bersifat subjektif.
Karena penelitian ini bersifat menguji teori, maka harus diterapkan teori-teori yang relevan yang melandasi penelitian tersebut, mulai dari tataran Grand Theory, Middle Range Theory,sampai pada Applied Theory-nya.
Jenis Penelitian Komunikasi dengan Metodologi Kuantitatif
Yakni metode penelitian dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya dengan tujuan memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Survei ini terdiri dari:
a. Survei Deskriptif
Jenis survei yang digunakan untuk menggambarkan populasi yang sedang diteliti. Fokus penelitian ini adalah perilaku yang sedang terjadi dan terdiri dari satu variabel. Misalnya menggambarkan variabel sosiodemografis responden dalam riset “Bagaimana karakteristik sosiodemogafis pembaca Kompas?”, maka peneliti akan menggambarkan tingkat pendidikan responden, tingkat penghasilan, agama, jenis kelamin, tempat tinggal, usia, status perkawinan dan lain-lain
b. Survei Eksplanatif (Analitik)
Jenis survei ini digunakan untuk mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Peneliti tidak sekedar menggambarkan terjadinya fenomena tapi menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya. Dengan kata lain, peneliti ingin menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih dan membuat hipotesis sebagai asumsi awal untuk menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti. Analisis data menggunakan uji statistik inferensial. Misalnya seorang praktisi iklan ingin mensurvei apakah frekwansi terpaan iklan mempengaruhi keinginan orang untuk membeli produk yang diiklankan.
Survei Eksplanatif ini terbagi dua yaitu:
1) Komparatif: bermaksud untuk membuat komparasi (perbandingan) antara variabel yang satu dengan lainnya yang sejenis. Misalnya: “Apakah ada perbedaan antara tingkat kepuasan pembaca Tribun dan Batam Pos?”
2) Asosiatif: Bermaksud untuk menjelaskan hubungan (korelasi) antar variabel. Misalnya: “Apakah ada hubungan antara terpaan media massa dengan pengetahuan politik mahasiswa?”
Yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti atau menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif. Sistematis berarti proses analisis tersusun secara sistematis mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara menganalisisnya maupun kategori yang dipakai untuk menganalisisnya. Objektif berarti peneliti harus mengesampingkan faktor-faktor yang subjektif atau personal sehingga hasil analisis benar-benar objektif dan bila diteliti peneliti lain hasilnya relatif sama. Analisis ini harus dikuantitatifkan ke dalam angka-angka, misalnya: “70% berita berita Kompas selama setahun adalah bertema politik”. Atau misalnya: “Iklan politik di harian Tribun 50% lebih banyak dibanding di harian Riau Pos”
Analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak (tersurat/manifest/nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal-hal yang tersirat (latent), misalnya ideologi dibalik berita dilakukan analisis isi kualtatif, seperti analisis framing, analisis wacana dan semiotika yang telah banyak berkembang di dalam Ilmu Komunikasi.
Yaitu metode yang digunakan untuk meneliti hubungan atau pengaruh sebab akibat dengan memanipulasi satu variabel atau lebih pada pada satu kelompok ekperimental atau lebih, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami manipulasi. Peneliti harus membagi responden dalam 2 kelompok. Kelompok yang satu dimanipulasi dengan pesan tertentu, dan kelompok dua yang tidak dimanipulasi. Kemudian peneliti melihat efek manipulasi tersebut terhadap kelompok satu dengan membandingkannya dengan kelompok dua. Contoh, judul penelitian: “Pengaruh tayangan kekerasan di TV terhadap perilaku agresif anak”. Kelompok anak yang satu disuruh menonton tayangan kekerasan di TV, sedangkan kelompok dua disuguhi acara ringan seperti komedi atau acara ringan lainnya. Kelompok satu disebut kelompok eksperimental, kelompok dua disebut kelompok kontrol. Jika kekerasan diukur dengan perilaku memukul, menendang, mencubit dan yang lainnya, bila anak-anak yang setelah menonton tayangan kekerasan di TV ketika diamati banyak yang memukul, menendang, mencubit, berarti terbukti bahwa acara kriminal tersebut telah mempengaruhi perilaku agresif pada anak-anak.
