FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI (BAG. 1)


FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI (BAG. 1)
Oleh: Herdiansyah Amanu, M.I.Kom


Komunikasi Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Pengetahuan
Secara umum, filsafat merupakan ilmu yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Sejak kemunculannya di Yunani, dan menyusul perkembangan pesat ilmu pengetahuan, kedudukan filsafat kemudian dikenal sebagai The Mother of Science (induk ilmu pengetahuan). Sebagai induk ilmu pengetahuan, filsafat merupakan muara bagi ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan yang bersifat positivistik, yaitu rumpun ilmu-ilmu alam, maupun ilmu pengetahuan yang bersifat interprif, yaitu rumpun ilmu-ilmu sosial. Baik pendekatan positivistik (objektif) maupun interpretif (subjektif) memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama berusaha menemukan kebenaran meski dengan cara atau metode yang berbeda.

Pendekatan objektif/positivistik diterapkan dalam penelitian yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis atas hipotesis mengenai hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam. Pendekatan ini memandang bahwa kebenaran dapat ditemukan bila kita dapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penelitian atau mengambil jarak dari objek yang diteliti. Jadi penelitian yang dilakukan harus bebas nilai, artinya terlepas dari interpretasi atau penilaian dari si peneliti. Metode penelitian cenderung menganggap manusia itu pasif seperti mesin atau hewan yang prilakunya bisa diramalkan sehingga  bisa digeneralisasikan.

Sedangkan Menurut pendekatan subjektif/interpretif bahwa perilaku manusia itu sangat unik dan tidak bisa diramalkan karena manusia memiliki kehendak bebas. Berbeda dengan sesuatu (benda) yang hanya sekedar bergerak, atau mesin yang bergerak karena dikendalikan, ataupun hewan yang bertindak hanya karena insting. Jadi manusialah yang yang menciptakan struktur, bukan struktur yang menentukan perilaku manusia. Ini berarti manusia aktif bertindak dalam membetuk realitas. Pendekatan ini memandang bahwa realitas sosial bersifat majemuk, tidak tunggal, sehingga tidak bisa digeneralisasikan.

Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan menurunkan 2 cabang besar ilmu pengetahuan, yaitu:
1.      Ilmu alam (eksakta): berasumsi bahwa fenomena alam bisa diprediksi secara matematis, penafsiran bersifat tunggal dan universal, menggunakan metode penelitian kuantitatif (analisis matematis/statistik), dengan penalaran deduktif (menarik kesimpulan umum terlebih dahulu dengan mengajukan hipotesis, baru kemudian menjabarkannya ke dalam fakta-fakta khusus yang saling dihubung-hubungkan)
2.      Ilmu sosial (non eksakta): menganggap fenomena sosial tidak bisa diprediksi, multitafsir, kontektual, menggunakan metode penelitian kualitatif (analisis non-matematis, penafsiran berdasarkan pengalaman/observasi secara mendalam), dengan penalaran induktif (menjabarkan fakta-fakta khusus terlebih dahulu, baru menganalisisnya untuk kemudian menarik kesimpulan umum).

Ilmu komuninikasi termasuk dalam rumpun ilmu sosial yang berusaha mengungkap kehidupan  manusia dengan segala tindakannya. Objek materil ilmu komunikasi adalah manusia, dan objek formalnya adalah pernyataan manusia. Dalam perkembangannya, ilmu komunikasi juga mendapat pengaruh dari 2 pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan objektif/positivistik  dan pendekatan subjektif/interpretif, sehingga ilmu komunikasi dipandang dalam 2 aspek:
1. Komikasi dipandang sebagai proses 1 arah (linier)
2. Komikasi dipandang sebagai proses 2 arah (timbal balik/interaktif)

Dengan adanya perbedaan cara pandang terhadap ilmu komunikasi tersebut, maka para pakar ilmu komunikasi memberikan definisi komunikasi yang berbeda pula.

No comments:

Post a Comment