BAB 7
TEORI PSIKOLOGI NAIF
Teori Psikologi Naif merupakan teori yang dihasilkan oleh Heider pada tahun 1958. Heider
beranggapan bahwa psikologi sosial perlu mempelajari pikiran manusia yang
bersifat naif, akal sehat (common sense), dan ”teoritis”. Menurut Heider,
pikiran berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Sebagai contoh orang yang mempunyai keyakinan atau ” berteori” bahwa perilaku menyimpang itu turun-temurun atau dikenal dengan
istilah heriditer, maka ia akan melarang anak perempuannya berpacaran
dengan anak laki-laki yang ayahnya dikenal sebagai seorang jagoan atau preman.
Demikian pula orang awam yang berpikiran naif bahwa Indonesia yang jumlah
penduduknya 200 juta, namun kenyataannya sulit sekali membentuk tim sepak bola
yang tangguh yang hanya terdiri dari 11 orang pemain, boleh jadi ia
akan melontarkan kritik, bahkan mencemoohkan dan mencaci maki PSSI, KONI, dan lembaga
Menpora.
Heider beranggapan bahwa setiap orang adalah psikolog naif
yang secara intuitif selalu mencari atau ingin mengetahui penyebab dari perilaku manusia atau suatu peristiwa.
Sebagai contoh bila ada mahasiswa yang sering datang terlambat mengikuti
kuliah maka dosen akan menanyakan penyebab dari keterlambatannya, apakah karena
mahasiswa tersebut malas (disposisional) atau karena lalu lintas yang padat atau
macet (situasional).
Demikian pula bila terjadi kecelakaan lalu lintas, misalnya tabrakan antara
mobil sedan dan bus maka kita ingin mengetahui apa penyebabnya, siapa yang
salah, bagaimana kondisi korban, berapa kecepatan bus dan mobil sedan dan
seterusnya, lalu kita menarik kesimpulan (inference) atas peristiwa kecelakaan
lalu lintas tersebut.
Seandainya kita menyimpulkan bahwa sopir buslah yang salah maka sangat boleh
jadi kita akan menghindari jalur lalu lintas yang dipadati oleh bus, misalnya
menghindari bepergian ke luar kota pada malam hari karena frekuensi perjalanan
bus malam yang tinggi.
Maka menurut Heider setiap manusia adalah ilmuwan naif (naive
scientist) yang mempunyai pola pikir dan langkah ilmiah dalam menyoroti suatu peristiwa
seperti halnya yang dilakukan oleh ilmuwan (mengamati, berteori, menyusun
hipotesis, menganalisis, dan menyimpulkan).
Untuk lebih jelas pengertian kita mengenai Teori Naif Psikologi, berikut dikemukakan dasar pemikiran
Heider.
· * Oleh karena perilaku kita umumnya selalu didasari oleh motif tertentu maka
kita pun akan mencari motif atau penyebab dan alasan dari perilaku orang lain.
Menurut Heider sulit bagi manusia untuk menghindari pola pikir yang bebas dari penyebab perilaku, baik yang
berkenaan dengan perilaku kita sendiri maupun perilaku orang lain.
· *
Oleh karena kita membangun ”teori” dalam
menetapkan penyebab dari perilaku dengan maksud meramalkan, bahkan mengendalikan
perilaku maka kita cenderung berupaya mencari faktor yang bersifat tetap atau
stabil dari suatu perilaku atau peristiwa. Misalnya bila sering terjadi
kecelakaan lalu lintas pada jalan tertentu, kita cenderung menyatakan bahwa
jalan tersebut memang licin, turunannya tajam, dan gelap. Contoh lain, kalau
ada keretakan kehidupan rumah tangga di kalangan selebritis kita tidak perlu
heran karena begitulah gaya hidup kaum selebritis.
· *
Dalam mencari penyebab suatu perilaku atau melakukan atribusi atas suatu perilaku,
dibedakan antara faktor individu (kepribadian, kemampuan) dan faktor lingkungan (situasi,
kondisi, tekanan kelompok). Faktor individu atau internal oleh Heider disebut
faktor disposisional, sedangkan faktor lingkungan atau eksternal disebut faktor
situasional.
Mengenai faktor disposisional atau situasional sebagai faktor penyebab perilaku, Heider beranggapan bahwa karena faktor disposisional
atau niat itu sulit diketahui karena tersembunyi dalam diri
individu maka kita baru bisa mengatakan faktor disposisional sebagai penyebab
perilaku apabila nyata- nyata bahwa faktor situasional tidak muncul sama
sekali.
Misalnya, pada saat peristiwa kecelakaan pesawat terbang, kita baru bisa
menyatakan kesalahan pilot atau human error (disposisional) apabila pada saat
terjadinya kecelakaan ternyata cuaca baik, tidak ada bukti kerusakan mesin,
jarak pandang pun tidak terganggu, serta faktor eksternal lainnya tidak
mendukung terjadinya kecelakaan.
Meskipun demikian, menurut Heider orang lebih sering menunjuk faktor
disposisional daripada faktor situasional dalam menyimpulkan penyebab perilaku, misalnya bila terjadi kecelakaan lalu lintas maka
yang dipersalahkan adalah pengemudi (ngantuk) dan bukan lingkungan (tikungan
tajam, jalan licin, tidak ada penerangan jalan dan hujan lebat). Bahkan meskipun sangat jelas bahwa faktor
situasional sebagai penyebabnya, orang cenderung tetap menunjuk faktor
disposisional.
Dalam contoh kecelakaan lalu lintas di atas,
seandainya dikemukakan bahwa saat terjadi kecelakaan memang hujan lebat, tikungan tajam, dan gelap, namun pengemudi akan
tetap dituding sebagai penyebabnya. ”Dia kan bukan pengemudi kemarin sore,
sudah sering melewati jalan itu. Kalau hujan lebat sehingga pandangan ke depan
terganggu dan sudah pasti jalan jadi licin, mengapa dia tidak ke pinggir dan
berhenti dulu. Memang sehari-harinya si pengemudi suka ugal-ugalan”.
QUIZ
Dalam teori psikologi naif, Heider menunjuk faktor
disposisional (individu atau internal) dan faktor situasional (lingkungan atau eksternal) saat menyimpulkan penyebab perilaku. Coba anda simak video berikut, lalu simpulkan apakah aksi ibu-ibu yang merusak barang-barang miliknya sendiri itu karena faktor internal (misalnya karena sudah bosan atau tidak menyukai lagi barang-barang tersebut), atau karena ada faktor eksternal yang melatarbelakanginya sehingga mempengaruhi serta mendorong mereka untuk menghacurkan barang-barang mereka sendiri. Silakan jawab di kolom komen di blog ini (bukan pada link youtube-nya), dan jangan lupa sebutkan nama, NIM, dan kelas :
https://www.youtube.com/watch?v=kfLiaMuvEss