Teori atau Model Komunikasi Pendukung Metode Penelitian Kuantitatif
Ada beberapa teori atau model komunikasi yang mendukung meode penelitian kuantitatif, diantaranya:
David K.Berlo menggambarkan konsep komunikasi secara sederhana yang melibatkan unsur-unsur tersebut, yang dikenal dengan sebutan model proses komunikasi “S-M-C-R” (Source, Message, Channel, Receiver). Model yang menggambarkan komunikasi berjalan secara linier dari source ke receiver ini berasumsi bahwa komunikasi meupakan suatu proses dimana sumber secara kuat merubah perilaku penerima.
Model Lasswell atau juga dikenal dengan Formula Lasswell menerangkan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Jawaban dari pertanyaan itu adalah: Source, Message, Media, Receiver and Effect (cognitive, affective, behaviour). Model ini juga menggambarkan komunikasi berjalan secara linier dari source ke receiver.
Kedua teori ini memiliki esensi yang sama, yaitu sama-sama mengangap khalayak itu bersifat paswif dalam menerima pesan komunikasi. Teori Hipodermic Needle dipelopori oleh Carl Hovland ini berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) amat perkasa dalam mempengaruhi komunikasi. Disebut sebagai Teori Jarum Suntik karena dalam teori ini dikesankan seakan-akan komunikasi “disuntikkan” langsung ke dalam jiwa komunikan sebagaimana obat disimpan dan disebarkan ke dalam tubuh sehingga terjadi perubahan dalam sistem fisik, begitu pula pesan-pesan persuasif merubah sistem psikologis.
Sementara Teori peluru yang dipelopori oleh Wilbur Schramm ini di tahun 1950-an berasumsi bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Namun di tahun 1970-an lewat karya tulisnya, Schramm mencabut teori ini karena menemukan fakta bahwa khalayak yang menjadi sasaran media itu ternyata tidak pasif.
Teori Agenda Setting yang diperkenalkan oleh M.E. Mc. Comb dan D.L. Shaw ini berasumsi bahwa media membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan tekhnik pemilihan dan penonjolan, media memberi tekanan mana isu yang lebih penting (Becker, 1982). Jadi apa saja yang menjadi agenda media di satu sisi, adalah juga merupakan agenda khalayak di sisi lain.
Teori Uses and Gratification yang dipopulerkan oleh Katz, Blumler dan Gurevitch ini, bukan mempermasalahkan bagaimana media merubah sikap dan perilaku khalayak, melainkan bagaimana khalayak bersikap dan bertindak terhadap media. Jadi khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, dan bila itu terpenuhi, maka mereka akan merasa puas.
Pandangan lain tentang model linier-mekanistis yaitu model matematis yang dipopulerkan oleh Claude, Shanon dan Warren Weaver. Mereka mendefinisikan komunikasi sebagai “All the procedures by which one mind may effect another” atau seluruh prosedur dimana suatu pemikiran dapat mempengaruhi yang lain. Dengan definisi tersebut komponen komunikasi meliputi sumber (source), penyandi (encoder), pesan (message), penyandi balik (decoder), sasaran (destination) dan gangguan (noise).
Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner, yangberdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika Serikat.Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.
Teori S-O-R menjelaskan bagaimana suatu rangsangan mendapatkan respon. Teori S-O-R beranggapan bahwa organisme menghasilkan perilaku jika ada kondisi stimulus tertentu pula. Jadi efek yang timbuladalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah: (1) Pesan (Stimuli); (2) Komunikan (Organism) (3) Efek (Response). Dalam proses perubahan sikap, sikap komunikan dapat berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi dari yang dialaminya. Mar’at (1984) mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelly yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu: (1) Perhatian; (2) Pengertian (3) Penerimaan.
Metodologi Kualitatif
Yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data yang sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mementingkan besarnya populasi atau sampel, bahkan dengan populasi atau sampel yang terbatas namun dilinai sudah cukup mendalam untuk bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak diperlukan lagi sampel yang lain. Yang lebih ditekankan adalah masalah kedalaman (kualitas) data dan bukan banyaknya (kuantitas) data.
Dalam penelitian ini peneliti merupakan bagian integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Jadi peneliti merupakan instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dimana peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan informan kunci yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi. Karena itu penelitian ini bersifat subjektif yang hasilnya lebih kasuistik, tidak bisa digeneralisasikan. Bahkan dalam penelitian eksploratif misalnya, peneliti tidak memilki konsep awal tentang apa yang diteliti sehingga tentu saja tidak memiliki desain penelitian. Ini dimaksudkan agar peneliti melakukan penelitian dalam setting yang alamiah, membiarkan peristiwa yang diteliti mengalir secara normal tanpa mengontrol variabel yang diteliti.
