BAB 4
DEFINISI KOMUNIKASI
DALAM PENDEKATAN OBJEKTIF DAN INTERPRETIF
DALAM PENDEKATAN OBJEKTIF DAN INTERPRETIF
Oleh: Herdiansyah Amanu, M.I.Kom
Pakar ilmu komunikasi memiliki cara
pandang yang berbeda terhadap ilmu komunikasi sehingga mereka memberikan
definisi komunikasi yang berbeda pula. Hal ini dilatarbelakangi oleh paradigma
atau cara berpikir mereka yang secara garis besar dapat digolongkan dalam 2
pendekatan, yaitu pendekatan objektif/positivistik dan
pendekatan subjektif/interpretif. Pendekatan objektif/positivistik
cendrung memandang komunikasi sebagai proses satu arah (linier), sedangkan pendekatan subjektif/interpretif memandang komunikasi
sebagai proses 2 arah (interaktif dan transaksional)
Terdapat
beberapa sudut pandang dalam memahami istilah komunikasi. Mulyana (2007:67)
memetakan pemahaman mengenai komunikasi kedalam tiga konsep, yaitu komunikasi
sebagai tindakan satu arah, interaksi, dan transaksi.
Komunikasi
Sebagai Tindakan Satu Arah
Di awal
perkembangan Ilmu Komunikasi, komunikasi sangat populer dipahami sebagai
tindakan satu arah (linier) dari sumber kepada penerimanya. Komunikasi
digambarkan sebagai sebuah proses penyampaian pesan dari seseorang (atau suatu
lembaga) sebagai sumber/pengirim/komunikator dengan menggunakan saluran/media
tertentu kepada orang lain sebagai penerima/komunikan dengan tujuan untuk
merubah perilaku orang tersebut. Proses ini berlaku sama, baik bagi komunikasi
yang menggunakan saluran interpersonal (face
to face communication), maupun komunikasi yang menggunakan media massa baik
media cetak maupun elektronik.
Berikut
petikan beberapa definisi komunikasi menurut beberapa pakar yang dipahami
sebagai proses yang linier:
Ø Benard
Berelson dan Gary A. Steiner (Scheidel, 1976:5):
Komunikasi
adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan
menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.
Ø Theodore M. Newcomb (Scheidel, 1976:5):
Setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi dari rangsangan
yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.
Ø Carl
I. Hovland (Effendy, 1997:4):
Komunikasi
adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk merubah perilaku orang lain
(komunikan).
Ø Gerard
Miller (Wenburg & Wilmot, 1973:5):
Komunikasi
terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan
niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Ø Everett
M. Rogers (Cangara, 1998:18):
Komunikasi
adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka.
Ø Raymon
S. Ross (Ross, 1983:8):
Komunikasi
(intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, mengirimkan simbol-simbol
sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon
dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan dengan komunikator.
Ø Mary
B. Cassata dan Molefi K. Asante (Cassata & Asante, 1979:6)
Komunikasi
adalah transmisi informasi dengan tujuan mempengaruhi khalayak.
Ø Harold
Lasswell (Burgoon, 1974:10-11):
Cara yang baik
untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut: Who Says What In Which Channel
To Whom With What Effect? (Siapa, Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada
Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana)
Berdasarkan
definisi komunikasi dari Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi,
yaitu:
1. Sumber
(source) / komunikator (communicator) / pembicara (speaker) / penyandi (encoder), yaitu pihak yang memprakarsai terjadinya komunikasi
dengan menyampaikan pesan kepada penerima. Sumber dapat berupa satu individu
atau beberapa individu yang bekerjasama dalam suatu lembaga atau organisasi.
2. Pesan
(message), yaitu Pesan merupakan gagasan, ide-ide atau informasi yang
dikomunikasikan. Pesan biasanya disusun atau dituangkan dalam simbol-simbol
yang memiliki makna tertentu. Simbol-simbol tersebut dapat bersifat verbal dan
nonverbal. Simbol-simbol verbal biasanya dinyatakan dalam bentuk bahasa yang
dapat dimengerti antara satu sama lain. Sedangkan simbol-simbol nonverbal
biasanya diungkapkan dalam bentuk gesture
(gerak-gerik), body language
gambar-gambar atau grafik.
3. Saluran
(channel)
Saluran
merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada
penerima. Secara garis besar, ini dapat dibagi 2:
a. Saluran
Interpersonal
Saluran ini
meliputi forum-forum yang mempertemukan beberapa orang seperti dialog-dialog dalam
hubungan pertemanan, diskusi, debat atau tanya-jawab, ceramah, seminar, panel,
serta kegiatan lainnya yang mempertemukan sumber dan penerima secara langsung
atau tatap muka (face to face communication)
b. Saluran
Media Massa
Media yang
digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik yang meliputi:
Ø Media
cetak, seperti koran, majalah, serta media lainnya yang digunakan untuk
mempublikasikan informasi kepada publik dalam bentuk tercetak
Ø Media
elektronik, seperti televisi, radio, film, serta media lainnya yang menggunakan
alat elektronik untuk menyampaikan informasi kepada publik.
