ILMU KOMUNIKASI DALAM ASPEK-ASPEK FILSAFAT
A.
Pengertian Filsafat
Istilah ‘filsafat’ berasal dari bahasa Yunani, (philosophia), tersusun dari kata philos yang berarti cinta atau philia yang berarti persahabatan, tertarik kepada dan kata sophos
yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman praktis, inteligensi (Bagus, 1996:242). Dengan demikian philosophia
secara harfiah berarti mencintai kebijaksanaan. Berdasarkan
makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep yang
bermanfaat bagi peradaban manusia. Suatu pengetahuan bijaksana akan
mengantarkan
seseorang mencapai kebenaran. Orang yang mencintai pengetahuan
bijaksana adalah orang yang mencintai kebenaran. Cinta kebenaran adalah
karakteristik dari setiap filsuf dari dahulu sampai sekarang. Filsuf dalam mencari kebijaksanaan,
mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya. Filsafat sebagai hasil
berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan pengetahuan yang paling
bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.
Adapun istilah ‘philosophos’ pertama kali digunakan oleh Pythagoras
(572 -497 SM) untuk menunjukkan dirinya sebagai pecinta kebijaksanaan (lover
of wisdom), bukan
kebijaksanaan itu sendiri. Selain Phytagoras, filsuf-filsuf lain juga
memberikan pengertian filsafat yang berbedabeda. Oleh karena itu, filsafat
mempunyai banyak arti, tergantung pada bagaimana filsuf-filsuf menggunakannya.
Berikut disampaikan beberapa pengertian filsafat menurut beberapa
filsuf, yaitu antara lain:
1) Plato (427-347 SM); filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada atau ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli;
2) Aristoteles (384-322 SM); filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika atau filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda;
3) Marcus Tullius Cicero (106-43 SM); filsafat adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya;
4) Immanuel Kant (1724-1804); filsafat itu ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: “apakah
yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika), apakah yang dapat kita
kerjakan? (dijawab oleh etika), sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab
oleh antropologi)”. Secara umum, filsafat merupakan ilmu yang berusaha menyelidiki
hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran.
Berdasarkan pengertian umum ini, ciri-ciri filsafat dapat disebut
sebagai usaha berpikir radikal, menyeluruh, dan integral, atau dapat dikatakan
sebagai suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalamdalamnya. Sejak
kemunculannya di Yunani, dan menyusul
perkembangan pesat ilmu pengetahuan, kedudukan filsafat kemudian
dikenal sebagai The Mother of Science (induk ilmu pengetahuan). Sebagai induk ilmu pengetahuan,
merupakan muara bagi ilmu
pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat positivistik, seperti ilmu
komunikasi dan teknologi informasi yang baru saja muncul
dalam era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini.
Demikian pula, dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain, filsafat merupakan
kegiatan intelektual
yang metodis dan sistematis, namun lebih menekankan aspek reflektif
dalam menangkap makna yang hakiki dari segala sesuatu.
Dalam Kamus Filsafat, Bagus (1996: 242) mengartikan filsafat sebagai
sebuah pencarian. Beranjak dari arti harfiah filsafat sebagai cinta akan kebijaksanaan,
menurut Bagus (1996: 242-243), arti itu menunjukkan bahwa manusia tidak pernah
secara sempurna memiliki
pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang dimaksudkan
kebijaksanaan, namun terus-menerus harus mengejarnya. Berkaitan dengan apa yang
dilakukannya, filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio manusia yang
menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggeluti seluruh
realitas, tetapi teristimewa eksistensi dan tujuan manusia.
Dalam pengertiannya sebagai pengetahuan yang menembus dasar-dasar
terakhir dari segala sesuatu, filsafat memiliki empat cabang keilmuan yang
utama, yaitu:
1) Ontologi; berasal dari kata ontos dan logos (bahasa Yunani). Ontos berarti
sesuatu yang berwujud (ada). Logos berarti ilmu atau teori. Ontologi merupakan cabang
filsafat yang mempelajari asal mula segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada,
atau ilmu yang membahas segala sesuatu yang ada.
2) Epistemologi; berasal dari kata episteme dan logos (bahasa Yunani).