Jadi penelitian ini tidak bermaksud menguji teori, melainkan justru berusaha menemukan sebuah model atau teori baru yang dapat berlaku secara spesifik untuk kasus-kasus tertentu. Intersubjektifitas atau pemahaman bersama dalam penelitian ini menjadi begitu penting.
Jenis Penelitian Komunikasi dengan Metodologi Kualitatif
Yaitu sebuah metode penelititan dengan ciri-ciri berikut (Ardianto, 2010:60):
2. Metode Wawancara Mendalam (in depth interview)
Yaitu suatu metode dalam penelitian kualitatif, dimana seorang atau sekelompok responden mengkomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk didiskusikan secara bebas. Wawancara mendalam dapat dilakukan melalui telepon. Seringkali pewawancara dilatih secara psikologis agar ia dapat menggali perasaan atau sikap yang tersembunyi dari responden (Dun, 1986). Wawancara mendalam ini tidak terstruktur seperti wawancara pada penelitian kuantitatif dengan kuesionernya. Komunikasi antara peneliti dan yang diteliti berlangsung secara alamiah, bahkan subjek yang diteliti tidak menyadari bahwa ia sebenarnya sedang diteliti. Jadi saat melakukan wawancara, peneliti tidak menunjukkan jati dirinya sebagai peneliti kepada subjek yang diteliti sehingga diharapkan dapat diperoleh informasi yang orisinal.
Focus Groups Discussion (FGD) merupakan suatu tekhnik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok berdasakan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
Merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaah satu kasus secara intensif, mendalam, mendetil, dan komprehensif dengan menggunakan berbagai sumber data. Metode ini membutuhkan berbagai instrumen pengumpulan data seperti wawancara mendalam, observasi partisipan, dokumentasi, rekaman bukti-bukti fisik dan lainnya.
Fenomenologi memandang komunikasi sebagai pengalaman melalui diri sendiri atau diri orang lain melalui suatu dialog. Tradisi ini memandang manusia secara aktif menginterpretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungan. Tradisi fenomenologi memberikan penekanan sangat kuat pada persepsi dan interpretasi dari pengalaman subjektif manusia.
Menurut Polkinghorne (Creswell,1998: 51-52): “a phenomenological study describes the meaning of the lived experiences for several individuals about a concept or the phenomenon. Phenomenologist explore the structure of cosciousness in human experiences“. Studi fenomenologi menggambarkan makna pengalaman hidup bagi beberapa individu tentang suatu konsep atau fenomena. Kaum fenomenologi berusaha mengekslorasi struktur kesadaran pada penglaman manusia. Tokoh-tokohnya: Edmund Husserl, Alfred Schultz.
Interaksi simbolik memandang makna diciptakan dan dilanggengkan melalui interaksi dengan kelompok-kelompok sosial. Interaksi sosial memberikan, melanggengkan dan merubah aneka konvensi seperti peran, norma, aturan dan makna-makna yang ada dalam suatu kelompok sosial. Tokoh-tokohnya: George Herbert Mead, Herbert Blumer.
Merupakan suatu pendekatan yang reflektif dan terbuka, dimana pengumpulan data, pengembangan konsep-konsep teoritis dan ulasan literatur berlangsung dalam proses siklis berkelanjutan. Tokoh-tokohnya: Daymon, Holloway.
Etnometodologi merupakan salah satu cabang ilmu sosiologi yang mempelajari berbagai upaya, langkah dan penerapan pengetahuan umum pada kelompok komunitas untuk menghasilkan dan mengenali subjek, realitas dan alur tindakan yang bisa dipahami bersama-sama (Kuper, dalam Basrowi dan Sukidin, 2002). Etnometodologi beranggapan bahwa aspek dari pemahaman bersama atas dunia sosial bergantung pada berbagai metode alasan yang terselubung. Metode ini bersifat prosedural yang secara sosial dimiliki bersama dan tidak pernah berhenti dipergunakan di setiap realitas yang terjadi. Metode ini merupakam suatu studi empiris tentang bagaimana orang menanggapi pengalaman dunia sosialnya masing-masing serta realitas sosial atas interaksi yang berlangsung sehari-hari. Tokoh-tokohnya: Garfinkle.
