Coba anda tuliskan contoh kasus bahwa manusia kerap melakukan dramaturgi demi membangun citra (nama baik)!
Sunday, December 27, 2020
QUIZ BAB 14 FIK
Manusia memiliki karakter yang beragam dalam prilaku komunikasinya Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya latar belakang sosial-budaya, afiliasi politik, kondisi geografis tempat tinggal, faktor ekonomi dan sebagainya. lalu bagaimana caranya agar komunikasi antar manusia yang dibangun dapat berjalan secara harmonis sehingga perbedaan atribut tersebut tidak menjadi penghalang bagi terciptanya suasana hidup bermasyarakat yang kondusif?
Tulis komen anda dibawah dan cantumkan Nama, NIM dan Kelas!
Saturday, December 19, 2020
QUIZ BAB 13 PK IMPRESSION
Jelaskan contoh kasus bagaiman orang sering melakukan pengeloaan kesan (Impression Management)!
QUIZ BAB 13 FIK
Jelaskan bagaimana contoh komunikasi yang beretika, khususnya terhadap:
a. Orang yang lebih tua
b. Atasan anda!
Monday, December 14, 2020
Quiz Bab 12 Psikom Pengaruh Sosial
Tuliskan komen anda dibawah ini dengan menyebutkan nama, NIM, kelas!
Sunday, December 13, 2020
QUIZ Bab 12 FILKOM
Jelaskan contoh penggunaan IPTEK (ilmu pengetahuan dan telnologi) yang beretika sesuai dengan moralitas yang baik sehingga bermanfaat bagi umat manusia dan lingkunyannya!
(Tulis komen anda dibawah ini dan cantumkan nama, kelas, NIM)
Monday, December 7, 2020
Quiz Bab 11 Psikologi Komunikasi
QUIZ
1. Jelaskan contoh hubungan interpersonal menurut Model Pertukaran Sosial!
2. Jelaskan dengan contoh mengenai bagaimana komunikasi yang efektif dapat mempengaruhi hubungan interpersonal!
Jawab di kolom komen dan sebutkan nama, NIM, kelas.
Sunday, December 6, 2020
Bab 11 Filsafat Komunikasi
QUIZ
1. Buatlah contoh kasus model komunikasi ABX!
2. Jelaskan perbedaan yang paling mendasar antara model komunikasi linier dengan model konvergensi!
Jawab di kolom komen, dan sebutkan nama, NIM dan kelas!
Monday, November 30, 2020
QUIZ BAB 10 PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Setelah mempelajari Bab 10 Atraksi Interpersonal, silakan jawab pertanyaan berikut:
- Setiap orang pasti ingin berafiliasi pada suatu perkumpulan atau organisasi tertentu. Jelaskan alasan apa yang membuat anda ingin berafiliasi pada perkumpulan atau organisasi tersebut!
- Seorang public figure (tokoh panutan) pasti memiliki daya tarik (atraksi) yang istimewa sehingga ia digandrungi orang banyak. Menurut anda, siapakah tokoh di Indonesia yang layak dijadikan sebagai public figure? Coba anda jelaskan apa yang menjadi daya tarik dari tokoh panutan anda tersebut sehingga anda mengagumi serta mengidolakannya!
Sunday, November 29, 2020
QUIZ BAB 10 FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI
Setelah mempelajari BAB 10, coba anda jelaskan dengan contoh bahwa manusia sebagai sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan simbol-simbol/lambang-lambang dalam berkomunikasi dengan sesamanya! Jelaskan pula apa kegunaan simbol/lambang tersebut bagi manusia dalam berkomunikasi! Jawab di kolom komen dan sebutkan nama, NIM, kelas.
Monday, November 23, 2020
QUIZ BAB 9 PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Buatlah contoh sendiri mengenai bagaimana sikap dapat mempengaruhi tingkah laku dan tingkah laku dapat mempengaruhi sikap menurut teori Balance & Cognitive Dissonance Theory (Festinger). Tuliskan komen anda disini dengan mencantumkan nama, NIM dan kelas!
