Nama : Bayu Maulana M.N NIM : 20702010024 Prodi : Ilmu Komunikasi Reguler Pagi
Gagasan tentang cultivation theory (teori kultivasi) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya di Annenberg School of Communication di Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel berjudul “the television World of Violence”. Artikel tersebut merupakan salah satu tulisan dalam buku bertajuk Mass Media and Violence yang disunting D. Lange, R. Baker & S. Ball (eds). Menurut Wood (2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada proses kumulatif di mana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada khalayaknya. Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa (powerful effects model) dengan kelompok yang memercayai keterbatasan efek media (lim- ited effects model), dan juga perdebatan antara kelompok yang menganggap efek media massa bersifat langsung dengan kelompok yang menganggap efek media massa bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori Kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang individual. Menurut Signorielli dan Mogan (1990), analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari paradigma penelitian tentang efek media yang sebelumnya dilakukan oleh Gerbner, yaitu cultural indicators, yang menyelidiki (1) proses institusional dalam produksi isi media, (2) image (kesan) isi media, (3) hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku khalayak
Nama : Ani Sagita NIM. : 20702010060 Kelas : reguler Prodi : Ilmu Komunikasi
Teori Kultivasi (Cultivation Theory) adalah salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner, yang berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika Serikat. Teori Kultivasi menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa ”dunia itu sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa ' 'apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah ' 'apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”. Sebagai contoh dalam sebuah film yang sering tayang di pertelevisian, misalnya judulnya "Ayah tiri yang kejam". Penonton cenderung menilai bahwa apa yang terjadi dalam film tersebut juga sering dialami oleh dunia nyata, ada Ayah tiri yang tega membunuh anak tiri nya tersebut , lantaran ada yang merasa terganggu dengan keberadaan nya. Oleh sebab itu, kenapa penayangan di televisi itu berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Tidak hanya pada pertelevisian saja, media lain juga bisa seperti Facebook, Instagram , Youtube dll sebagai, apalagi dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, semua kalangan bahkan anak dibawah pun bisa mengakses media tersebut.
Nama : Selvi Permata Sari Nim : 20702010047 Prodi : Ilmu Komunikasi reguler pagi smt2
contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media?
Teori ini berkesimpulan, khalayak yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya (kategori high viewer) akan berpandangan, apa yang terjadi di televisi merupakan sesuatu yang sebenarnya. Contohnya ialah Efek media dalam kasus Covid-19 akan menumbuhkan realitas alternatif dari realitas sebenarnya. Masyarakat yang menggunakan medsos lebih dari empat jam sehari akan berasumsi, realitas Covid-19 di medsos adalah sejatinya. Padahal, asumsi tersebut salah sebab ia bukan realitas yang sebenarnya, melainkan realitas buatan (medsos). Realitas buatan Covid-19 ini yang ditolak, misalnya, oleh Presiden AS Donald Trump. Ia pun dengan jemawa menyatakan, wabah Covid-19 tidak akan memorakporandakan Amerika. Hal yang sama dilakukan Inggris. Perdana Menteri Boris Johnson meremehkan Covid-19. Keduanya bersikap antisaintifik. Kita harus akui, realitas Covid-19 memorakporandakan semua tatanan dunia. Bahkan, dunia menjadi terbalik-balik atau realitasnya menjadi jungkir balik. Pada awalnya, negara “super power” seperti Amerika meremehkan Covid-19. Setiap hari ini tidak ada ruang dan waktu yang lewat dari simulasi Covid-19 daripada realitas Covid-19. Mulai dari jenis virus, penyebaran, vaksin, korban, dan penanganannya. Semuanya serba-simulasi. Lumrah bila Covid-19 ini justru lebih banyak menimbulkan penyakit psikologis daripada penyakit biologis. Teknik simulasi Covid-19 melahirkan realitas lain yang lebih imajinatif, meninabobokan, dan mengaduk perasaan. Sesungguhnya, teori komunikasi kultivasi dan teknik simulasi lebih pada persoalan psikologis-informasi daripada masalah komunikasi, semiotika, ataupun filsafat.
Nama :Maita pitasari Nim :20702010036 Prodi:ilmu komunikasi
1.Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa.Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya.
*Contoh Akhir-akhir ini televisi banyak memberitakan tentang kasus kriminalitas, seperti penculikan anak, pedofilia, pelecehan terhadap anak, pembunuhan, penjualan organ manusia, dan tindak kriminalitas lainnya. Dengan adanya hal itu, banyak orang tua yang khawatir terhadap kondisi lingkungan sekitar yang mereka anggap seperti yang diberitakan di televisi. Ditambah lagi dengan tetangga mereka yang telah menjadi korban tindakan kriminalitas. Dalam hal ini, televisi atau media massa telah merubah keyakinan seseorang yang tadinya pemberani menjadi penakut, dan khawatir terhadap apa yang ada. Televisi telah merubah kepercayaan, merubah gaya hidup, dan merubah opini dalam masyarakat
Nama: Bella Frastyawati NIM: 20702010082 Prodi: Ilmu Komunikasi (reg pagi)
Jawab: Teori kultivasi menyatakan bahwa pesan siaran Televisi memiliki efek jangka panjang yang kecil, bertahap, tidak langsung akan tetapi kumulatif dan signifikan, seperti air yang ada didalam gua menetes dan menyebabkan perubahan permukaan pada batu gua yang terkena tetesan tersebut. Teori ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara media Televisi dengan tindak kekerasan (oleh Gorge Garbner, fakultas komunikasi Annebeerg, university of pennsylvania, pendiri cultural envirantment movement).
Teori kultivasi menitikberatkan pada media Televisi sebagai media yang paling berpengaruh dan pada program kekerasan yang paling banyak menyebabkan dampak yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu atau penonton yang menerima adegan kekerasan tersebut.
Penonton fanatik (heavy viewer) merupakan audiens yang biasanya menonton TV lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya yang akan mempresepsikan bahwa adegan-adegan yang ditayangkan di TV merupakan kejadian yang sebenarnya yang terjadi di kehidupan nyata. Hal tersebut kemudian dapat menyebabkan perubahan sikap, opini dan perilaku individu tersebut dalam kehidupan yang sebenarnya.
Nama : Agung apri Wijaya Kusuma Nim. : 20702010074 Kelas: reguler pagi
Jelaskan contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media! Teori kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya. Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Contoh: di dalam penerapan nya adalah seperti masyarakat menggunakan sosial media : Instagram, Facebook, Twitter dan sebagainya yang dimana di dalam teori kultivasi masyarakat ini bisa menjadi salah satu media utama untuk mempelajari culture, kultur lingkungan tergantung dari individu bagaimana menerapkan ilmu pengetahuan tersebut.
Nama:Monica Selvia NIM: 20702010014 Kelas :Reguler pagi Prodi: Ilmu komunikasi kultivasi berasal dari bahasa Inggris, cultivation. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang bisa diakses online (kbbi.kemendikbud.go.id), “Kultivasi/kul·ti·va·si/ n adalah pengolahan lahan pertanian; pengerjaan lahan pertanian.” Karenanya, dalam teori komunikasi, kultivasi dimaknai sebagai ‘penanaman’, dimana yang ‘ditanam’ adalah kekerasan dalam benak khalayak pemirsa akibat kecanduan pada penggunaan media secara terus menerus. Teori ini diperkenalkan oleh George Gerbner melalui sebuah penelitian bernama cultural indicators project, dilakukan pada pertengan 1960an, dimulai dengan mendokumentasikan tingkat kekerasan dalam berbagai jenis tayangan televisi terutama pada program prime-time dan acara anak-anak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana televisi mempengaruhi sudut pandang pemirsa tentang dunia sekitarnya dan ia berpendapat, “Televisi memiliki efek jangka panjang yang berlangsung secara sedikit demi sedikit, bertahap, tidak langsung, namun kumulatif dan signifikan membentuk perilaku.” (Gerbner dalam West & Turner, 2008; lihat juga Littlejhon, Foss & Oetzel, 2017). Proses penanaman inilah yang ia sebut kultivasi. Teori Kultivasi Gerbner dibangun dengan hipotesis dasar yang menyatakan, “Semakin banyak menonton adegan kekerasan di televisi, semakin menganggap dunia ini penuh kekerasan”. Teori ini coba menjelaskan efek kumulatif media massa dengan memandang hubungan antara terpaan media terhadap kepercayaan serta sikap khalayak tentang dunia sekitarnya, yakni ketika seseorang kecanduan acara televisi, “Mereka hidup dalam dua dunia, yaitu ‘dunia real yang senyatanya’ dan ‘dunia yang sungguh diyakini’ oleh mereka” (West & Turner, 2008). Sebagaimana diutarakan, kultivasi dimaknai sebagai proses ‘penanaman’ kekerasan dalam benak khalayak sebagai dampak kecanduan atas media. Karenanya, dalam proses ‘penanaman’ itu, teori ini mengkaji pemirsa dan mengelompokkannya berdasarkan lama menonton tayangan televisi ke dalam tiga kategori, yaitu penonton kelas berat (heavy viewers) jika menyaksikan tayangan televisi minimal empat jam sehari, penonton biasa (viewers) antara 4 – 2 jam sehari, dan penonton kelas ringan (light viewers) jika menonton televisi kurang dari 2 jam. Menurut teori ini, “Semakin banyak waktu yang digunakan untuk menonton televisi, semakin pemirsa mudah terpengaruh atas tayangan kekerasan, demikian sebaliknya.” (West & Turner, 2008). Namun, hal ini tidak bersifat serta merta, karena tergantung kepada usia (semakin muda usia semakin mudah terpengaruh), latar belakang pendidikan (semakin berpendidikan semakin sulit terpengaruh), jenis kelamin (wanita lebih mudah terpengaruh kekerasan daripada lelaki), tingkat pendapatan (kelompok berpendapatan rendah lebih mudah terpengaruh daripada kelompok berpendapatan tinggi). Para penonton kelas berat yang sudah kecanduan televisi akan menganggap apa yang terjadi di televisi adalah dunia senyatanya. Misalnya, ketika diminta menanggapi perilaku kekerasan yang terjadi di masyarakat, para pecandu berat televisi menyatakan, “Sebab utama munculnya kekerasan karena masalah sosial.” Contoh lain, menurut sebuah penelitian lain (lihat Morisan, 2017) akibat tayangan yang mereka saksikan, para pecandu berat televisi mengatakan bahwa 20% penduduk dunia bermukim di Amerika, walau senyatanya hanya 6%. Dengan kata lain, penilaian, persepsi, dan opini pemirsa tergiring sedemikian rupa sesuai dengan apa yang mereka lihat di televisi
Nama : Ica Arleta NIM : 20702010078 Kelas : Reguler Pagi
Jelaskan contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media!