Secara harfiah etnografi berarti tulisan atau laporan hasil penelitian di lapangan seorang antropolog tentang suatu suku bangsa selama beberapa bulan atau tahun. Tujuan penelitian etnografi adalah mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat, yaitu cara hidup masyarakat. Untuk itu peneliti harus melakukan interview secara mendalam dengan beberapa informan dan melakukan observasi sambil berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Tokoh-tokohnya: Radcliffe-Brown, Malinowski.
10. Metode Dramaturgi
Metode ini berfokus pada penelitian terhadap ungkapan-ungkapan yang tersirat (tersembunyi/ tidak tampak), yakni ungkapan yang lebih bersifat teatris, kontekstual, non verbal dan tidak intensional. Dalam analisis ini, orang aakan berusaha memahami makna untuk mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang lain, baik dipancarkan dalam mimik wajah, isyarat dan tindakan. Menurut tokohnya, Erving Goffman, semua itu mempunya keakuratan yang lebih dibanding dengan ungkapan verbal. Dalam Dramaturgi ini dikenal ada 2 panggung individu dalam tindakannya sehari-hari, yaitu panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Perilaku individu bisa saja berbeda di kedua panggung tersebut, dan inilah yang diteliti dalam metode dramaturgi ini.
11. Metode Sejarah
Secara umum, sejarah meliputi pengalaman masa lalu untuk mengetahui apa yang harus dikerjakan sekarang dan apa yang akan dikerjakan di masa depan. Sejarah menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta pada masa lampau (Fox, dalam Sevilla dkk)
Menurut Rakhmat sejarah adalah studi tentang masa lalu dengan menggunakan kerangka paparan dan penjelasan. Dengan metode historis, ilmuwan sosial mencoba menjawab masalah-masalah yang dihadapinya. Penelitian sejarah dimulai dengan perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, pengumpuan data, evaluasi data dan pelaporan hasil penelitian.
12. Metode Analisis Wacana
Teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa yang terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyatan (Heryanto, 2000). Karena itulah ia dinamakan analisis wacana. Dalam linguistik, wacana digunakan untuk menggambarkan sebuah struktur yang luas melebihi batasan-batasan kalimat (Sunarto, 2001).
Analisis wacana adalah seperangkat prinsip metodologis yang luas, diterapkan pada bentuk-bentuk ujaran/percakapan dan teks, baik yang terjadi secara alamiah maupun yang telah direncanakan sebelumnya. Sumber data untuk analisis wacana meliputi wawancara, percakapan, artikel, surat kabar, press release, media, siaran berita televisi, dokumen kebijakan perusahaan, bahkan percakapan informal, bincang-bincang penyiar radio (Daymon dan Holloway, 2008).
Beberapa pendekatan analisis wacana diantaranya pendekatan Teun A van Dijk, Norman Fairclough, Ruth Wodak dan lain-lain.
13. Metode Analisis Framing
Analisis framing, yang pertama kali diperkenalkan oleh Barelson, merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks. (Sobur, 2001). Robert Entman merupakan salah satu ahli yang meletakkan dasar analisis framing untuk studi isi media. Konsep framing Entman digunakan untuk menggambarkan konsep proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapat alokasi lebih besar daripada isu yang lain.
Model lain dalam analisis framing diantaranya Murray Edelman, William A. Gamson, Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
14. Metode Analisis Semiotika
Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda atau simbol. Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan tanda. Dengan demikian semiotik mempelajari hakekat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda ada sesuatu yang tersenbunyi di baliknya, dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Jadi tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada (Bignel, dalam Listiorini, 1999).
Analisis semiotika berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita), karena itu sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Misalnya, kita bisa mempertanyakan, “Mengapa iklan mobil x menampilkan model wanita cantik duduk diatasnya?”; “Apa makna logo palu-arit pada bendera partai komunis?”; “Apa makna sosial dari lirik lagu Imagine milik John Lennon?” dan sebagainya yang itu semua bisa diteliti dengan metode semiotika.
Kebanyakan pemikiran tentang semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan diantara tiga hal: benda (yang dituju), manusia (penafsir) dan tanda (simbol). Seperti yang dijelaskan oleh Charles Saundders, ahli semiotik modern, dimana semiosis diartikan sebagai hubungan diantara tanda, benda dan arti. Tanda tersebut mempresentasikan benda atau yang ditunjuk oleh pikiran si penafsir. Tokoh yang paling poluler dalam metode semiotika adalah Roland Barthes, yang menggunakan istilah first order signification untuk denotasi, dan second order signification untuk konotasi dalam semiotika.