Sunday, November 22, 2020
Filsafat Komunikasi (Bab 9)
QUIZ BAB 9 FILSAFAT KOMUNIKASI:
Penelitian yang berbasis mazhab Chicago dalam ilmu-ilmu sosial termasuk dalam kajian komunikasi massa banyak menimbulkan bias. Mengapa terjadi demikian? Lalu apa kritik mazhab Frankfurt terhadap mahzhab Chicago yang dianggap gagal memecahkan masalah-masalah sosial, termasuk fenomena komunikasi?
Tulis komen anda dengan mencantumkan nama, NIM, kelas.
Monday, November 16, 2020
QUIZ BAB 8
Menurut Azwar, ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting (significant other), media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama dan faktor emosi dalam diri individu. Sekarang perhatikan video berikut. Pada awalnya orang-orang cendrung menggunakan tangga escalator daripada tangga biasa. Namun setelah tangga biasa itu di-setting sedemikian rupa dengan sentuhan kreativitas yang elegan, ternyata jadi berbalik, sekarang orang lebih suka memilih tangga tersebut dibanding tangga escalator.Jelaskan perubahab sikap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh faktor apa!
https://www.youtube.com/watch?v=SByymar3bds
Jawab di blog ini dengan mencantumkan nama dan NIM!
Sunday, November 15, 2020
Filsafat Komunikasi (Bab 8)
Perbedaan Paradigma Objektif, Subjektif Dan Kritis
Setiap paradigma (cara/pola pikir) memiliki
perspektif yang
berbeda dalam memandang realitas. Dalam dunia penelitian, ada
beberapa paradigma yang melandasi, yaitu paradigma objektif
(positivistik), subjektif (interpretif) dan kritis. Paradigma objektif digunakan sebagai landasan penelitian kuantitatif,
sedangkan paradigma subjektif dan kritis digunakan sebagai landasan penelitian kualitatif.
Diantara perspektif objektif dengan subjektif, dan perspektif objektif dengan
kritis memiliki karakteristik yang jauh berbeda. Sementara antara perspektif
subjektif dengan kritis tidak jauh berbeda, bahkan memiliki banyak persamaan, meski ada beberapa
perbedaan.
ASPEK |
PERSPEKTIF OBJEKTIF |
PERSPEKTIF SUBJEKTIF |
PERSPEKTIF KRITIS |
Ontologi (Apa hakekat realitas itu) |
Realitas diasumsikan bersifat tunggal, nyata (objektif), eksternal,
statis, dapat dipecah dan diatur oleh hukum-hukum yang berlaku tetap dan
universal. Kebenaran realitas dapat dicapai berdasarkan probabilitas. |
Realitas bersifat ganda, rumit, semu, dinamis, dikonstruk sikan dan holistik. Kebenaran realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang
dinilai relevan oleh individu. |
Realitas yang teramati merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh
proses sejarah, ke kuatan sosial, budaya, ekonomi, politik Kebenaran realitas ikut ditentukan oleh nilai-nilai yang dianut oleh
individu. |
Epistemologi (Bagaimana hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian) |
Peneliti berada di luar realitas dimana peneliti berusaha menjaga jarak
dari subjek penelitian Nilai-nilai peneliti tidak boleh men campuri proses penelitian. |
Peneliti aktif berinteraksi dengan subjek
penelitian dan bebas melakukan interpretasi secara subjektif. Nilai-nilai peneliti merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari proses penelitian. |
Peneliti aktif berinteraksi
dengan subjek penelitian tapi tidak bebas melakukan interpretasi subjektif
karena terikat oleh kekuatan sosial yang ada di masyarakat. Nilai-nilai peneliti tidak dapat dipisahkan dari proses penelitian. |
Metodologi (Bagaimana seharusnya
peneliti memperoleh informasi tentang subjek penelitian) |
Melakukan
pengamatan empiris agar dapat diperoleh konfirmasi tentang hukum kausalitas. |
Melakukan peng
amatan langsung dalam setting yang alamiah dengan menggunakan
penafsiran subjektif |
Berusaha mengungkap
“the real structure” dibalik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampak
kan dunia materi |
Aksiologi (Bagaimana kepenti
ngan ilmu pengeta huan terhadap ma syarakatnya) |
Memprediksi pola