Contohnya : Sinetron dan Reality Show. Sekarang ini banyak sekali program sinetron dan reality show yang yang ada di TV yang setiap malam ditampilkan dan di tonton oleh semua masyarakat indonesia karena masyarakat indonesia rata-rata semuanya suka akan program sinetron dan reality show yang ada di RCTI, SCTV, INDOSIAR dan stasiun TV lainnya. Tontonan seperti seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan,perselingkuhan ,kriminal, dll akan dianggap sebagai Gambaran bahwa itu lah yang sering terjadi di kehidupan realita padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi di kehidupan kita atau pun di mayarakat. Semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka. Di dalam teori kultivasi bahwa di jelaskan pada dasar nya ada 2 tipe penonton televisi yang mempunyai karateristik saling bertentangan /bertolak belakang, yaitu pecandu/penonton fanatik adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton televisi ini sering juga di sebut khalayak penonton/pecandu televisi, serta 2(dua) adalah penonton biasa yaitu mereka yang menonton televisi@ jam atau kuarang dalam setiap harinya dan di dalamnya teori kultivasi ini berlaku terhadap pecandu/penonton fanastik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya /fikti belakang dan televisi memang sudah melekat di kehgidupan kita sehari-hari. Dari televisi lah kita belajar tentang kehidupan dan budaya masyarakt di mana pun. Semua tayangan televisi memiliki bahasa sendiri, yang dapat di pahami dengan menganalisis secara seksama terhadap suara atau gambar, yang di gunakaan untuk menympaikan pesan. Setiap penonton memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan , ras agama, suku, jenis kelamin dll yang berbeda. Mereka juga mempunyai pengalaman hidup yang berbeda. Maka mereka menafsirkan tayangan tv dengan cara yang berbeda. Meskipun munkin tayangan itu persis sama. Perkembangan di bidang pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap orang berada di depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang tidur kembali. Tingkat mengkonsumsi media khususnya televisi pada masyarakat dan dalam melihat televisi terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar. Karena koefesien negatif artinya semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin berkurangnya kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar.
NAMA :IMAM MUKHYIDDIN NIK. :20702010075 KELAS:LEGULER PAGI
JAWAB Teori kultivasi menyatakan bahwa pesan siaran Televisi memiliki efek jangka panjang yang kecil, bertahap, tidak langsung akan tetapi kumulatif dan signifikan, seperti air yang ada didalam gua menetes dan menyebabkan perubahan permukaan pada batu gua yang terkena tetesan tersebut. Teori ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara media Televisi dengan tindak kekerasan (oleh Gorge Garbner, fakultas komunikasi Annebeerg, university of pennsylvania, pendiri cultural envirantment movement).
Teori kultivasi menitikberatkan pada media Televisi sebagai media yang paling berpengaruh dan pada program kekerasan yang paling banyak menyebabkan dampak yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu atau penonton yang menerima adegan kekerasan tersebut.
Nama :Destiana Nim :20702010033 Prodi :ilmu komunikasi (reg.pagi)
Dalam teori kultivasi disebutkan, bahwa penonton media massa dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu heavy viewer dan light viewer. Heavy viewer adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam setiap harinya. Sedangkan light viewer adalah mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang dalam setiap harinya. 5 Diantara program-program yang di saksikan oleh masyarakat Lendang Berora antara lain sinetron, film holywood, reality show dan konser musik,. Sesuai paparan teori kultivasi, masyarakat secara tidak langsung tidak menyadari dampak di balik penayangan itu semua dan memberikan pengaruh pada mereka sebagai target audiens hal tersebut dapat merubah pola hidup mereka yang bersifat positif maupun negatif dalam kehidupannya, semakin menjadi heavy viewer, pengaruh yang didapat semakin besar. Pertelevisian di era sekarang telah mengalami perubahan, tanyangan di dalamnya terdapat banyak konten yang keluar dari konteks mendidik dan informatif serta mulai didominasi oleh unsur-unsur kekerasan, perselingkuhan, perebutan harta, perilaku tidak hormat pada orang tua dan tayangan lain yang tidak patut untuk di jadikan contoh. Entah apakah itu dikarenakan tayangan di televisi tersebut penyajiannya kurang selektif dari para gate keepernya, namun yang pasti secara tidak sadar tontonan tersebut tersaji secara rutin di rumah masyarakat yang dinikmati oleh berbagai kalangan dan usia.
Nama : Tiara Kelas : ilmu komunikasi reg pagi NIM : 20702010076
Sebab ketatnya persaingan Media Televisi sekarang ini sehingga banyak sekali media Televisi yang menampilkan program-program acara yang memungkian nasyarakat akan termotivasi untuk menyaksikan program acara tersebut, sekarang ini banyak sekali Media Televisi menampilkan program acara yang berbau percintaan dan kekerasan seperti adanya sinetron, reality show, dan lain-lain karena memang inilah program acara yang disukai oleh masyarakat indonesia pada umunya. Sehubungan dengan hal tersebut Media Televisi sekarang sangatlah berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat yang rata-rata seluruhnya telah mempunyai Televisi kabel disetiap rumah di kota bahkan didesa.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap-sikap serta nilai-nilai yang telah tersaji dalam suatu budaya melalui komunikasi satu arah bukan komunikasi dua arah. Media mengelola dan mempropaganda nilai-nilai tersebut diantara anggota sebuah budaya, kemudian mengikatnya bersama-sama. Ia juga berpendapat bahwa televisi cenderung untuk menanamkan perspektif politik. Media massa khususnya televisi memiliki karakteristik media penyiaran yang khusus serta memudahkan televisi dalam menanamkan berbagai sikap dan nilai budaya yaitu audiovisual.
analisis sistem pesan, membentuk berbagai pertanyaan tentang realitas sosial pemirsa, survei khalayak, dan membandingkan realitas sosial dari pemirsa kelas ringan dengan pemirsa kelas berat.
Nama:Rahmat Hidayat Nim:20702010089 Kelas:reguler pagi
Jawab; Pencetus Teori Kultivasi, George Gerbner, menganggap televisi sebagai sebuah kekuatan yang dominan dalam kehidupan di zaman modern ini. Argumen Gerbner didasarkan pada kenyataan bahwa televisi telah menjadi semacam ‘anggota keluarga baru’ di mana ia memiliki akses tak terbatas terhadap setiap anggota keluarga. Dalam bahasa yang lebih ekstrim, Gerbner bahkan menuding televisi sebagai agama baru, karena menonton televisi tidak ubahnya bagaikan ritual keagamaan seperti pergi ke gereja bagi pemeluk Kristiani. Lantas, apa yang paling mengasyikkan yang ditonton pemirsa televisi setiap harinya? Gerbner menunjuk tayangan-tayangan kekerasan-lah yang mereka sukai. Pendapat Gerbner tentang efek negatif televisi hanya salah satu dari banyak teori yang menghubungkan efek media dengan kekerasan. Ditengarai bahwa selain televisi, jenis-jenis media lain semacam buku-buku komik, atau video games juga mengakibatkan efek negatif, tapi bagi Gerbner, televisi adalah ‘tersangka utama’. Keyakinannya itu berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukannya. Selama hampir dua dekade, Gerbner telah memelopori riset yang intensif tentang hubungan tayangan (program) televisi dengan tingkat kekerasan, ia juga mengategorisasikan atau mengelompokkan penonton berdasarkan intensitas (lamanya) mereka menonton televisi, serta perilaku- perilaku lainnya. Televisi-berbeda dari media massa lainnya, memproduksi beragam acara di mana pesan-pesan yang disampaikannya membentuk citra realitas yang begitu logis, yang lantas disampaikan kepada khalayak luas. Televisi ditonton khalayak dengan tingkat selektivitas yang rendah, di mana agenda menonton masyarakat nyaris merupakan sebuah ritual. Oleh karenanya, televisi melalui pesan pesannya mengonstruksi suatu cara pandang baru tentang dunia kehidupan, bahkan menciptakan semacam ideologi baru bagi masyarakat.
Assalamualaikum Nama:Septian Patria Ayu Nim:20702010042 Kelas:reguler pagi Pikom:ilmu komunikasi
teori kultivasi (cultivation theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi )dengan tindak kekerasan.Teori ini dikemukakan oleh George garbner, yang berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika serikat. teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecundu( penonton berat) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa"dunia itu sangat nenakutkan"hal tersebut disebabkankeyakinan mereka bahwa" apa yang mereka lihat di televisi "yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah" apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari sehari
Nama : Ika Fauziah Ramadhani Nim : 20702010009 Prodi : Ilmu Komunikasi (reguler pagi)
Jawaban : Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya.
Contoh kasus Tontonan seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan, perselingkuhan, kriminal, dan lain sebagainya akan dianggap sebagai gambaran bahwa itulah yang sering terjadi di kehidupan realita. Padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi dikehidupan kita. Karena jika ditelaah, semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka. Begitu pula para penikmat kartun yang sudah menonton kartun sudah sejak kecil, pada awal mereka mulai menonton kartun mereka beranggapan bahwa apa yang ada ditayangkan itu adalah nyata. Misalnya anak-anak yang menonton kartun Hamtaro, mereka beranggapan bahwa hamster yang menjadi tokoh utama dikartun tersebut benar-benar bisa berbicara layaknya manusia atau manusia dapat berbicara dengan hewan kesayangannya.