Ø Media
online, yaitu media yang menyampaikan
informasi dengan memanfaatkan koneksi/jaringan internet.
4. Penerima
(receiver) / komunikan (communicant) / pendengar atau khalayak (audience) / pemirsa (spectator) / penyandi balik (decoder), yaitu khalayak yang menerima
pesan dari sumber. Penerima dapat berupa satu individu atau sekelompok individu
yang tergabung dalam suatu masyarakat.
5. Efek
(Efect)
Efek
komunikasi ialah perubahan yang terjadi pada diri penerima sebagai akibat dari
penyampaian pesan dari Sumber. Ada
3 jenis efek komunikasi, yaitu:
Ø Efek
Kognitif (Pengetahuan), misalnya dari tidak tahu menjadi tahu terhadap sesuatu
yang telah disampaikan.
Ø Efek
Afektif (Sikap), suka atau tidak suka terhadap sesuatu yang ditawarkan.
Ø Efek
Konatif/Psikomotorik (perilaku), misalnya berbuat atau tidak berbuat seperti
yang dianjurkan.
Kelima unsur
tersebut diatas sebenarnya belumlah lengkap bila merujuk pada model-model baru
komunikasi. Setidaknya ada satu unsur penting lagi yang perlu ditambahkan,
yakni umpan balik (feed back) sebagai
respons/tanggapan dari penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber.
Pemahaman
komunikasi sebagai proses satu arah ini sebenarnya kurang sesuai bila
diterapkan dalam komunikasi tatap muka yang didalamnya terdapat aktifitas
dialog atau tanya jawab. Tapi mungkin tidak terlalu keliru bila diterapkan
dalam komunikasi publik yang bersifat monolog, seperti ceramah/khotbah jumat,
pidato atau forum-forum lainnya yang tidak terdapat dialog antara pihak-pihak
yang berkomunikasi. Bahkan media elektronik sekalipun, seperti televisi dan
radio saat ini juga tak jarang mengadakan dialog interaktif untuk mempertemukan
narasumber dengan khalayaknya dalam mendiskusikan suatu isu atau topik
tertentu.
Michael
Burgoon menyebut pemahaman komunikasi yang demikian sebagai “definisi yang
berorientasi pada sumber” (source
oriented definition) (Burgoon, 1974:8). Definisi ini mengisyaratkan
komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang
untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respons orang lain. Jadi definisi ini mengabaikan
komunikasi yang tidak disengaja, sepeti pesan yang tidak direncanakan yang
terkandung dalam nada suara, ekspresi wajah atau isyarat lain yang spontan.
Definisi yang berorientasi pada sumber ini juga mengabaikan prosesual interaksi
(memberi dan menerima) yang menimbulkan pengaruh timbal balik antara pembicara
dan pendengar (Webb, 1975:5). Pendek kata, konseptual komunikasi sebagai
tindakan satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan
bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat instrumental dan persuasif (Mulyana,
2007:68).
Komunikasi
Sebagai Interaksi
Konsep yang
menggambarkan komunikasi sebagai interaksi ini sedikit lebih maju dibanding
pemahaman terhadap komunikasi sebagai proses linier. Interaksi dalam arti
sempit berarti saling mempengaruhi diantara kedua belah pihak yang berhubungan
(mutual influence). Intinya konsep
ini menganggap komunikasi sebagai proses interaksi antara dua belah pihak yang
berkomunikasi dimana interaksi tersebut saling mempengaruhi antara satu sama
lain.
Pandangan
komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab akibat
atau aksi reaksi yang arahnya saling bergantian. seseorang menyampaikan pesan
verbal atau nonverbal kepada orang lain sebagai penerima, yang kemudian
penerima bereaksi memberi jawaban secara verbal maupun nonverbal, lalu orang
yang pertama beraksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang
yang kedua, dan begitu seterusnya. Jadi masing-masing pihak memiliki peran yang
berfungsi secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, yang lain sebagai
penerima, demikian pula sebaliknya. Meski sedikit lebih maju dibanding
pandangan komunikasi sebagai proses linier, pemahaman komunikasi sebagai
interaksi ini masih kurang memadai untuk menguraikan dinamika proses komunikasi
karena mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengirim dan menerima
pesan pada waktu yang bersamaan (Mulyana, 2007:73). Misalnya pada saat anda
berbicara dengan teman anda, lalu pada saat itu juga teman anda terkadang
menganggukkan kepala tanda setuju atau menggelengkan kepala tanda tidak setuju.