umum gejala sosial tertentu yang ada dalam masyarakat |
Memahami dan me
nafsirkan bagaima na individu dalam ma syarakat dapat mengkonstruk si dan
memelihara dunia sosialnya. |
Mengembangkan se
cara kritis kesadaran sosial untuk memper baiki kondisi kehidu pan masyarakat |
Contoh-contoh teori
yang diguna kan |
Hipodermic
Needle/Bullet, Uses & Gratification, Agenda Setting, Cultivation Theory,
Information Theory, Spiral of Silence, Groupthink, Rethoric |
Fenomenology,
Simbolic Interactionism, Dramaturgi, Semiotics, Narrative Paradigm Discourse
Analysis, Framing Analysis. Ethnography, Ethnometodology |
Chritical Theory of
Communication, Cultural studies, Feminist studies, Post-Modernisme,
Post-Structuralism, Post-Colonialism Chritical Discourse Analysis. |
Dari
penjabaran pada tabel diatas, terdapat perbedaan yang sangat mendasar diantara
perspektif objektif dengan subjektif, dan perspektif objektif dengan kritis. Perspektif objektif memandang bahwa proses
penelitian harus bebas nilai, tidak dibenarkan adanya penafsiran subjektif dari
si peneliti, mengabaikan konteks sosial, diatur oleh hukum-hukum yang berlaku
tetap dan universal serta dijamin oleh metodologi yang objektif.
Sedangkan
perspektif subjektif dan kritis sama-sama memandang bahwa suatu penelitian
tidak pernah dapat dipisahkan dari nilai-nilai yang melekat pada diri peneliti
dalam konteks tertentu sehingga peneliti dianggap sebagai instrumen utama penelitian
untuk melakukan penafsiran dan konstruksi makna secara subjektif dan tidak ada
standar yang baku.
Sedangkan perbedaan antara perspektif subjektif dan kritis, analisis teori kritis lebih menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna baik secara historis maupun institusional, sedangkan pandangan subjektif kurang sensitif akan hal tersebut. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
Sementara Dedy N. Hidayat memaparkan 3 paradigma besar dalam ilmu-ilmu sosial seperti yang dikutip oleh Salim (2006:72) dengan penjelasan sebagai berikut:
Positivisme & Post-positivisme |
Konstruktivisme (interpretif) |
Teori Kritis |
Menempatkan
ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode terorganisir untuk
mengkombinasikan ‘deductive logic’
melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum
kausalitas yang dapat digunakan bagi
memprediksi pola umum gejala sosial tertentu
|
Memandang
ilmu sosial sebagai analisis sistematis atas ‘socially meaningful action’ melalui pengamatan langsung terhadap
aktor sosial dalam setting yang
alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor sosial mencipta
dan memelihara dunia sosial |
Mentakrifkan
ilmu sosial sebagai proses kritis
mengungkap ‘the real structure’
dibalik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna
mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subjek
penelitian |
Contoh Teori |
Contoh Teori |
Contoh Teori |
Ekonomi
Politik Liberal, Teori Modernisasi, Teori Pembangunan Negara Berkembang,
Interaksionisme Simbolik (Iowa School), Agenda Setting, Teori Fungsi Media |
Konstruktivisme
Ekonomi Politik (Golding & Murdock), Fenomenologi, Etnometodologi,
Interaksi Simbolik (Chicago School), Konstruksionisme (Social Construction of Reality Peter L . Berger) |
Strukturalisme
Ekonomi Politik (Schudson), Instrumentalisme Ekonomi Politik (Chomsky,
Gramsci dan Adorno), Teori Tindakan Komunikasi (Jurgan Habermas) |
Istilah paradigma positivisme/post positivisme selalu dilekatkan dengan paradigma objektif/positivistik, sedangkan istilah paradigma konstruktivisme dan kritis selalu dilekatkan dengan paradigma subjektif/interpretif. Dalam perkembangannya, paradigma positivisme/post positivisme telah melahirkan berbagai metode penelitian khususnya di ranah penelitian kuantitatif, sedangkan paradigma konstruktivisme dan kritis telah melahirkan berbagai metode penelitian khususnya di ranah penelitian kualitatif.