Nama : Aleiya bahsin NIM : 20702010016 Prodi: ilmu komunikasi (reg pagi)
Teori kultivasi merupakan salah satu teori dalam ilmu komunikasi. Teori ini dirintis George Gerbner pertengahan abad ke-20. Penelitian ini berkaitan dengan efek menonton kekerasan televisi.
Teori ini berkesimpulan, khalayak yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya (kategori high viewer) akan berpandangan, apa yang terjadi di televisi merupakan sesuatu yang sebenarnya.
Menurut Gerbner, ada lima asumsi dasar dari teori ini. Yakni, isi televisi yang diproduksi secara massal berpengaruh lebih besar daripada media massa lain. Kedua, televisi membentuk persepsi, sikap, dan keyakinan seseorang terhadap orang lain dan masyarakat.
Nama:Uli Ulandari Nim:20702010021 Prodi: Ilmu Komunikasi Kelas: reguler pagi
Teori kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya. Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya.Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. Tujuan dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi pada pemirsa.
NAMA: DEWI SALMA FAUZIYA NIM : 20702010034 KELAS : REG.PAGI FIKOM MK : TEORI KOMUNIKASI
Teori Kultivasi melihat media massa sebagai agen sosialisasi dan menemukan bahwa penonton televisi dapat memercayai apa yang ditampilkan oleh televisi berdasarkan seberapa banyak mereka menontonnya. Berdasarkan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton, maka penonton televiisi dikelompokkan ke dalam 2 kategori yakni light viewer (penonton ringan) rata-rata 2 jam perhari atau krng dan hanya tayangan tertentu. Dan heavy viewer ( penonton berat) , rata-rata 4 jam per hari atau lebih dan tidak hanya tayangan tertentu. Menurut teori ini, media massa, khususnya televisi diyakini memiliki pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonnya. Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan bersifat kumulatif dan ridak langsung. Secara implisit teori ini juga berpendapat bahwa pemirsa televisi bersifat heterogen dan terdiri dari individu-individu yang pasif yang tidak berinteraksi satu sama lain. Namun, mereka memiliki pandangan yang sama terhadap realitas yang diciptakan media tersebut.
Nama : Sefta Hardayanti Nim :20702010026 Prodi: Ilmu Komunikasi
Di dalam teori kultivasi bahwa di jelaskan pada dasar nya ada 2 tipe penonton televisi yang mempunyai karateristik saling bertentangan /bertolak belakang, yaitu pecandu/penonton fanatik adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton televisi ini sering juga di sebut khalayak penonton/pecandu televisi, serta 2(dua) adalah penonton biasa yaitu mereka yang menonton televisi@ jam atau kuarang dalam setiap harinya dan di dalamnya teori kultivasi ini berlaku terhadap pecandu/penonton fanastik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya /fikti belakang dan televisi memang sudah melekat di kehgidupan kita sehari-hari. Dari televisi lah kita belajar tentang kehidupan dan budaya masyarakt di mana pun. Semua tayangan televisi memiliki bahasa sendiri, yang dapat di pahami dengan menganalisis secara seksama terhadap suara atau gambar, yang di gunakaan untuk menympaikan pesan. Setiap penonton memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan , ras agama, suku, jenis kelamin dll yang berbeda. Mereka juga mempunyai pengalaman hidup yang berbeda. Maka mereka menafsirkan tayangan tv dengan cara yang berbeda. Meskipun munkin tayangan itu persis sama. Perkembangan di bidang pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap orang berada di depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang tidur kembali. Tingkat mengkonsumsi media khususnya televisi pada masyarakat dan dalam melihat televisi terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar. Karena koefesien negatif artinya semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin berkurangnya kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar.
Nama:Mardiana Nim :20702010041 Kelas:reguller pagi Teori kultivasi merupakan salah satu teori dalam ilmu komunikasi. Teori ini dirintis George Gerbner pertengahan abad ke-20. Penelitian ini berkaitan dengan efek menonton kekerasan televisi.
Teori ini berkesimpulan, khalayak yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya (kategori high viewer) akan berpandangan, apa yang terjadi di televisi merupakan sesuatu yang sebenarnya.
Menurut Gerbner, ada lima asumsi dasar dari teori ini. Yakni, isi televisi yang diproduksi secara massal berpengaruh lebih besar daripada media massa lain. Kedua, televisi membentuk persepsi, sikap, dan keyakinan seseorang terhadap orang lain dan masyarakat.
Nama :fitri febriani Nim :20702010005 Kelas:karyawan
contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat dalam media pertelevisian •Tayangan sinetron “Anak Jalanan”mendapatkan teguran tertulis pertama dari KPI pada tanggal 11 Januari 2016 pada adegan seorang laki-laki berkelahi melawan sekelompok genk motor, pengeroyokan sampai pingsan, dan pada tanggal 26 Desember 2015 lalu terdapat adegan seorang remaja pria mencium pipi pasangannya. Dan tidak hanya itu saja, pada tanggal 12 Februari 2016 pada adegan dua orang pria melakukan freestly meggunakan motor, selain itu terdapat juga adegan kejar-kejaran antara tiga orang pria menggunakan motor dengan kecepatan tinggi di jalan raya. Hal itu Komisi Penyiaran Islam menilai muatan demikian dapat memberikan dampak negatif dan berpotensi ditiru oleh khalayak yang menonton khususnya remaja Positioning, yaitu mempengaruhi audiens dimana dalam menciptakan suatu acara, suatu stasiun televisi harus pandai-pandai menciptakan cerita yang akan disukai oleh audiens, karena bagi stasiun televisi rating adalah segalanya, maka konten-konten “yang dibutuhkan” di dalam suatu acara tidak terlalu diperhatikan, yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mengemas acara tersebut menjadi “diinginkan” dan disukai oleh banyak audiens. Dari beberapa tayangan yang menimbulkan dampak buruk bagi audiens heavy viewer yang menonton lebih dari 4 jam perhari khususnya untuk audiens dibawah umur 15 tahun, apalagi yang mengidolakan artisnya, terlihat menirukan adegan-adegan yang diperankan. Sebenarnya akan sangat baik, kalau saja konten di anggap realitas di TV tersebut berisikan hal-hal yang positif tentu efeknya akan menjadi positif juga, namun konten positif dianggap kurang challenging, sehingga demi rating, konten negatif banyak dimunculkan seperti, adegan berpacaran, adegan tawuran, adegan balapan motor, berkata kasar, memaki-maki dan mengeluarkan kata-kata makian.Bagi audiens remaja light viewer, yang menonton tayangan-tayangan di TV kurang dari 4 jam per hari, remaja tersebut hanya akan sekedar menyaksikan sebagai selingan saja namun tidak terpengaruh ataupun mengganggap realistis terhadap tayangan tersebut sehingga tidak ingin menirukannya dikehidupan nyata.
Nama: Lia iska oktarina Nim:20702010065 Kelas:Karyawan
Contoh penerapan teori Kultivasi Dalam kehidupan anggota masyarakat dalam mengakses berbagai media adalah contohnya perilaku masyarakat seperti penonton/pecandu televisi yang dikaitkan dengan berbagai program acara televisi.teori kultivasi menyatakan bahwa para pecandu televisi membangun keyakinan yang berlebihan.yaitu penonton/pencandu televisi yang yakin apa yang mereka lihat diTV bahwa program acara yang menyajikan acara kekerasan adalah terjadi juga dalam kehidupan sehari hari.
Nama : Levi afriandi Kelas : Karyawan Nim : 20702010095
teori kultivasi (cultivation theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi )dengan tindak kekerasan.Teori ini dikemukakan oleh George garbner, yang berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika serikat. teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecundu( penonton berat) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa"dunia itu sangat nenakutkan"hal tersebut disebabkankeyakinan mereka bahwa" apa yang mereka lihat di televisi "yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah" apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari sehari
Nama : HERAWAN FATONI NIM : 20702010044 Prodi : Ilmu Komunikasi/kelas karyawan
Gagasan tentang cultivation theory (teori kultivasi) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya di Annenberg School of Communication di Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel berjudul “the television World of Violence”. Artikel tersebut merupakan salah satu tulisan dalam buku bertajuk Mass Media and Violence yang disunting D. Lange, R. Baker & S. Ball (eds). Menurut Wood (2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada proses kumulatif di mana televisi menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada khalayaknya. Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa (powerful effects model) dengan kelompok yang memercayai keterbatasan efek media (lim- ited effects model), dan juga perdebatan antara kelompok yang menganggap efek media massa bersifat langsung dengan kelompok yang menganggap efek media massa bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori Kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang individual.
Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh Profesor George Gerbner pada tahun 1960 ketika ia menjadi dekan Annenberg School of Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini adalah “Living with Television: The Violenceprofile”, Journal of Communication. Awalnya, ia melakukan penelitian tentang “Indikator Budaya” dipertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Dengan kata lain, ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi itu? Itu juga bisa dikatakan bahwa penelitian kultivasi yang dilakukannya lebih menekankan pada “dampak”.
Menurut cultivation theory, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak kita tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak kita dengan televisi, kita belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya. Inti dari penelitian mengenai kultivasi adalah siapa yang menghabiskan waktu lebih banyak menonton televisi mempunyai kemungkinan untuk memandang realitas dunia dalam cara yang mencerminkan pesan yang secara umum disampaikan oleh televisi, dibandingkan dengan mereka yang lebih sedikit menonton televisi, namun sebanding dalam hal karakteristik demografis yang penting.
