Friday, June 5, 2020

BAB 8 TRADISI-TRADISI KOMUNIKASI

1. Tradisi Semiotik
Semiotik atau penyelidikan tentang simbol-simbol, membangun tradisi pemikiran yang penting dalam teori komunikasi, Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda mempresentasikan benda, ide, perasaan, keadaan/situasi/kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.
Konsep dasar yang menyatukan tadisi ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menandakan atau menunjukkan kondisi lain, seperti ketika asap menandakan adanya api. Konsep dasar yang kedua adalah symbol yang biasanya menunjukkan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus. Semiotika dibagi dalam 3 bidang kajian, yaitu semantik, sintatik dan pragmatik
a. Semantik: Membahas tentang bagaimana tanda-tanda yang berhubungan dengan yang ditunjuknya atau apa yang ditunjukkan oleh tanda-tanda. 
b. Sintatik: Yaitu kajian hubungan diantara tanda-tanda. Artinya tanda sebetulnya tidak pernah berdiri dengan sendirinya, melainkan selalu menjadi bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang lebih besar yang diatur dengan cara-cara tertentu
c. Pragmatik: Yaitu kajian semiotika tentang bagaimana tanda-tanda membuat perbedaan dalam kehidupan manusia atau penggunaan praktis serta bagaimana akibat dan pengaruh tanda pada kehidupan sosial.

2. Tradisi Fenomenologi
Teori-teori dalam tradisi fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya. Istilah phenomenom mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat. Kaarena itu fenomenologi merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Maurice Merleau Ponty, pakar tradisi ini  menyebut, semua pengetahuan akan dunia, diperoleh dari beberapa pengalaman akan dunia. Jadi fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat anda ketahui adalah apa yang anda alami. Ada 3 kajian dalam tradisi fenomenologi:
a. Fenomenologi klasik:  Dipopulerkan oleh Edmund Husserl, yang berusaha mengembangkan metode yang meyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus
b. Fenomenologi persepsi: Dipelopori oleh Maurice Merleau Ponty, yang berasumsi bahwa pengalaman ibu bersifat subjektif, bukan objektif. 
c. Fenomenologi Hermeneutik: Dikembangkan oleh Martin Heidegger, yang berpendapat bahwa pengalaman alami yang tidak terelakkanterjadi dengan hanya tinggal di dunia. Realitas sesuatu itu tidak diketahui dengan analisis yang cermat, melainkan oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tradisi Sibernetika
Sibernetika merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang di dalamnya banyak orang saling berinteraksi, mempengaruhi satu sama lainnya. Teori ini menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku berkarya. Dalam sibernetik, komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian yang saling mempengaruhi antara satu sama lain membentuk dan mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan layaknya organisme menerima keseimbangan dan perubahan.
Ide sistem membentuk inti pemikiran sibernetika. Sistem merupakan seperangkat komponen yang saling berinteraksi, yang bersama-sama membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar sejumlah bagian-bagian. Misalnya kompleksitas keluarga, yang merupakan contoh ideal dari suatu sistem komunikasi, dimana anggota keluarga tidak terpisah satu sama lain.

Sibernetika dalam kesan yang sempit dipopulerkan oleh Nobert Wiener. Sibernetika merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada putaran timbale balik dan proses-proses control. Sibernetika menentang pendekatan linier yang berasumsi bahwa satu hal dapat menyebabkan hal lainnya. Sebagai gantinya konsep ini mengarahkan kitas pada pertanyaan bagaimana sesuatu saling mempengaruhi satu sama lain dalam cara yang tidak berujung

4. Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi ini mengkaji individu sebagai makhluk sosial. Berasal dari kajian psikologi sosial, tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Teori-teori tradisi ini berfokus pada periolaku sosial individu, variabel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisi. Meski teori-teori ini terdapat banyak perbedaan, namun mereka sama-sama memperhatikan  perilaku dan sifat-sifat pribadi serta proses kognitif yang menghasilkan perilaku. Tradisi sosiopsikologis ini dapat dibagi menjadi 3 cabang besar yaitu:
a) Perilaku: berkonsentrasi pada bagaimana manusia berperilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Teori-teori ini melihat hubungan antara perilaku komunikasi (yaitu apa yang anda katakan dan lakukan)
b) Kognitif: berpusat pada bentuk pemikiran, serta berkonsentrasi pada bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan memproses informasi dalam cara yang mengarahkan output perilaku
c) Biologis: teori ini percaya bahwa banyak dari sifat, cara berpikir dan perilaku individu diikat secara biologis dan didapat bukan hanya dari pembelajaran atau faktor-faktor situasi, melainkan dari pengaruh-pengaruh neumbiologis sejak lahir 
5. Tradisi Sosiokultural
Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran, dan pengaturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi. Teori ini menjelaskan bahwa realitas bukanlah seperangkat susunan di luar kita, tapi dibentuk melalui proses interaksi di dalam kelompok, komunitas dan budaya.
Tradisi ini fokus pada bentuk-bentuk interaksi, yang merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan serta nilai budaya yang dijalankan. Teori ini berusaha mengkaji cara manusia secara bersama-sama menciptakan realitas kelompok sosial mereka, organisasi dan budaya serta bagaimana makna diciptakan dalam interaksi sosial dalam situasi nyata Pendekatan sosiokultural ini cenderung beranggapan bahwa realitas itu dibentuk oleh bahasa,
a. Tradisi sosiokultural ini memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh, yaitu paham:
Interaksi simbolis: struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara dalam interaksi sosial. 
b.. Konstruktivisme sosial: dipopulerkan oleh Peter Berger dan Thomas Luckmann, paham ini dikenal dengan nama the social construction of reality. Teori ini menyelidiki bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial.
c.  Sosiolinguistik (kajian bahasa dan budaya): berasumsi bahwa manusia menggunakan bahasa secara  berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok sosial yang berbeda.
d.  Filosofi bahasa: dipelopori oleh Lutwig Witgenstein, mengungkap bahwa makna bahasa bergantung pada penggunaan nyatanya. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari merupakan permainan karena manusia mengikuti aturan-aturan dalam mengerjakan sesuatu melalui bahasa
e. Etnografi: observasi tentang bagaimana kelompok sosial membangun makna melalui perilaku linguistic dan nonlinguistic mereka. Teori ini mencermati bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam kelompok sosial, kata-kata yang mereka gunakan dan apa maknanya bagi mereka
f/ Etnometodologi: observasi yang cermat akan perilaku-perilaku kecil dalam situasi yang nyata. Dipelopori Harold Garfinkel, pendekatan ini mencermati bagaimana kita mengelola atau menghubungkan perilaku dalam interaksi sosial pada waktu tertentu.