QUIZ
Coba anda amati video berikut ini pada menit ke 22:10 - 25:25. Disana terjadi adu argumen antara mahsiswa dengan dosennya. Sekarang coba anda terangkan, bagaimana perbedaan paradigma (cara berfikir) sang dosen dan mahasiswanya. Kira-kira menurut anda, cara pandang yang mana yang lebih mudah dipahami atau diterima oleh orang awam!
https://www.youtube.com/watch?v=JnrgC6CXPAI
Silakan tulis komen anda di blog ini dengan mencantumkan nama dan NIM anda.
Monday, November 2, 2020
Psikologi komunikasi (BAB 7)
BAB 7
TEORI PSIKOLOGI NAIF
Teori Psikologi Naif merupakan teori yang dihasilkan oleh Heider pada tahun 1958. Heider beranggapan bahwa psikologi sosial perlu mempelajari pikiran manusia yang bersifat naif, akal sehat (common sense), dan ”teoritis”. Menurut Heider, pikiran berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Sebagai contoh orang yang mempunyai keyakinan atau ” berteori” bahwa perilaku menyimpang itu turun-temurun atau dikenal dengan istilah heriditer, maka ia akan melarang anak perempuannya berpacaran dengan anak laki-laki yang ayahnya dikenal sebagai seorang jagoan atau preman.
Demikian pula orang awam yang berpikiran naif bahwa Indonesia yang jumlah penduduknya 200 juta, namun kenyataannya sulit sekali membentuk tim sepak bola yang tangguh yang hanya terdiri dari 11 orang pemain, boleh jadi ia akan melontarkan kritik, bahkan mencemoohkan dan mencaci maki PSSI, KONI, dan lembaga Menpora.
Heider beranggapan bahwa setiap orang adalah psikolog naif yang secara intuitif selalu mencari atau ingin mengetahui penyebab dari perilaku manusia atau suatu peristiwa.
Sebagai contoh bila ada mahasiswa yang sering datang terlambat mengikuti kuliah maka dosen akan menanyakan penyebab dari keterlambatannya, apakah karena mahasiswa tersebut malas (disposisional) atau karena lalu lintas yang padat atau macet (situasional).
Demikian pula bila terjadi kecelakaan lalu lintas, misalnya tabrakan antara mobil sedan dan bus maka kita ingin mengetahui apa penyebabnya, siapa yang salah, bagaimana kondisi korban, berapa kecepatan bus dan mobil sedan dan seterusnya, lalu kita menarik kesimpulan (inference) atas peristiwa kecelakaan lalu lintas tersebut.
Seandainya kita menyimpulkan bahwa sopir buslah yang salah maka sangat boleh jadi kita akan menghindari jalur lalu lintas yang dipadati oleh bus, misalnya menghindari bepergian ke luar kota pada malam hari karena frekuensi perjalanan bus malam yang tinggi.
Maka menurut Heider setiap manusia adalah ilmuwan naif (naive scientist) yang mempunyai pola pikir dan langkah ilmiah dalam menyoroti suatu peristiwa seperti halnya yang dilakukan oleh ilmuwan (mengamati, berteori, menyusun hipotesis, menganalisis, dan menyimpulkan).
Untuk lebih jelas pengertian kita mengenai Teori Naif Psikologi, berikut dikemukakan dasar pemikiran Heider.