Analisa kultivasi sebenarnya merupakan salah satu bagian dari tiga strategi penelitian dari proyek Gerbner yang lebih besar lagi, yaitu penelitian mengenai Indikator Kultural. Tiga strategi penelitian yang dilakukan Gerbner adalah:
1. Institutional process analysis (analisa proses kelembagaan), yaitu strategi penelitian yang menyelidiki tentang tekanan dan keterbatasan yang mempengaruhi bagaimana pesan media dipilih, dihasilkan, dan disebarkan; 2. Message system analysis (analisa sistem pesan), yaitu strategi penelitian dengan mengukur dan memantau gambaran umum dalam acara televisi. 3. Cultivation analysis (Analisa kultivasi), yaitu strategi penelitian yang mempelajari apa dan bagaimana televisi membantu menghasilkan konsepsi penonton tentang kenyataan social (Bryant, J & D Zillmann. Media Effects: Advances in Theory and Research. 2002 : 45). Prespektif kultivasi pada awal perkembangannya lebih memfokuskan kajian pada studi televisi dan khalayak. Fokus utamanya pada tema-tema kekerasan di televisi
Nama : Candra saputra Nim : 20702010045 Mk : teori komunikasi Dosen : herdiansyah m.ikom
1.Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa.Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya.
*Contoh Akhir-akhir ini televisi banyak memberitakan tentang kasus kriminalitas, seperti penculikan anak, pedofilia, pelecehan terhadap anak, pembunuhan, penjualan organ manusia, dan tindak kriminalitas lainnya. Dengan adanya hal itu, banyak orang tua yang khawatir terhadap kondisi lingkungan sekitar yang mereka anggap seperti yang diberitakan di televisi. Ditambah lagi dengan tetangga mereka yang telah menjadi korban tindakan kriminalitas. Dalam hal ini, televisi atau media massa telah merubah keyakinan seseorang yang tadinya pemberani menjadi penakut, dan khawatir terhadap apa yang ada. Televisi telah merubah kepercayaan, merubah gaya hidup, dan merubah opini dalam masyarakat
Nama : Ramanda Nim :20702010006 Prodi : Ilmu Komunikasi Kelas : Karyawan
Jelaskan contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media!
Teori kultivasi atau analisis kultivasi atau kultivasi adalah salah satu teori efek kumulatif media massa yang memandang hubungan antara terpaan media massa yaitu televisi terhadap kepercayaan serta sikap khalayak massa tentang dunia di sekitarnya. Singkatnya, teori kultivasi memiliki hipotesis bahwa pemirsa televisi kelas berat akan mempertahankan kepercayaan dan konsepsi tentang dunia di sekitarnya yang selaras dengan apa yang mereka lihat melalui layar kaca. Misalnya, program televisi yang banyak memperlihatkan tindakan kekerasan. Berdasarkan hipotesis teori kultivasi maka pemirsa kelas berat akan cenderung melihat dunia di sekitarnya sebagai tempat yang penuh dengan tindakan kekerasan.
Nama:Hidayat NIM:20702010003 Kelas:Karyawan Dosen Pengampu:Herdiansyah Amanu, M.I.Kom. Mata kuliah:Teori Komunikasi Perihal:Tugas kuliah
Komunikasi massa adalah sistem yang sangat kompleks dan memiliki sejarah penelitian yang sangat panjang selama bertahun-tahun. Para peneliti telah mengembangkan berbagai teori komunikasi massa ketika meneliti hubungan antara media massa dan khalayak massa. Hal ini didasarkan pada sebuah postulat yang diungkapkan oleh Denis McQuail bahwa media memiliki efek terhadap khalayak massa. Selama abad 20, para peneliti komunikasi telah berupaya untuk mengamati efek media massa terhadap khalayak yang berujung pada kemunculan berbagai teori efek media massa diantaranya adalah teori uses and gratifications, teori jarum hipodermik, teori spiral keheningan, teori agenda setting, dan teori kultivasi. Teori kultivasi atau analisis kultivasi atau kultivasi adalah salah satu teori efek kumulatif media massa yang memandang hubungan antara terpaan media massa yaitu televisi terhadap kepercayaan serta sikap khalayak massa tentang dunia di sekitarnya. Singkatnya, teori kultivasi memiliki hipotesis bahwa pemirsa televisi kelas berat akan mempertahankan kepercayaan dan konsepsi tentang dunia di sekitarnya yang selaras dengan apa yang mereka lihat melalui layar kaca. Misalnya, program televisi yang banyak memperlihatkan tindakan kekerasan. Berdasarkan hipotesis teori kultivasi maka pemirsa kelas berat akan cenderung melihat dunia di sekitarnya sebagai tempat yang penuh dengan tindakan kekerasan. Teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa televisi bertangggung jawab dalam membentuk atau mengkultivasi konsepsi atau cara pandang pemirsa televisi terhadap realitas sosial. Efek massif televisi yang menerpa khalayak secara terus menerus secara bertahap membentuk persepsi tentang realitas sosial bagi individu dan budaya secara keseluruhan. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap-sikap serta nilai-nilai yang telah tersaji dalam suatu budaya melalui komunikasi satu arah bukan komunikasi dua arah. Media mengelola dan mempropaganda nilai-nilai tersebut diantara anggota sebuah budaya, kemudian mengikatnya bersama-sama. Ia juga berpendapat bahwa televisi cenderung untuk menanamkan perspektif politik. Media massa khususnya televisi memiliki karakteristik media penyiaran yang khusus serta memudahkan televisi dalam menanamkan berbagai sikap dan nilai budaya yaitu audiovisual.
Teori kultivasi menyatakan bahwa pesan siaran Televisi memiliki efek jangka panjang yang kecil, bertahap, tidak langsung akan tetapi kumulatif dan signifikan, seperti air yang ada didalam gua menetes dan menyebabkan perubahan permukaan pada batu gua yang terkena tetesan tersebut. Teori ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara media Televisi dengan tindak kekerasan (oleh Gorge Garbner, fakultas komunikasi Annebeerg, university of pennsylvania, pendiri cultural envirantment movement).Di dalam teori kultivasi bahwa di jelaskan pada dasar nya ada 2 tipe penonton televisi yang mempunyai karateristik saling bertentangan /bertolak belakang, yaitu pecandu/penonton fanatik adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton televisi ini sering juga di sebut khalayak penonton/pecandu televisi, serta 2(dua) adalah penonton biasa yaitu mereka yang menonton televisi@ jam atau kuarang dalam setiap harinya dan di dalamnya teori kultivasi ini berlaku terhadap pecandu/penonton fanastik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya /fikti belakang dan televisi memang sudah melekat di kehgidupan kita sehari-hari. Dari televisi lah kita belajar tentang kehidupan dan budaya masyarakt di mana pun. Semua tayangan televisi memiliki bahasa sendiri, yang dapat di pahami dengan menganalisis secara seksama terhadap suara atau gambar, yang di gunakaan untuk menympaikan pesan. Setiap penonton memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan , ras agama, suku, jenis kelamin dll yang berbeda. Mereka juga mempunyai pengalaman hidup yang berbeda. Maka mereka menafsirkan tayangan tv dengan cara yang berbeda. Meskipun munkin tayangan itu persis sama. Perkembangan di bidang pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap orang berada di depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang tidur kembali. Tingkat mengkonsumsi media khususnya televisi pada masyarakat dan dalam melihat televisi terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar. Karena koefesien negatif artinya semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin berkurangnya kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar.
Nama : pahira tiara Nim : 20702010004 Kelas : karyawan
Contoh Kasus yang terkait Teori Kultivasi
1. Sinetron dan Reality Show
Sekarang ini banyak sekali program sinetron dan reality show yang yang ada di TV yang setiap malam ditampilkan dan di tonton oleh semua masyarakat indonesia karena masyarakat indonesia rata-rata semuanya suka akan program sinetron dan reality show yang ada di RCTI, SCTV, INDOSIAR dan stasiun TV lainnya. Tontonan seperti seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan,perselingkuhan ,kriminal,dll akan dianggap sebagai Gambaran bahwa itu lah yang sering terjadi di kehidupan realita padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi di kehidupan kita atau pun di mayarakat. Semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka.
Nama : Bayu Maulana M.N
ReplyDeleteNIM : 20702010024
Prodi : Ilmu Komunikasi Reguler Pagi
Gagasan tentang cultivation theory (teori
kultivasi) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh
George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya
di Annenberg School of Communication di
Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel
berjudul “the television World of Violence”. Artikel
tersebut merupakan salah satu tulisan dalam buku
bertajuk Mass Media and Violence yang disunting
D. Lange, R. Baker & S. Ball (eds). Menurut Wood
(2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada
proses kumulatif di mana televisi menanamkan
suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada
khalayaknya.
Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika
terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan
komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media
massa (powerful effects model) dengan kelompok
yang memercayai keterbatasan efek media (lim-
ited effects model), dan juga perdebatan antara
kelompok yang menganggap efek media massa
bersifat langsung dengan kelompok yang
menganggap efek media massa bersifat tidak
langsung atau kumulatif. Teori Kultivasi muncul
untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek
media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih
berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang
individual.
Menurut Signorielli dan Mogan (1990),
analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari
paradigma penelitian tentang efek media yang
sebelumnya dilakukan oleh Gerbner, yaitu cultural
indicators, yang menyelidiki (1) proses
institusional dalam produksi isi media, (2) image
(kesan) isi media, (3) hubungan antara terpaan
pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku
khalayak
https://m.youtube.com/watch?v=pKHh9enbbjg
DeleteNama : Ani Sagita
ReplyDeleteNIM. : 20702010060
Kelas : reguler
Prodi : Ilmu Komunikasi
Teori Kultivasi (Cultivation Theory) adalah salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini dikemukakan oleh George Gerbner, yang berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika Serikat. Teori Kultivasi menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa ”dunia itu sangat menakutkan”. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa ' 'apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah ' 'apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.