6.  Tradisi Kritik
Dalam kajian komunikasi, tradisi kritik tertarik untuk mengkaji bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Meski para ahli teori kritik ini umumnya lebih tertarik pada tidakan sosial, mereka juga fokus pada wacana dan teks-teks yang mempromosikan ideologi-ideologi tertentu, membentuk dan mempertahankan kekuatan, meruntuhkan minat-minat kelompok atau kelas tertentu. Cabang-cabang pokok dari teori kritik yaitu:
a. Marxisme: digagas oleh Karl Marx yang mengajarkan bahwa cara-cara produksi dalam masyarakat menentukan sifat dari masyarakat.
b.  Frankfurt school: mengacu pada kelompok filsuf jerman, Horkheimer, Adorno, Marcuse dan dihubungkan dengan Institute for Social Research di Frankfurt. Aliran ini percaya bahwa  untuk mempromosikan filosofi sosial yang luas, teori kritik mampu menawarkan pengujian yang komprehensif akan kontradiksi dan interkoneksi dalam masyarakat.
c. Post modernisme: aliran ini lahir di masa transisi era industri ke era informasi, yang menolak paham elitisme, puritanisme, dan sterilitas rasional. Ada 2 kontribusi pemikiran dalam tradisi ini. Kontribusi JF. Lyotard terhadap post-modernisme yaitu menolak cerita-cerita hebat tentang kemajuan, tidak ada lagi kisah-kisah yang diceritakan yang masuk akal  dalam suatu budaya. Sementara kontribusi J. Baudrillard yaitu menekankan peningkatan pemisahan tanda dari sesuatu yang ditunjuknya.
d. Cultural studies (ajian budaya): tradisi ini membahas ideologi yang mendominasi sebuah budaya, tetapi fokus pada perubahan sosial dari hal yang menguntungkan di dalam budaya itu sendiri untuk mempengaruhi pergerakan budaya seperti yang telah diperlihatkan dalam kehidupan sosial
e.  Post-strukturalisme: mengolah usaha modern dalam menemukan kebenaran-kebenaran universal, naratif, metode dan makna yang digunakan untuk mengenal dunia. Inti teori ini adalah penolakan akan universalisasi makna yang ditentukan oleh desakan-desakan structural, kondisi-kondisi dan simbol yang tetap
f.  Post-kolonialisme: mengacu pada kajian semua kebudayaan dipengaruhi oleh proses kekaisaran dari era kolonialisasi sampai hari ini. Initi dari teori ini adalah gagasan yang dikemukakan oleh Edward Said bahwa proses penjajahan menciptakan kebedaan yang bertanggungjawab bagi gambaran yang disempitkan pada populasi bukan kulit putih
g.  Feminisme: istilah ini didefinisikan secara beragam, mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan hak-hak kaum wanita sampai semua bentuk usaha penekanan. Para ahli feminisme fokus pada gender dan mencari perbedaan antara seks sebagai sebuah kategori biologis, dan seks sebagai sebuah konstruksi sosial. Feminisme berusaha menawarkan teori-teori yang memusatkan pada pengalaman wanita dan unutk membicarakan hubungan antara kategori-kategori gender dan sosial lainnya, termasuk ras, etnik, kelas dan seksualitas
7. Tradisi Retorika
Pada awalnya ilmu retorika berhubungan dengan persuasi, sehingga retorika diartikan sebagai seni penyusunan argument. Kemudian berkembang sampai meliputi proses “adjusting ideas to people and people to ideas” dalam segala jenis pesan. Fokus retorika telah diperluas, bahkan lebih mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal. Pusat perhatian tradisi retorika adalah kelima karya agung retorika, yakni 1) penemuan, 2) penyusunan, 3) gaya, 4) penyampaian, dan 5) daya ingat.












No comments:

Post a Comment