· * Oleh karena perilaku kita umumnya selalu didasari oleh motif tertentu maka kita pun akan mencari motif atau penyebab dan alasan dari perilaku orang lain. Menurut Heider sulit bagi manusia untuk menghindari pola pikir yang bebas dari penyebab perilaku, baik yang berkenaan dengan perilaku kita sendiri maupun perilaku orang lain.
· * Oleh karena kita membangun ”teori” dalam menetapkan penyebab dari perilaku dengan maksud meramalkan, bahkan mengendalikan perilaku maka kita cenderung berupaya mencari faktor yang bersifat tetap atau stabil dari suatu perilaku atau peristiwa. Misalnya bila sering terjadi kecelakaan lalu lintas pada jalan tertentu, kita cenderung menyatakan bahwa jalan tersebut memang licin, turunannya tajam, dan gelap. Contoh lain, kalau ada keretakan kehidupan rumah tangga di kalangan selebritis kita tidak perlu heran karena begitulah gaya hidup kaum selebritis.
· * Dalam mencari penyebab suatu perilaku atau melakukan atribusi atas suatu perilaku, dibedakan antara faktor individu (kepribadian, kemampuan) dan faktor lingkungan (situasi, kondisi, tekanan kelompok). Faktor individu atau internal oleh Heider disebut faktor disposisional, sedangkan faktor lingkungan atau eksternal disebut faktor situasional.
Mengenai faktor disposisional atau situasional sebagai faktor penyebab perilaku, Heider beranggapan bahwa karena faktor disposisional atau niat itu sulit diketahui karena tersembunyi dalam diri individu maka kita baru bisa mengatakan faktor disposisional sebagai penyebab perilaku apabila nyata- nyata bahwa faktor situasional tidak muncul sama sekali.
Misalnya, pada saat peristiwa kecelakaan pesawat terbang, kita baru bisa menyatakan kesalahan pilot atau human error (disposisional) apabila pada saat terjadinya kecelakaan ternyata cuaca baik, tidak ada bukti kerusakan mesin, jarak pandang pun tidak terganggu, serta faktor eksternal lainnya tidak mendukung terjadinya kecelakaan.
Meskipun demikian, menurut Heider orang lebih sering menunjuk faktor disposisional daripada faktor situasional dalam menyimpulkan penyebab perilaku, misalnya bila terjadi kecelakaan lalu lintas maka yang dipersalahkan adalah pengemudi (ngantuk) dan bukan lingkungan (tikungan tajam, jalan licin, tidak ada penerangan jalan dan hujan lebat). Bahkan meskipun sangat jelas bahwa faktor situasional sebagai penyebabnya, orang cenderung tetap menunjuk faktor disposisional.
Dalam contoh kecelakaan lalu lintas di atas, seandainya dikemukakan bahwa saat terjadi kecelakaan memang hujan lebat, tikungan tajam, dan gelap, namun pengemudi akan tetap dituding sebagai penyebabnya. ”Dia kan bukan pengemudi kemarin sore, sudah sering melewati jalan itu. Kalau hujan lebat sehingga pandangan ke depan terganggu dan sudah pasti jalan jadi licin, mengapa dia tidak ke pinggir dan berhenti dulu. Memang sehari-harinya si pengemudi suka ugal-ugalan”.
QUIZ
Dalam teori psikologi naif, Heider menunjuk faktor
disposisional (individu atau internal) dan faktor situasional (lingkungan atau eksternal) saat menyimpulkan penyebab perilaku. Coba anda simak video berikut, lalu simpulkan apakah aksi ibu-ibu yang merusak barang-barang miliknya sendiri itu karena faktor internal (misalnya karena sudah bosan atau tidak menyukai lagi barang-barang tersebut), atau karena ada faktor eksternal yang melatarbelakanginya sehingga mempengaruhi serta mendorong mereka untuk menghacurkan barang-barang mereka sendiri. Silakan jawab di kolom komen di blog ini (bukan pada link youtube-nya), dan jangan lupa sebutkan nama, NIM, dan kelas :
https://www.youtube.com/watch?v=kfLiaMuvEss