Sebagai contoh dalam sebuah film yang sering tayang di pertelevisian, misalnya judulnya "Ayah tiri yang kejam". Penonton cenderung menilai bahwa apa yang terjadi dalam film tersebut juga sering dialami oleh dunia nyata, ada Ayah tiri yang tega membunuh anak tiri nya tersebut , lantaran ada yang merasa terganggu dengan keberadaan nya. Oleh sebab itu, kenapa penayangan di televisi itu berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Tidak hanya pada pertelevisian saja, media lain juga bisa seperti Facebook, Instagram , Youtube dll sebagai, apalagi dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, semua kalangan bahkan anak dibawah pun bisa mengakses media tersebut.
This comment has been removed by the author.
DeleteNama : Selvi Permata Sari
ReplyDeleteNim : 20702010047
Prodi : Ilmu Komunikasi reguler pagi smt2
contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media?
Teori ini berkesimpulan, khalayak yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya (kategori high viewer) akan berpandangan, apa yang terjadi di televisi merupakan sesuatu yang sebenarnya. Contohnya ialah Efek media dalam kasus Covid-19 akan menumbuhkan realitas alternatif dari realitas sebenarnya. Masyarakat yang menggunakan medsos lebih dari empat jam sehari akan berasumsi, realitas Covid-19 di medsos adalah sejatinya.
Padahal, asumsi tersebut salah sebab ia bukan realitas yang sebenarnya, melainkan realitas buatan (medsos). Realitas buatan Covid-19 ini yang ditolak, misalnya, oleh Presiden AS Donald Trump.
Ia pun dengan jemawa menyatakan, wabah Covid-19 tidak akan memorakporandakan Amerika. Hal yang sama dilakukan Inggris. Perdana Menteri Boris Johnson meremehkan Covid-19. Keduanya bersikap antisaintifik.
Kita harus akui, realitas Covid-19 memorakporandakan semua tatanan dunia. Bahkan, dunia menjadi terbalik-balik atau realitasnya menjadi jungkir balik. Pada awalnya, negara “super power” seperti Amerika meremehkan Covid-19. Setiap hari ini tidak ada ruang dan waktu yang lewat dari simulasi Covid-19 daripada realitas Covid-19. Mulai dari jenis virus, penyebaran, vaksin, korban, dan penanganannya. Semuanya serba-simulasi.
Lumrah bila Covid-19 ini justru lebih banyak menimbulkan penyakit psikologis daripada penyakit biologis. Teknik simulasi Covid-19 melahirkan realitas lain yang lebih imajinatif, meninabobokan, dan mengaduk perasaan. Sesungguhnya, teori komunikasi kultivasi dan teknik simulasi lebih pada persoalan psikologis-informasi daripada masalah komunikasi, semiotika, ataupun filsafat.
Nama :Maita pitasari
ReplyDeleteNim :20702010036
Prodi:ilmu komunikasi
1.Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa.Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya.
*Contoh
Akhir-akhir ini televisi banyak memberitakan tentang kasus kriminalitas, seperti penculikan anak, pedofilia, pelecehan terhadap anak, pembunuhan, penjualan organ manusia, dan tindak kriminalitas lainnya. Dengan adanya hal itu, banyak orang tua yang khawatir terhadap kondisi lingkungan sekitar yang mereka anggap seperti yang diberitakan di televisi. Ditambah lagi dengan tetangga mereka yang telah menjadi korban tindakan kriminalitas. Dalam hal ini, televisi atau media massa telah merubah keyakinan seseorang yang tadinya pemberani menjadi penakut, dan khawatir terhadap apa yang ada. Televisi telah merubah kepercayaan, merubah gaya hidup, dan merubah opini dalam masyarakat
Nama: Bella Frastyawati
ReplyDeleteNIM: 20702010082
Prodi: Ilmu Komunikasi (reg pagi)
Jawab:
Teori kultivasi menyatakan bahwa pesan siaran Televisi memiliki efek jangka panjang yang kecil, bertahap, tidak langsung akan tetapi kumulatif dan signifikan, seperti air yang ada didalam gua menetes dan menyebabkan perubahan permukaan pada batu gua yang terkena tetesan tersebut. Teori ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara media Televisi dengan tindak kekerasan (oleh Gorge Garbner, fakultas komunikasi Annebeerg, university of pennsylvania, pendiri cultural envirantment movement).
Teori kultivasi menitikberatkan pada media Televisi sebagai media yang paling berpengaruh dan pada program kekerasan yang paling banyak menyebabkan dampak yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu atau penonton yang menerima adegan kekerasan tersebut.
Penonton fanatik (heavy viewer) merupakan audiens yang biasanya menonton TV lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya yang akan mempresepsikan bahwa adegan-adegan yang ditayangkan di TV merupakan kejadian yang sebenarnya yang terjadi di kehidupan nyata. Hal tersebut kemudian dapat menyebabkan perubahan sikap, opini dan perilaku individu tersebut dalam kehidupan yang sebenarnya.
Nama : Agung apri Wijaya Kusuma
ReplyDeleteNim. : 20702010074
Kelas: reguler pagi
Jelaskan contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media!
Teori kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya. Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya.
Contoh: di dalam penerapan nya adalah seperti masyarakat menggunakan sosial media : Instagram, Facebook, Twitter dan sebagainya yang dimana di dalam teori kultivasi masyarakat ini bisa menjadi salah satu media utama untuk mempelajari culture, kultur lingkungan tergantung dari individu bagaimana menerapkan ilmu pengetahuan tersebut.
Nama:Monica Selvia
ReplyDeleteNIM: 20702010014
Kelas :Reguler pagi
Prodi:
Ilmu komunikasi
kultivasi berasal dari
bahasa Inggris, cultivation. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang bisa diakses online
(kbbi.kemendikbud.go.id),
“Kultivasi/kul·ti·va·si/ n adalah pengolahan
lahan pertanian; pengerjaan lahan pertanian.”
Karenanya, dalam teori komunikasi, kultivasi
dimaknai sebagai ‘penanaman’, dimana yang
‘ditanam’ adalah kekerasan dalam benak
khalayak pemirsa akibat kecanduan pada
penggunaan media secara terus menerus.
Teori ini diperkenalkan oleh George
Gerbner melalui sebuah penelitian bernama
cultural indicators project, dilakukan pada
pertengan
1960an,
dimulai dengan
mendokumentasikan tingkat kekerasan dalam
berbagai jenis tayangan televisi terutama pada
program prime-time dan acara anak-anak.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui
bagaimana televisi mempengaruhi sudut
pandang pemirsa tentang dunia sekitarnya dan
ia berpendapat, “Televisi memiliki efek jangka
panjang yang berlangsung secara sedikit demi
sedikit, bertahap, tidak langsung, namun
kumulatif dan signifikan
membentuk
perilaku.” (Gerbner dalam West & Turner,
2008; lihat juga Littlejhon, Foss & Oetzel,
2017). Proses penanaman inilah yang ia sebut
kultivasi.
Teori Kultivasi Gerbner dibangun
dengan hipotesis dasar yang menyatakan,
“Semakin banyak menonton adegan kekerasan
di televisi, semakin menganggap dunia ini
penuh kekerasan”. Teori ini coba menjelaskan
efek kumulatif media massa dengan
memandang hubungan antara terpaan media
terhadap kepercayaan serta sikap khalayak
tentang dunia sekitarnya, yakni ketika
seseorang kecanduan acara televisi, “Mereka
hidup dalam dua dunia, yaitu ‘dunia real yang
senyatanya’ dan ‘dunia yang sungguh diyakini’
oleh mereka” (West & Turner, 2008).
Sebagaimana diutarakan, kultivasi
dimaknai sebagai proses ‘penanaman’
kekerasan dalam benak khalayak sebagai
dampak kecanduan atas media. Karenanya,
dalam proses ‘penanaman’ itu, teori ini
mengkaji pemirsa dan mengelompokkannya
berdasarkan lama menonton tayangan televisi
ke dalam tiga kategori, yaitu penonton kelas
berat (heavy viewers) jika menyaksikan tayangan
televisi minimal empat jam sehari, penonton
biasa (viewers) antara 4 – 2 jam sehari, dan
penonton kelas ringan (light viewers) jika
menonton televisi kurang dari 2 jam.
Menurut teori ini, “Semakin banyak
waktu yang digunakan untuk menonton
televisi, semakin pemirsa mudah terpengaruh
atas tayangan kekerasan, demikian sebaliknya.”
(West & Turner, 2008). Namun, hal ini tidak
bersifat serta merta, karena tergantung kepada
usia (semakin muda usia semakin mudah
terpengaruh), latar belakang pendidikan
(semakin berpendidikan semakin sulit
terpengaruh), jenis kelamin (wanita lebih
mudah terpengaruh kekerasan daripada lelaki),
tingkat pendapatan (kelompok berpendapatan
rendah lebih mudah terpengaruh daripada
kelompok berpendapatan tinggi).
Para penonton kelas berat yang sudah
kecanduan televisi akan menganggap apa yang
terjadi di televisi adalah dunia senyatanya.
Misalnya, ketika diminta menanggapi perilaku
kekerasan yang terjadi di masyarakat, para
pecandu berat televisi menyatakan, “Sebab
utama munculnya kekerasan karena masalah
sosial.” Contoh lain, menurut sebuah
penelitian lain (lihat Morisan, 2017) akibat
tayangan yang mereka saksikan, para pecandu
berat televisi mengatakan bahwa 20%
penduduk dunia bermukim di Amerika, walau
senyatanya hanya 6%. Dengan kata lain,
penilaian, persepsi, dan opini pemirsa tergiring
sedemikian rupa sesuai dengan apa yang
mereka lihat di televisi
Nama : Ica Arleta
ReplyDeleteNIM : 20702010078
Kelas : Reguler Pagi
Jelaskan contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media!
Contohnya : Sinetron dan Reality Show.