Episteme berarti pengetahuan. Logos berarti ilmu atau teori. Epistemologi merupakan cabang filsafat mempelajari seluk
beluk pengetahuan. Epistemologi adalah teori pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Dalam epistemologi, terkandung pertanyaan-pertanyaan
mendasar tentang pengetahuan, seperti kriteria apa yang dapat memuaskan kita
untuk mengungkapkan kebenaran, apakah sesuatu yang kita percaya dapat
diketahui, dan apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan yang dianggap benar.
3) Aksiologi; berasal dari kata axios dan logos (bahasa Yunani). Axios
berarti nilai. Logos berarti ilmu atau teori. Aksiologi merupakan cabang
filsafat yang menelusuri hakikat nilai. Aksiologi adalah ilmu yang mempelajari
nilai guna, tujuan atau manfaat dari ilmu pengetahuan. Dalam aksiologi terdapat
etika yang membahas hakikat nilai baik-buruk, dan estetika yang membahas
nilai-nilai keindahan. Dalam etika, dipelajari dasar-dasar benarsalah dan
baik-buruk dengan pertimbanganpertimbangan moral secara fundamental dan
praktis. Sedangkan dalam estetika, dipelajari kriteria-kriteria yang
mengantarkan sesuatu dapat disebut indah.
4) Logika; cabang filsafat yang memuat aturan-aturan berpikir
rasional. Logika mengajarkan manusia untuk menelusuri struktur-struktur argumen
yang mengandung kebenaran atau menggali secara optimal pengetahuan manusia
berdasarkan bukti-buktinya. Bagi para filsuf, logika merupakan alat utama yang
digunakan dalam meluruskan pertimbangan-pertimbangan rasional mereka untuk
menemukan kebenaran dari problem problem kefilsafatan.
B. Ilmu komunikasi dalam
Tinjauan Aspek-aspek Filsafat
Berkaca dari cabang-cabang ilmu filsafat, ilmu komunikasi dapat
dijelaskan dalam perspektif filsafat sebagai berikut:
- Ontologi: Ilmu komunikasi memang benar-benar wujud (ada). Terbukti dengan adanya perdebatan diantara pakar-pakar ilmu komunikasi di masa lalu yang terpola dalam 2 kutub yaitu pakar-pakar yang memandang komunikasi sebagai proses satu arah (linier) dari sumber ke penerima dan pakar-pakar yang memandang komunikasi sebagai proses dua arah (interaktif/transaksional). Dari perdebatan itu lahir berbagai teori-teori komunikasi menurut 2 perspektif yang berbeda tersebut. Bahkan ilmu komunikasi juga dilintasi ilmu-ilmu sosial yang lain seperti sosiologi, psikologi, politik dan sebagainya sehingga muncul kajian-kajian baru seperti sosiologi komunikasi, psikologi komunikasi, komunikasi politik, dan sebagainya.
- Epistemologi: Ilmu komunikasi memiliki cara tersendiri dalam memperoleh suatu pengetahuan. Di dalam penelitian-penelitian ilmu komunikasi, metodologi yang digunakan umumnya adalah metode penelitian kuantitatif yang banyak menggunakan teori-teori komunikasi berbasis perspektif positivistik/objektif yang memandang komunikasi sebagai proses satu arah (linier), dan metode penelitian kualitatif yang banyak menggunakan teori-teori komunikasi berbasis perspektif interpretif/konstruktivis/subjektif, yang cenderung memandang komunikasi sebagai proses dua arah (interaktif/transaksional). Kedua metode tersebut sama-sama digunakan untuk menemukan pengetahuan yang benar.
- Aksiologi: bahwa ilmu konunikasi dipelajari agar dapat digunakan untuk memberi solusi bagi berbagai masalah komunikasi seperti masalah-masalah dalam hal komunikasi antar manusia, komunikasi antar kelompok, komunikasi antar budaya, komunikasi media massa, komunikasi politik dan sebagainya.
- Logika: ilmu komunikasi dapat dikatakan sebagai ilmu yang rasional (masuk akal) karena memiliki dasar-dasar teori serta metodologi yang jelas dalam kajian-kajiannya. Penggunaan metode penelitian kuatitatif maupun kualitatif dalam penelitian-penelitian ilmu komunikasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
No comments:
Post a Comment