15. Metode Partisipatif
Beberapa ahli memandang penelitian partisipatori sebagai masalah yang ditujukan untuk mengumpulkan pengetahuan baru dengan orang-orang (sebagai partisipan) mampu menetapkan pengetahuan tersebut.
Ada tiga karakteristik pokok dalam penelitian partisipatori. Pertama, waktu yang disediakan dalam proses penanganan masalah yang sulit harus sesuai. Kualitas hubungan antara subjek-subjek yang diteliti dan peneliti menentukan kualitas penelitian partisipatori. Kedua, metode yang digunakan harus dapat memungkinkan terselenggaranya pemikiran secara bersama-sama oleh peneliti dan anggota adat dimana penelitian tersebut dilaksanakan. Ketiga, proses penelitian harus merupakan suatu rangkaian analisis yang permanen, pernataan, pemikiran tindakan, analisis dan lainnya. Penelitian partisipatif itu mengikuti seatu rangkaian penelitian pedagogi dan tindakan, strategi yang disusun harus menunjukkan langkah-langkah yang berurutan dari fase ke fase (Ardianto, 2010:83).
16. Metode Biografis
Biografis adalah sejarah atau catatan tertulis tentang kehidupan seseorang individu. Sebagian besar pakar berpendapat bahwa biografi seyogyanya berjalan diantara narasi dan penceritaan hal-hal khusus menuju konsep-konseptualisasi, interpretasi dan penjelasan yang lebih abstrak.
Menggeluti biografi merupakm aktivitas konstruksionis yang aktif, mulai dari pemilihan tokoh hingga pencarian berbagai data, pemilihan dan tema citra atau sosok akhir yang hendak dimunculkan. Kisah-kisah dan gagasan yang diciptakan oleh seorang penulis biografi seyogyanya bermanfaat dalam memecahkan lebih lanjut aneka persoalan kehidupan profesionalnya (Denzin dan Lincoln, 2009)
17. Metode Konvergensi Simbolik
Teori Konvergensi Simbolik (Symbolic Convergence Theory), diilhami oleh Bales lalu dikembangkan oleh Ernest Bormann. Teori ini dibangun dalam kerangka paradigma naratif yang meyakini bahwa manusia merupakan homo narrans yakni makhluk yang saling bertukar cerita atau narasi untuk menggambarkan pengalaman dan realitas sosialnya (Bormann, 1985).
Konvergensi simbolik akan menghasilkan tema-tema fantasi drama-drama besar yang panjang dan rumit dari sebuah cerita yang dipaparkan visi retorik(Bormann dalam Putnam and Pacanowsky, 1983:110). Itulah teori konvergensi simbolik dikatakan identik dengan studi tema-tema fantasi.
Teori konvergensi simbolik menegaskan bahwa solidaritas dan kohesivitas kelompok dapat dicapai melalui kecakapan bersama dalam membaca dan menafsirkan tanda-tanda, kode-kode dan teks-teks budaya. Hal ini membawa kepada terbentuknya realitas bersama (shared reality). Sebagai teori yang berparadigma narratif maka penelitian yang menerapkanteori ini lebih mementingkan pengumpulan data interpretif ketimbang data kuantitatif sebagaimana dikembangkan dalam teori berparadigma rasional (Bormann, 1986).
Menurut teori ini, cerita atau tema-tema fantasi diciptakan melalui interaksi simbolik dalam kelompok kecil dan kemudian dihubungkan dari satu orang ke orang lain dan dari satu kelompok ke kelompok lain untuk menciptakan sebuah pandangan dunia yang terbagi (Littlejohn, 2008:165). Contoh penelitian penelitian yang menggunakan metode ini misalnya dengan judul:
“Konvergensi simbolik pada jamaah tabligh Bandung” (Studi tema-tema fantasi dalam dakwah-dakwah di lingkungan jamaah tabligh Bandung).
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian untuk Public Relation. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Effendy, Onong Uchayana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Eriyanto. 2004. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS.
Kriyantono, Rachmat. 2010. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Littlejohn Stephen W. and Foss. 1996. Theories of Human Communication. Belmont, Californa: Wadsworth.
Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media. Bandung PT. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.