Sekarang ini banyak sekali program sinetron dan reality show yang yang ada di TV yang setiap malam ditampilkan dan di tonton oleh semua masyarakat indonesia karena masyarakat indonesia rata-rata semuanya suka akan program sinetron dan reality show yang ada di RCTI, SCTV, INDOSIAR dan stasiun TV lainnya. Tontonan seperti seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan,perselingkuhan ,kriminal, dll akan dianggap sebagai Gambaran bahwa itu lah yang sering terjadi di kehidupan realita padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi di kehidupan kita atau pun di mayarakat. Semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka.
Di dalam teori kultivasi bahwa di jelaskan pada dasar nya ada 2 tipe penonton televisi yang mempunyai karateristik saling bertentangan /bertolak belakang, yaitu pecandu/penonton fanatik adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton televisi ini sering juga di sebut khalayak penonton/pecandu televisi, serta 2(dua) adalah penonton biasa yaitu mereka yang menonton televisi@ jam atau kuarang dalam setiap harinya dan di dalamnya teori kultivasi ini berlaku terhadap pecandu/penonton fanastik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya /fikti belakang dan televisi memang sudah melekat di kehgidupan kita sehari-hari. Dari televisi lah kita belajar tentang kehidupan dan budaya masyarakt di mana pun.
Semua tayangan televisi memiliki bahasa sendiri, yang dapat di pahami dengan menganalisis secara seksama terhadap suara atau gambar, yang di gunakaan untuk menympaikan pesan. Setiap penonton memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan , ras agama, suku, jenis kelamin dll yang berbeda. Mereka juga mempunyai pengalaman hidup yang berbeda. Maka mereka menafsirkan tayangan tv dengan cara yang berbeda. Meskipun munkin tayangan itu persis sama. Perkembangan di bidang pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap orang berada di depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang tidur kembali. Tingkat mengkonsumsi media khususnya televisi pada masyarakat dan dalam melihat televisi terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar. Karena koefesien negatif artinya semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin berkurangnya kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar.
NAMA :IMAM MUKHYIDDIN
ReplyDeleteNIK. :20702010075
KELAS:LEGULER PAGI
JAWAB
Teori kultivasi menyatakan bahwa pesan siaran Televisi memiliki efek jangka panjang yang kecil, bertahap, tidak langsung akan tetapi kumulatif dan signifikan, seperti air yang ada didalam gua menetes dan menyebabkan perubahan permukaan pada batu gua yang terkena tetesan tersebut. Teori ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara media Televisi dengan tindak kekerasan (oleh Gorge Garbner, fakultas komunikasi Annebeerg, university of pennsylvania, pendiri cultural envirantment movement).
Teori kultivasi menitikberatkan pada media Televisi sebagai media yang paling berpengaruh dan pada program kekerasan yang paling banyak menyebabkan dampak yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu atau penonton yang menerima adegan kekerasan tersebut.
Nama :Destiana
ReplyDeleteNim :20702010033
Prodi :ilmu komunikasi (reg.pagi)
Dalam teori kultivasi disebutkan, bahwa penonton media massa dapat diklasifikasikan menjadi
2 (dua) yaitu heavy viewer dan light viewer. Heavy viewer adalah mereka yang menonton televisi
lebih dari 4 jam setiap harinya. Sedangkan light viewer adalah mereka yang menonton televisi 2
jam atau kurang dalam setiap harinya.
5 Diantara program-program yang di saksikan oleh
masyarakat Lendang Berora antara lain sinetron, film holywood, reality show dan konser musik,.
Sesuai paparan teori kultivasi, masyarakat secara tidak langsung tidak menyadari dampak di balik
penayangan itu semua dan memberikan pengaruh pada mereka sebagai target audiens hal tersebut
dapat merubah pola hidup mereka yang bersifat positif maupun negatif dalam kehidupannya,
semakin menjadi heavy viewer, pengaruh yang didapat semakin besar.
Pertelevisian di era sekarang telah mengalami perubahan, tanyangan di dalamnya terdapat
banyak konten yang keluar dari konteks mendidik dan informatif serta mulai didominasi oleh
unsur-unsur kekerasan, perselingkuhan, perebutan harta, perilaku tidak hormat pada orang tua dan
tayangan lain yang tidak patut untuk di jadikan contoh. Entah apakah itu dikarenakan tayangan di
televisi tersebut penyajiannya kurang selektif dari para gate keepernya, namun yang pasti secara
tidak sadar tontonan tersebut tersaji secara rutin di rumah masyarakat yang dinikmati oleh
berbagai kalangan dan usia.
ReplyDeleteNama : Tiara
Kelas : ilmu komunikasi reg pagi
NIM : 20702010076
Sebab ketatnya persaingan Media Televisi sekarang ini sehingga banyak sekali media Televisi yang menampilkan program-program acara yang memungkian nasyarakat akan termotivasi untuk menyaksikan program acara tersebut, sekarang ini banyak sekali Media Televisi menampilkan program acara yang berbau percintaan dan kekerasan seperti adanya sinetron, reality show, dan lain-lain karena memang inilah program acara yang disukai oleh masyarakat indonesia pada umunya. Sehubungan dengan hal tersebut Media Televisi sekarang sangatlah berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat yang rata-rata seluruhnya telah mempunyai Televisi kabel disetiap rumah di kota bahkan didesa.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap-sikap serta nilai-nilai yang telah tersaji dalam suatu budaya melalui komunikasi satu arah bukan komunikasi dua arah. Media mengelola dan mempropaganda nilai-nilai tersebut diantara anggota sebuah budaya, kemudian mengikatnya bersama-sama. Ia juga berpendapat bahwa televisi cenderung untuk menanamkan perspektif politik. Media massa khususnya televisi memiliki karakteristik media penyiaran yang khusus serta memudahkan televisi dalam menanamkan berbagai sikap dan nilai budaya yaitu audiovisual.
analisis sistem pesan, membentuk berbagai pertanyaan tentang realitas sosial pemirsa, survei khalayak, dan membandingkan realitas sosial dari pemirsa kelas ringan dengan pemirsa kelas berat.
Nama:Rahmat Hidayat
ReplyDeleteNim:20702010089
Kelas:reguler pagi
Jawab;
Pencetus Teori Kultivasi, George Gerbner,
menganggap televisi sebagai sebuah kekuatan yang
dominan dalam kehidupan di zaman modern ini.
Argumen Gerbner didasarkan pada kenyataan
bahwa televisi telah menjadi semacam ‘anggota
keluarga baru’ di mana ia memiliki akses tak terbatas
terhadap setiap anggota keluarga. Dalam bahasa
yang lebih ekstrim, Gerbner bahkan menuding
televisi sebagai agama baru, karena menonton
televisi tidak ubahnya bagaikan ritual keagamaan
seperti pergi ke gereja bagi pemeluk Kristiani.
Lantas, apa yang paling mengasyikkan yang
ditonton pemirsa televisi setiap harinya? Gerbner
menunjuk tayangan-tayangan kekerasan-lah yang
mereka sukai. Pendapat Gerbner tentang efek negatif
televisi hanya salah satu dari banyak teori yang
menghubungkan efek media dengan kekerasan.
Ditengarai bahwa selain televisi, jenis-jenis media
lain semacam buku-buku komik, atau video games
juga mengakibatkan efek negatif, tapi bagi Gerbner,
televisi adalah ‘tersangka utama’. Keyakinannya itu
berdasarkan pada penelitian yang telah
dilakukannya. Selama hampir dua dekade, Gerbner
telah memelopori riset yang intensif tentang
hubungan tayangan (program) televisi dengan
tingkat kekerasan, ia juga mengategorisasikan atau
mengelompokkan penonton berdasarkan intensitas
(lamanya) mereka menonton televisi, serta perilaku-
perilaku lainnya.
Televisi-berbeda dari media massa lainnya,
memproduksi beragam acara di mana pesan-pesan
yang disampaikannya membentuk citra realitas yang
begitu logis, yang lantas disampaikan kepada
khalayak luas. Televisi ditonton khalayak dengan
tingkat selektivitas yang rendah, di mana agenda
menonton masyarakat nyaris merupakan sebuah
ritual. Oleh karenanya, televisi melalui pesan pesannya mengonstruksi suatu cara pandang baru
tentang dunia kehidupan, bahkan menciptakan
semacam ideologi baru bagi masyarakat.
Assalamualaikum
ReplyDeleteNama:Septian Patria Ayu
Nim:20702010042
Kelas:reguler pagi
Pikom:ilmu komunikasi
teori kultivasi (cultivation theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi )dengan tindak kekerasan.Teori ini dikemukakan oleh George garbner, yang berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika serikat. teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecundu( penonton berat) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa"dunia itu sangat nenakutkan"hal tersebut disebabkankeyakinan mereka bahwa" apa yang mereka lihat di televisi "yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah" apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari sehari
Nama : Ika Fauziah Ramadhani
ReplyDeleteNim : 20702010009
Prodi : Ilmu Komunikasi (reguler pagi)
Jawaban :
Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya.
Contoh kasus
Tontonan seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan, perselingkuhan, kriminal, dan lain sebagainya akan dianggap sebagai gambaran bahwa itulah yang sering terjadi di kehidupan realita. Padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi dikehidupan kita. Karena jika ditelaah, semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka. Begitu pula para penikmat kartun yang sudah menonton kartun sudah sejak kecil, pada awal mereka mulai menonton kartun mereka beranggapan bahwa apa yang ada ditayangkan itu adalah nyata. Misalnya anak-anak yang menonton kartun Hamtaro, mereka beranggapan bahwa hamster yang menjadi tokoh utama dikartun tersebut benar-benar bisa berbicara layaknya manusia atau manusia dapat berbicara dengan hewan kesayangannya.
Nama : Aleiya bahsin
ReplyDeleteNIM : 20702010016
Prodi: ilmu komunikasi (reg pagi)
Teori kultivasi merupakan salah satu teori dalam ilmu komunikasi. Teori ini dirintis George Gerbner pertengahan abad ke-20. Penelitian ini berkaitan dengan efek menonton kekerasan televisi.