Ini berarti telah terjadi proses mengirim dan menerima pesan dalam waktu yang
bersamaan.
Komunikasi
sebagai interaksi ini masih membedakan pihak-pihak yang berkomunikasi sebagai
pengirim dan penerima pesan. Karena itu masih berorientasi pada sumber, meski
kedua peran itu dilakukan secara bergantian. Jadi pada dasarnya proses
interaksi yang berlangsung masih bersifat mekanis dan statis. Salah satu unsur
yang dapat ditambahkan dalam konsep komunikasi sebagai interaksi ini yaitu
adanya feed back atau umpan balik
dari penerima kepada pengirim pesan, yang sekaligus dapat digunakan oleh sumber
sebagai petunjuk mengenai efektifitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya,
apakah pesan dimengerti atau tidak, diterima atau ditolak, sehingga sumber
dapat memodifikasi pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuannya (Mulyana,
2007:73). Namun umpan balik juga tidak harus disengaja. Misalnya saat seorang
dosen memberi kuliah di depan mahasiswanya, lalu terlihat ada beberapa orang
mahasiswa yang duduk di barisan belakang tertidur. Umpan balik yang demikian
termasuk umpan balik yang tidak disengaja.
Komunikasi
Sebagai Transaksi
Dalam konteks
komunikasi sebagai transaksi, komunikasi dipandang sebagai proses personal
karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi.
Penafsiran anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang anda
ungkapkan kepadanya juga merubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan
anda, yang kemudian akan merubah penafsiran anda atas pesan-pesannya, demikian
seterusnya. Jadi komunikasi tidak memiliki titik awal (starting point) dan titik akhir (ending point). Berdasarkan pandangan ini komunikasi bersifat
dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih
sesuai untuk komunikasi tatap muka, yang memungkinkan pesan atau respons verbal
dan nonverbal bisa diketahui secara langsung. Kelebihan dari konsep ini yaitu
komunikasi tidak dibatasi hanya yang bersifat disengaja saja atau respons yang
dapat diamati. Artinya komunikasi dapat terjadi apakah para pelakunya menyengajakannya
atau tidak, dan bahkan meski hanya menghasilkan respons yang tidak dapat
diamati (Mulyana, 2007:74-75).
Saat seseorang
menyampaikan kabar baik kepada teman-temannya yang kemudian secara spontan
disambut dengan sorak-sorai tanda kegirangan dari teman-temanya itu. Respons
yang demikian ini menunjukkan bahwa telah terjadi komunikasi yang tidak
disengaja. Atau respons berdiam diri yang ditunjukkan oleh para mahasiswa
kepada dosennya ketika sang dosen menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan
materi kuliah inipun merupakan pesan (nonverbal), meski respons tersebut tidak
bisa diamati oleh dosen tersebut. Sang dosen hanya bisa menebak atau
menduga-duga, sikap diam itu mungkin berarti mahasiswanya tidak tahu jawabannya
atau sebenarnya mereka tahu, tapi mereka memilih diam karena malas untuk
menjawab atau meladeni pertanyaan dosennya.
Istilah
transaksi ini mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam
keadaan interdependensi atau timbal balik, dimana eksistensi suatu pihak
ditentukan oleh eksistensi pihak lain. Semua unsur dalam proses komunikasi
dianggap saling berhubungan. Persepsi seorang peserta komunikasi atas orang
lain bergantung pada persepsi orang lain tersebut terhadapnya, bahkan
bergantung pula pada persepsinya terhadap lingkungan di sekitarnya (Mulyana,
2007:76).
Berikut
beberapa definisi komunikasi yang sesuai dengan konsep komunikasi sebagai
transaksi:
Ø John
R. Wenburg dan William W. Wilmot (Wenburg & Wilmot, 1973:7):
Komunikasi
adalah usaha untuk memperoleh makna.
Ø Donald
Byker dan Laren J. Anderson (Byker & Anderson, 1975:4):
Komunikasi
(manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.
Ø Willam
I. Gordon (Gordon, 1978:28):
Komunikasi
secara ringkas dapat didefinisikan sebagai transaksi dinamis yang melibatkan gagasan
dan perasaan.
Ø Judy
C. Pearson dan Paul E. Nelson (Pearson & Nelson 1979:3):
Komunikasi
adalah proses memahami dan berbagi makna.
Ø Stewart
L. Tubbs dan Sylvia Moss (Tubbs & Moss, 1994:6):
Komunikasi
adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.
Ø Diana
K. Ivy dan Phil Bucklund (Ivy & Bucklund, 1994:14):
Komunikasi
adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan
dengan tujuan berbagi makna.
Ø Karl
Erik Rosengren (Rosengren, 2000:38):
Komunikasi
adalah interaksi subjektif purposif melalui bahasa manusia yang berartikulasi
ganda berdasarkan simbol-simbol.
No comments:
Post a Comment