Teori ini berkesimpulan, khalayak yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya (kategori high viewer) akan berpandangan, apa yang terjadi di televisi merupakan sesuatu yang sebenarnya.
Menurut Gerbner, ada lima asumsi dasar dari teori ini. Yakni, isi televisi yang diproduksi secara massal berpengaruh lebih besar daripada media massa lain. Kedua, televisi membentuk persepsi, sikap, dan keyakinan seseorang terhadap orang lain dan masyarakat.
Nama:Uli Ulandari
ReplyDeleteNim:20702010021
Prodi: Ilmu Komunikasi
Kelas: reguler pagi
Teori kultivasi muncul untuk meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya. Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya.Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. Tujuan dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi pada pemirsa.
NAMA: DEWI SALMA FAUZIYA
ReplyDeleteNIM : 20702010034
KELAS : REG.PAGI FIKOM
MK : TEORI KOMUNIKASI
Teori Kultivasi melihat media massa sebagai agen sosialisasi dan menemukan bahwa penonton televisi dapat memercayai apa yang ditampilkan oleh televisi berdasarkan seberapa banyak mereka menontonnya. Berdasarkan banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton, maka penonton televiisi dikelompokkan ke dalam 2 kategori yakni light viewer (penonton ringan) rata-rata 2 jam perhari atau krng dan hanya tayangan tertentu. Dan heavy viewer ( penonton berat) , rata-rata 4 jam per hari atau lebih dan tidak hanya tayangan tertentu. Menurut teori ini, media massa, khususnya televisi diyakini memiliki pengaruh yang besar atas sikap dan perilaku penontonnya. Pengaruh tersebut tidak muncul seketika melainkan bersifat kumulatif dan ridak langsung. Secara implisit teori ini juga berpendapat bahwa pemirsa televisi bersifat heterogen dan terdiri dari individu-individu yang pasif yang tidak berinteraksi satu sama lain. Namun, mereka memiliki pandangan yang sama terhadap realitas yang diciptakan media tersebut.
Nama : Sefta Hardayanti
ReplyDeleteNim :20702010026
Prodi: Ilmu Komunikasi
Di dalam teori kultivasi bahwa di jelaskan pada dasar nya ada 2 tipe penonton televisi yang mempunyai karateristik saling bertentangan /bertolak belakang, yaitu pecandu/penonton fanatik adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton televisi ini sering juga di sebut khalayak penonton/pecandu televisi, serta 2(dua) adalah penonton biasa yaitu mereka yang menonton televisi@ jam atau kuarang dalam setiap harinya dan di dalamnya teori kultivasi ini berlaku terhadap pecandu/penonton fanastik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya /fikti belakang dan televisi memang sudah melekat di kehgidupan kita sehari-hari. Dari televisi lah kita belajar tentang kehidupan dan budaya masyarakt di mana pun.
Semua tayangan televisi memiliki bahasa sendiri, yang dapat di pahami dengan menganalisis secara seksama terhadap suara atau gambar, yang di gunakaan untuk menympaikan pesan. Setiap penonton memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan , ras agama, suku, jenis kelamin dll yang berbeda. Mereka juga mempunyai pengalaman hidup yang berbeda. Maka mereka menafsirkan tayangan tv dengan cara yang berbeda. Meskipun munkin tayangan itu persis sama. Perkembangan di bidang pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap orang berada di depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang tidur kembali. Tingkat mengkonsumsi media khususnya televisi pada masyarakat dan dalam melihat televisi terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar. Karena koefesien negatif artinya semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin berkurangnya kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar.
Nama:Mardiana
ReplyDeleteNim :20702010041
Kelas:reguller pagi
Teori kultivasi merupakan salah satu teori dalam ilmu komunikasi. Teori ini dirintis George Gerbner pertengahan abad ke-20. Penelitian ini berkaitan dengan efek menonton kekerasan televisi.
Teori ini berkesimpulan, khalayak yang menonton televisi lebih dari empat jam setiap harinya (kategori high viewer) akan berpandangan, apa yang terjadi di televisi merupakan sesuatu yang sebenarnya.
Menurut Gerbner, ada lima asumsi dasar dari teori ini. Yakni, isi televisi yang diproduksi secara massal berpengaruh lebih besar daripada media massa lain. Kedua, televisi membentuk persepsi, sikap, dan keyakinan seseorang terhadap orang lain dan masyarakat.
Nama :fitri febriani
ReplyDeleteNim :20702010005
Kelas:karyawan
contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat dalam media pertelevisian
•Tayangan sinetron “Anak Jalanan”mendapatkan teguran tertulis pertama dari KPI pada tanggal
11 Januari 2016 pada adegan seorang laki-laki berkelahi melawan sekelompok genk motor,
pengeroyokan sampai pingsan, dan pada tanggal 26 Desember 2015 lalu terdapat adegan seorang
remaja pria mencium pipi pasangannya. Dan tidak hanya itu saja, pada tanggal 12 Februari 2016
pada adegan dua orang pria melakukan freestly meggunakan motor, selain itu terdapat juga
adegan kejar-kejaran antara tiga orang pria menggunakan motor dengan kecepatan tinggi di jalan
raya. Hal itu Komisi Penyiaran Islam menilai muatan demikian dapat memberikan dampak
negatif dan berpotensi ditiru oleh khalayak yang menonton khususnya remaja
Positioning, yaitu mempengaruhi audiens dimana dalam menciptakan suatu acara, suatu
stasiun televisi harus pandai-pandai menciptakan cerita yang akan disukai oleh audiens, karena
bagi stasiun televisi rating adalah segalanya, maka konten-konten “yang dibutuhkan” di dalam
suatu acara tidak terlalu diperhatikan, yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mengemas
acara tersebut menjadi “diinginkan” dan disukai oleh banyak audiens.
Dari beberapa tayangan yang menimbulkan dampak buruk bagi audiens heavy viewer yang
menonton lebih dari 4 jam perhari khususnya untuk audiens dibawah umur 15 tahun, apalagi yang
mengidolakan artisnya, terlihat menirukan adegan-adegan yang diperankan. Sebenarnya akan
sangat baik, kalau saja konten di anggap realitas di TV tersebut berisikan hal-hal yang positif
tentu efeknya akan menjadi positif juga, namun konten positif dianggap kurang challenging,
sehingga demi rating, konten negatif banyak dimunculkan seperti, adegan berpacaran, adegan
tawuran, adegan balapan motor, berkata kasar, memaki-maki dan mengeluarkan kata-kata makian.Bagi audiens remaja light viewer, yang menonton tayangan-tayangan di TV kurang dari 4 jam
per hari, remaja tersebut hanya akan sekedar menyaksikan sebagai selingan saja namun tidak
terpengaruh ataupun mengganggap realistis terhadap tayangan tersebut sehingga tidak ingin menirukannya dikehidupan nyata.
Nama: Lia iska oktarina
ReplyDeleteNim:20702010065
Kelas:Karyawan
Contoh penerapan teori Kultivasi Dalam kehidupan anggota masyarakat dalam mengakses berbagai media adalah contohnya perilaku masyarakat seperti penonton/pecandu televisi yang dikaitkan dengan berbagai program acara televisi.teori kultivasi menyatakan bahwa para pecandu televisi membangun keyakinan yang berlebihan.yaitu penonton/pencandu televisi yang yakin apa yang mereka lihat diTV bahwa program acara yang menyajikan acara kekerasan adalah terjadi juga dalam kehidupan sehari hari.
Nama : Levi afriandi
ReplyDeleteKelas : Karyawan
Nim : 20702010095
teori kultivasi (cultivation theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi )dengan tindak kekerasan.Teori ini dikemukakan oleh George garbner, yang berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di Amerika serikat. teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecundu( penonton berat) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa"dunia itu sangat nenakutkan"hal tersebut disebabkankeyakinan mereka bahwa" apa yang mereka lihat di televisi "yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah" apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari sehari
Nama : HERAWAN FATONI
ReplyDeleteNIM : 20702010044
Prodi : Ilmu Komunikasi/kelas karyawan
Gagasan tentang cultivation theory (teori
kultivasi) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh
George Gerbner bersama dengan rekan-rekannya
di Annenberg School of Communication di
Pannsylvania, tahun 1969, dalam sebuah artikel
berjudul “the television World of Violence”. Artikel
tersebut merupakan salah satu tulisan dalam buku
bertajuk Mass Media and Violence yang disunting
D. Lange, R. Baker & S. Ball (eds). Menurut Wood
(2000) kata ‘cultivation’ sendiri merujuk pada
proses kumulatif di mana televisi menanamkan
suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada
khalayaknya.
Teori kultivasi muncul dalam situasi ketika
terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan
komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media
massa (powerful effects model) dengan kelompok
yang memercayai keterbatasan efek media (lim-
ited effects model), dan juga perdebatan antara
kelompok yang menganggap efek media massa
bersifat langsung dengan kelompok yang
menganggap efek media massa bersifat tidak
langsung atau kumulatif. Teori Kultivasi muncul
untuk meneguhkan keyakinan orang bahwa efek
media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih
berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang
individual.
dedek Jusitira sunanta PB
ReplyDelete20702010012
karyawan
Teori kultivasi (cultivation theory) pertama kali dikenalkan oleh Profesor George Gerbner pada tahun 1960 ketika ia menjadi dekan Annenberg School of Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Tulisan pertama yang memperkenalkan teori ini adalah “Living with Television: The Violenceprofile”, Journal of Communication. Awalnya, ia melakukan penelitian tentang “Indikator Budaya” dipertengahan tahun 60-an untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Dengan kata lain, ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi itu? Itu juga bisa dikatakan bahwa penelitian kultivasi yang dilakukannya lebih menekankan pada “dampak”.
Menurut cultivation theory, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak kita tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak kita dengan televisi, kita belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya. Inti dari penelitian mengenai kultivasi adalah siapa yang menghabiskan waktu lebih banyak menonton televisi mempunyai kemungkinan untuk memandang realitas dunia dalam cara yang mencerminkan pesan yang secara umum disampaikan oleh televisi, dibandingkan dengan mereka yang lebih sedikit menonton televisi, namun sebanding dalam hal karakteristik demografis yang penting.
Analisa kultivasi sebenarnya merupakan salah satu bagian dari tiga strategi penelitian dari proyek Gerbner yang lebih besar lagi, yaitu penelitian mengenai Indikator Kultural. Tiga strategi penelitian yang dilakukan Gerbner adalah:
1. Institutional process analysis (analisa proses kelembagaan), yaitu strategi penelitian yang menyelidiki tentang tekanan dan keterbatasan yang mempengaruhi bagaimana pesan media dipilih, dihasilkan, dan disebarkan;
2. Message system analysis (analisa sistem pesan), yaitu strategi penelitian dengan mengukur dan memantau gambaran umum dalam acara televisi.
3. Cultivation analysis (Analisa kultivasi), yaitu strategi penelitian yang mempelajari apa dan bagaimana televisi membantu menghasilkan konsepsi penonton tentang kenyataan social (Bryant, J & D Zillmann. Media Effects: Advances in Theory and Research. 2002 : 45).
Prespektif kultivasi pada awal perkembangannya lebih memfokuskan kajian pada studi televisi dan khalayak. Fokus utamanya pada tema-tema kekerasan di televisi
Nama : Candra saputra
ReplyDeleteNim : 20702010045
Mk : teori komunikasi
Dosen : herdiansyah m.ikom
1.Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa.Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya.
*Contoh
Akhir-akhir ini televisi banyak memberitakan tentang kasus kriminalitas, seperti penculikan anak, pedofilia, pelecehan terhadap anak, pembunuhan, penjualan organ manusia, dan tindak kriminalitas lainnya. Dengan adanya hal itu, banyak orang tua yang khawatir terhadap kondisi lingkungan sekitar yang mereka anggap seperti yang diberitakan di televisi. Ditambah lagi dengan tetangga mereka yang telah menjadi korban tindakan kriminalitas. Dalam hal ini, televisi atau media massa telah merubah keyakinan seseorang yang tadinya pemberani menjadi penakut, dan khawatir terhadap apa yang ada. Televisi telah merubah kepercayaan, merubah gaya hidup, dan merubah opini dalam masyarakat
Nama : Ramanda
ReplyDeleteNim :20702010006
Prodi : Ilmu Komunikasi
Kelas : Karyawan
Jelaskan contoh penerapan teori kultivasi dalam kehidupan anggota masyarakat saat mengakses berbagai media!
Teori kultivasi atau analisis kultivasi atau kultivasi adalah salah satu teori efek kumulatif media massa yang memandang hubungan antara terpaan media massa yaitu televisi terhadap kepercayaan serta sikap khalayak massa tentang dunia di sekitarnya. Singkatnya, teori kultivasi memiliki hipotesis bahwa pemirsa televisi kelas berat akan mempertahankan kepercayaan dan konsepsi tentang dunia di sekitarnya yang selaras dengan apa yang mereka lihat melalui layar kaca. Misalnya, program televisi yang banyak memperlihatkan tindakan kekerasan. Berdasarkan hipotesis teori kultivasi maka pemirsa kelas berat akan cenderung melihat dunia di sekitarnya sebagai tempat yang penuh dengan tindakan kekerasan.
Nama:Hidayat
ReplyDeleteNIM:20702010003
Kelas:Karyawan
Dosen Pengampu:Herdiansyah Amanu, M.I.Kom.
Mata kuliah:Teori Komunikasi
Perihal:Tugas kuliah
Komunikasi massa adalah sistem yang sangat kompleks dan memiliki sejarah penelitian yang sangat panjang selama bertahun-tahun. Para peneliti telah mengembangkan berbagai teori komunikasi massa ketika meneliti hubungan antara media massa dan khalayak massa. Hal ini didasarkan pada sebuah postulat yang diungkapkan oleh Denis McQuail bahwa media memiliki efek terhadap khalayak massa. Selama abad 20, para peneliti komunikasi telah berupaya untuk mengamati efek media massa terhadap khalayak yang berujung pada kemunculan berbagai teori efek media massa diantaranya adalah teori uses and gratifications, teori jarum hipodermik, teori spiral keheningan, teori agenda setting, dan teori kultivasi. Teori kultivasi atau analisis kultivasi atau kultivasi adalah salah satu teori efek kumulatif media massa yang memandang hubungan antara terpaan media massa yaitu televisi terhadap kepercayaan serta sikap khalayak massa tentang dunia di sekitarnya. Singkatnya, teori kultivasi memiliki hipotesis bahwa pemirsa televisi kelas berat akan mempertahankan kepercayaan dan konsepsi tentang dunia di sekitarnya yang selaras dengan apa yang mereka lihat melalui layar kaca. Misalnya, program televisi yang banyak memperlihatkan tindakan kekerasan. Berdasarkan hipotesis teori kultivasi maka pemirsa kelas berat akan cenderung melihat dunia di sekitarnya sebagai tempat yang penuh dengan tindakan kekerasan.
Teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa televisi bertangggung jawab dalam membentuk atau mengkultivasi konsepsi atau cara pandang pemirsa televisi terhadap realitas sosial. Efek massif televisi yang menerpa khalayak secara terus menerus secara bertahap membentuk persepsi tentang realitas sosial bagi individu dan budaya secara keseluruhan. Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap-sikap serta nilai-nilai yang telah tersaji dalam suatu budaya melalui komunikasi satu arah bukan komunikasi dua arah. Media mengelola dan mempropaganda nilai-nilai tersebut diantara anggota sebuah budaya, kemudian mengikatnya bersama-sama. Ia juga berpendapat bahwa televisi cenderung untuk menanamkan perspektif politik. Media massa khususnya televisi memiliki karakteristik media penyiaran yang khusus serta memudahkan televisi dalam menanamkan berbagai sikap dan nilai budaya yaitu audiovisual.
Intan Oktaviani
ReplyDelete20702010038
Kelas karyawan
Teori kultivasi menyatakan bahwa pesan siaran Televisi memiliki efek jangka panjang yang kecil, bertahap, tidak langsung akan tetapi kumulatif dan signifikan, seperti air yang ada didalam gua menetes dan menyebabkan perubahan permukaan pada batu gua yang terkena tetesan tersebut. Teori ini mencoba menjelaskan keterkaitan antara media Televisi dengan tindak kekerasan (oleh Gorge Garbner, fakultas komunikasi Annebeerg, university of pennsylvania, pendiri cultural envirantment movement).Di dalam teori kultivasi bahwa di jelaskan pada dasar nya ada 2 tipe penonton televisi yang mempunyai karateristik saling bertentangan /bertolak belakang, yaitu pecandu/penonton fanatik adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 (empat) jam setiap harinya. Kelompok penonton televisi ini sering juga di sebut khalayak penonton/pecandu televisi, serta 2(dua) adalah penonton biasa yaitu mereka yang menonton televisi@ jam atau kuarang dalam setiap harinya dan di dalamnya teori kultivasi ini berlaku terhadap pecandu/penonton fanastik, karena mereka semua adalah orang-orang yang lebih cepat percaya dan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya /fikti belakang dan televisi memang sudah melekat di kehgidupan kita sehari-hari. Dari televisi lah kita belajar tentang kehidupan dan budaya masyarakt di mana pun.
Semua tayangan televisi memiliki bahasa sendiri, yang dapat di pahami dengan menganalisis secara seksama terhadap suara atau gambar, yang di gunakaan untuk menympaikan pesan. Setiap penonton memiliki latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan , ras agama, suku, jenis kelamin dll yang berbeda. Mereka juga mempunyai pengalaman hidup yang berbeda. Maka mereka menafsirkan tayangan tv dengan cara yang berbeda. Meskipun munkin tayangan itu persis sama. Perkembangan di bidang pertelevisian tersebut memungkinkan timbulnya persaingan yang cukup ketat di antara stasiun-stasiun televisi untuk menarik perhatian pemirsa. Sebagai akibatnya, dapat kita lihat dari banyaknya jenis acara yang menarik, mulai dari film, sinetron, kuis, acara musik dan sebagainya. Dengan adanya program-program yang menarik tersebut, pemirsa seperti dimanjakan, karena pemirsa tinggal memilih acara apa yang ingin ditontonnya, dan pada saluran televisi yang aman. Dengan banyaknya pilihan acara tersebut tidaklah mengherankan apabila hampir setiap orang berada di depan pesawat televisi. Mulai dari bangun tidur, pulang sekolah bahkan menjelang tidur kembali. Tingkat mengkonsumsi media khususnya televisi pada masyarakat dan dalam melihat televisi terdapat pengaruh antara intensitas menonton televisi terhadap kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar. Karena koefesien negatif artinya semakin tinggi intensitas menonton televisi maka semakin berkurangnya kedisiplinan anak dalam mentaati waktu belajar.
Nama : pahira tiara
ReplyDeleteNim : 20702010004
Kelas : karyawan
Contoh Kasus yang terkait Teori Kultivasi
1. Sinetron dan Reality Show
Sekarang ini banyak sekali program sinetron dan reality show yang yang ada di TV yang setiap malam ditampilkan dan di tonton oleh semua masyarakat indonesia karena masyarakat indonesia rata-rata semuanya suka akan program sinetron dan reality show yang ada di RCTI, SCTV, INDOSIAR dan stasiun TV lainnya. Tontonan seperti seperti acara sinetron maupun reality show yang sering menunjukkan kekerasan,perselingkuhan ,kriminal,dll akan dianggap sebagai Gambaran bahwa itu lah yang sering terjadi di kehidupan realita padahal belum tentu semua yang terdapat pada tayangan itu adalah kejadian-kejadian yang sering terjadi di kehidupan kita atau pun di mayarakat. Semua yang terdapat pada reality show atau sinetron adalah hasil dari skenario belaka.